Artikel

Enggak Bisa Lepas dari Smartphone? Awas, Nomophobia!

Saat ini smartphone dan internet menjadi  satu hal yang tidak asing lagi bagi orang-orang di seluruh penjuru dunia. Apalagi di masa pandemi ini, banyak orang-orang dari segala usia ‘dipaksa’ untuk beradaptasi menggunakan internet untuk urusan pekerjaan, sekolah atau untuk berkomunikasi dengan keluarga dan kolega. 

Hal ini pun terjadi di Indonesia, mau tidak mau, seluruh kalangan di Indonesia bahkan sampai daerah pelosok harus bersinggungan dengan internet karena peraturan yang ditetapkan pemerintah untuk tetap #dirumahsaja di awal pandemi guna menekan angka penularan virus Covid-19 sejak tahun 2020. 

PENGGUNA INTERNET DI INDONESIA MELONJAK TAJAM SELAMA PANDEMI

Bahkan hanya dalam 1 tahun sejak virus Covid-19 masuk ke Indonesia, di akhir Maret 2021 terjadi kenaikan jumlah pengguna  internet sebesar 76,8 persen dari total populasi penduduk Indonesia. Dilansir dari internetworldstats, total pengguna internet di Indonesia mencapai 212,35 juta dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 276,3 juta jiwa. 

Selain itu, Indonesia menempati urutan ke-15 di Asia untuk negara dengan penetrasi internet tertinggi di akhir Maret 2021. 

Hal ini tentu menjadi suatu berita yang menggembirakan karena berarti lebih dari 50 persen penduduk Indonesia tidak lagi gagap digital dan dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi. 

PENGGUNA INTERNET DIDOMINASI MILENIAL

Rentang usia pengguna internet di Indonesia didominasi oleh Generasi Milenial yang lahir di tahun 1981 hingga tahun 1996. Dilansir dari Badan Pusat Statistik, jumlah pengguna internet di tahun 2019 terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu

  • Kelompok usia dibawah 15 tahun sebesar 31,23 persen.
  • Kelompok usia 15 – 24 tahun sebesar 85,58 persen.
  • Kelompok usia 25-64 tahun sebesar 46,83 persen.
  • Kelompok usia 65 tahun keatas sebesar 5,32 persen.

Penggunaan internet di Indonesia dapat diakses melalui smartphone, tablet, PC atau laptop. Dilansir dari Hootsuite, platform manajemen media sosial, menyebutkan bahwa sekitar 96,4 persen atau 195,3 juta jiwa di Indonesia mengakses internet melalui smartphone di awal tahun 2021. 

Selain melalui smartphone, pengguna internet  di Indonesia menggunakan PC atau laptop (74,7 persen), tablet (18 persen) dan konsol game (16,2 persen). 

Smartphone masih menjadi pilihan utama bagi pengguna internet di Indonesia untuk mengakses internet. Hal ini tentu tidak mengherankan karena ukuran smartphone yang lebih kecil dibandingkan PC, laptop maupun tablet yang membuat smartphone lebih mudah untuk dibawa kemana-mana.

Selain mudah dibawa kemana-mana, smartphone juga lebih efektif dan efisien untuk digunakan kapan saja dibutuhkan. Mulai dari urusan pekerjaan, pendidikan, perbankan hingga hiburan dapat dipenuhi oleh smartphone. 

Di sisi lain, secara demografis terjadi peningkatan jumlah usia produktif di Indonesia dan jumlah kelas menengah yang memiliki gaya hidup tinggi dan kemampuan daya beli yang baik. Hal ini mendukung terjadinya lonjakan pengguna smartphone dibandingkan PC maupun laptop. 

Selain itu, saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan smartphone yang menyediakan smartphone dengan harga terjangkau sehingga banyak penduduk dari kalangan menengah ke bawah mampu untuk membeli smartphone. 

Seiring dengan perkembangan pengguna internet  dan smartphone, tidak mengherankan jika ternyata rata-rata pengguna internet di  Indonesia menghabiskan waktu 8 jam 52 menit di internet setiap harinya. 

Sebenarnya apa saja yang dilakukan selama 8 jam 52 menit dalam 1 hari oleh para pengguna internet di Indonesia?

Mengakses sosial media masih menjadi alasan utama para pengguna internet  yang didominasi oleh milenial. Para milenial rata-rata menghabiskan waktu 3 jam 14 menit untuk mengakses sosial media.

Kemudian dilanjutkan dengan menonton via streaming atau broadcast selama 2 jam 50 menit. Setelah itu penggunaan internet banyak dilakukan untuk membaca berita online selama 1 jam 38 menit dan yang terakhir adalah penggunaan internet untuk mendengarkan musik secara streaming selama 1 jam 30 menit setiap harinya. 

Hal ini menggambarkan betapa pentingnya smartphone dan internet dalam kehidupan penggunanya di Indonesia. Bahkan saat ini tidak jarang para milenial memilih menggunakan 2 smartphone yang berbeda untuk keperluan pribadi dan pekerjaan. Apa kamu termasuk di dalamnya?

LEBIH BAIK KETINGGALAN DOMPET DARIPADA KETINGGALAN SMARTPHONE

Tapi tahukah kamu bahwa dengan meningkatnya penggunaan internet dan smartphone di Indonesia, bukan hanya kebaikan yang dibawa, namun juga dampak buruk datang bersama dengan perkembangan teknologi tersebut?

Smartphone dan internet menjadi  satu alat yang mempermudah segala keperluan sehari-hari penggunanya, mulai dari bangun tidur hingga mau tidur. Bahkan mayoritas pengguna smartphone menyebutkan jika benda pertama yang mereka cari setelah bangun tidur adalah smartphone. Apa hal ini terjadi pada kamu?

Berdasarkan sebuah studi yang diadakan oleh IDC, 4 dari 5 orang mengaku bahwa hal pertama yang mereka lakukan setelah bangun tidur adalah mengecek smartphone mereka selama 15 menit atau bisa dibilang 80% pengguna smartphone melakukan hal ini. 

smartphone selalu digunakan dimana saja, termasuk saat sebelum tidur

Lebih mengejutkan lagi 1 dari 4 responden tidak ingat kapan terakhir kali mereka berada jauh dari smartphone mereka atau pun berada di ruangan yang berbeda dengan mereka. Artinya smartphone selalu ada di dekat mereka setiap saat. Semakin banyak pengguna smartphone yang bergantung kepada alat komunikasi tersebut. 

Jika di tahun  2000-an, orang-orang akan panik saat ketinggalan dompet. Di tahun 2021, orang-orang, kaum milenial khususnya, akan lebih panik saat ketinggalan smartphone daripada ketinggalan dompet. Apa kamu juga merasakan hal tersebut?

Atau pernahkah kamu merasa cemas saat gawai kamu kehabisan baterai? Atau saat gawai kamu tidak terkoneksi dengan internet? Atau saat kamu sedang mengisi daya baterai gawai kamu dengan jarak yang tidak terjangkau, apa kamu berkali-kali melirik ke arah gawai kamu ada perasaan cemas dan ingin segera meraih gawai kamu?

Apakah kamu merasa familiar dengan situasi tersebut? 

Hati-hati, bisa jadi kamu mengalami nomophobia!

NOMOPHOBIA, TAKUT BERPISAH DENGAN SMARTPHONE

Seiring dengan segala kemudahan yang diberikan oleh smartphone dan internet, ada rasa keterikatan antara penggunanya dengan smartphonenya. 

Sekitar 60 persen pengguna smartphone mengalami nomophobia. 

Apa itu nomophobia?

Nomophobia diambil dari kata ‘no’, ‘mobile phone’ dan ‘phobia’ yang berarti rasa ketakutan seseorang berpisah atau tidak dapat terkoneksi dengan smartphone miliknya. 

Seseorang dengan nomophobia akan merasa ketakutan dan cemas berlebihan jika mereka tidak bisa memegang smartphone mereka. Sama seperti yang dirasakan oleh orang-orang yang kecanduan. 

Istilah nomophobia pertama kali muncul di tahun 2008 di Inggris setelah adanya studi yang membahas tentang kemungkinan munculnya gangguan kecemasan yang muncul akibat penggunaan telepon seluler secara berlebihan. 

Studi tersebut menemukan bahwa hampir 53% laki-laki dan 47% wanita menderita kecemasan akibat ponsel mereka dan 9% merasa kelelahan saat ponsel mereka mati. 

55% dari responden studi tersebut mengaku jika mereka merasa merasa takut kalau berada jauh dari ponsel mereka tidak dapat berhubungan dengan keluarga, teman dan kolega mereka. Jika bisa dibandingkan, tingkat stress mereka sebanding dengan seseorang yang stress karena menyiapkan pernikahan mereka. Iya, setinggi itu tingkat stresnya. 

Sebuah studi lainnya menyebutkan jika bahwa lebih dari 50% penderita nomophobia  tidak pernah mematikan smartphone mereka. 

Tanda-Tanda Seseorang Mengalami  Nomophobia

Sebenarnya apa saja tanda-tanda seseorang mengalami nomophobia? Berikut beberapa tanda-tanda seseorang mengalami nomophobia:

  1. Gejala Emosional

Seseorang yang mengalami nomophobia biasanya akan merasa khawatir, cemas  dan panik saat tidak memegang atau berada di dekat smartphone maupun saat tidak bisa mengakses smartphone. 

Selain itu, rasa cemas juga muncul saat tidak bisa mengecek smartphone maupun saat baterai smartphone lemah. 

Rasa cemas dan khawatir juga muncul saat tidak bisa terkoneksi dengan internet di smartphonenya. Pikiran seseorang yang mengalami nomophobia juga akan dipenuhi dengan kekhawatiran tentang hal-hal buruk yang akan terjadi padanya dan ketakutan tidak dapat menghubungi orang lain untuk meminta bantuan jika tidak memegang smartphone. 

  1. Gejala Perilaku

Selain dapat dilihat dari gejala emosional, tanda-tanda nomophobia juga bisa dilihat dari gejala perilaku seperti terus menerus mengecek smartphone untuk melihat apakah ada notifikasi dari email, sosmed atau aplikasi chat. 

Apakah kamu suka membawa smartphone kamu kemanapun kamu pergi, bahkan termasuk ke kamar mandi? Hati-hati ya, bisa jadi kamu mengalami nomophobia. 

Rela untuk melewatkan acara atau kegiatan lainnya demi menghabiskan waktu untuk menggunakan smartphone. Atau yang paling sering terjadi, mengisi daya baterai smartphone bahkan saat baterai smartphone masih banyak. 

  1. Gejala  fisik

Seseorang yang mengalami nomophobia akut akan merasakan sesak di dadanya, kesulitan untuk bernafas secara normal, tubuh gemetar dan berkeringat dingin. 

Selain itu kepalanya akan terasa pusing dan muncul rasa ingin pingsan serta jantung berdetak lebih cepat. Gejala  fisik ini dirasakan saat seseorang dengan nomophobia tidak memegang smartphonenya atau terpaksa berpisah dengan smartphonenya. 

Bahkan jika sudah cukup parah, membayangkannya saja bisa membuat seseorang merasakan gejala fisik di atas. 

PENYEBAB NOMOPHOBIA

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang bergantung pada orang lain. Sebelumnya, milenial terbiasa berinteraksi dengan orang lain secara langsung. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, smartphone perlahan menjadi media pengganti untuk berinteraksi dengan orang lain melalui media sosial maupun aplikasi chat. 

Kemudahan mengakses teknologi yang membantu penggunanya  dalam beraktivitas sehari-hari membuat penggunanya yang tidak dapat mengontrol penggunaan smartphone-nya menjadi sangat bergantung kepada smartphone tersebut. 

Peneliti di City University di London menyatakan bahwa orang-orang sangat bergantung kepada smartphone mereka yang menyimpan banyak kenangan dan hal-hal penting di dalamnya yang membuat seseorang semakin terikat secara emosional dengan smartphone mereka. 

Rasa keterikatan pada smartphone dan penggunaannya secara terus menerus menyebabkan seseorang merasakan ketakutan saat tidak dapat memegang smartphone mereka atau disebut nomophobia. 

Nomophobia banyak dirasakan oleh generasi milenial atau generasi Z. Lalu apa sebenarnya yang membuat generasi milenial terus menerus menggunakan smartphone sepanjang hari?

  1. Fear of Missing Out (FOMO)

Seiring berkembangnya teknologi, informasi semakin mudah didapatkan dan membuat setiap orang ingin selalu up to date tentang apa yang sedang trending. 

Saling berbagi informasi tentang apa yang sedang trending merupakan hal yang sering dilakukan oleh milenial melalui sosmed mereka atau aplikasi chat. 

Rasa takut ketinggalan berita paling update membuat milenial merasa harus sering-sering mengecek smartphone untuk melihat berita yang trending. 

  1. Menghilangkan Rasa Bosan

Istilah killing time sering dipakai milenial untuk menghabiskan waktu karena bosan dengan menggunakan smartphone mereka. 

Biasanya para milenial melakukan killing time dengan bermain games, streaming Youtube, mengecek media sosial dan chatting. 

Killing time biasa dilakukan saat sedang menunggu atau menggunakan transportasi umum, atau seringkali digunakan untuk menghindar saat harus bersosialisasi dengan orang lain. 

  1. Merasa tidak lengkap tanpa smartphone

Smartphone saat ini sudah dianggap sebagai kebutuhan primer oleh milenial dan tidak bisa ditinggalkan karena sudah terbiasa menggunakan smartphone. 

Bahkan seseorang rela memutar balik kendaraannya saat smartphonenya ketinggalan di rumah. Apakah kamu pernah melakukannya? 

Jika iya, bisa jadi kamu sudah menganggap smartphone menjadi pelengkap aktivitas kamu sehari-hari lho.

  1. Merasa kesepian

Berinteraksi dengan orang lain menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh para milenial. Rasa kesepian rentan dirasakan oleh mereka yang tidak dapat mengakses smartphone mereka untuk berhubungan dengan orang lain. 

Hal ini berkaitan erat dengan ikatan emosional yang dirasakan oleh pengguna smartphone dengan smartphone miliknya. 

Selain rasa kesepian akibat tidak bisa berhubungan dengan orang lain, penggunaan smartphone kerap digunakan sebagai pengalih perhatian milenial dari rasa stress. 

  1. Butuh eksistensi

Salah satu karakter milenial adalah mereka butuh untuk menunjukkan eksistensi mereka. Salah satunya melalui media sosial. 

Fitur lengkap yang disediakan oleh smartphone untuk menunjang aktivitas mereka di media sosial. 

Mulai dari kamera berkualitas bagus, aplikasi editing foto dan video serta fitur di media sosial yang membuat milenial dapat membuktikan eksistensi mereka membuat mereka semakin sulit untuk lepas dari smartphone. 

Apa yang Harus Dilakukan Kalau Kamu Merasa Kamu Mengalami Nomophobia?

Apa kamu merasa memiliki gejala-gejala yang disebutkan diatas? Mungkin saja kamu mengalami nomophobia. 

Atau kamu merasa terlalu terikat dengan smartphone kamu dan merasa hal ini sudah mengurangi kualitas hidup kamu, ini saatnya untuk kamu melakukan “digital detox”. 

Berikut hal-hal yang dapat kamu lakukan untuk mengatasi nomophobia:

  1. Matikan smartphone kamu 1 jam sebelum tidur. 

Dengan mematikan smartphone 1 jam sebelum tidur, hal ini akan membuat otak waktu untuk lebih santai dan berkomitmen untuk mematikan smartphone paling tidak 1 jam sebelum tidur. 

  1. Mengecek smartphone hanya di waktu tertentu

Berhenti mengecek smartphone setiap waktu. Misalnya tentukan waktu 3 jam sekali untuk mengecek smartphone. Hal ini dapat membuat hidup kamu lebih seimbang dan lebih sehat dalam menggunakan smartphone. 

  1. Tetapkan zona bebas smartphone

Tentukan zona bebas smartphone di mana kamu benar-benar tidak boleh menggunakan smartphone. Misalnya saat makan. 

Daripada scrolling smartphone sambil makan, akan lebih baik jika kamu mulai menerapkan mindful eating ataupun mengobrol dengan keluarga atau teman.

  1. Cari bantuan profesional

Jika dirasa gejala nomophobia sudah sangat mengganggu aktivitas kamu dan kamu kesulitan untuk menghadapinya, segera cari bantuan profesional seperti psikolog, psikiater maupun terapis. 

Nomophobia merupakan sebuah dampak yang datang bersamaan dengan rasa ketakutan dan bergantung kepada penggunaan teknologi smartphone. 

Faktanya banyak pengguna smartphone yang bergantung pada smartphone untuk urusan pekerjaan, sekolah, perbankan, sosialisasi dan banyak hal lainnya membuat keputusan untuk menghentikan penggunaan smartphone menjadi tidak mungkin untuk dilakukan. 

Belajar untuk mengatur dan menentukan batas penggunaan smartphone menjadi satu-satunya pilihan bagi para penggunanya agar tidak mengalami nomophobia. 

Yuk lebih bijak lagi dalam menggunakan smartphone agar kita tidak berlebihan dalam menggunakan smartphone dalam kehidupan sehari-hari. 

Control your smartphone, don’t let it controls you!

TAGS
#bahaya kecanduan gadget #kecanduan gadget #nomophobia #smarphone