Artikel

Schadenfreude Adalah Senang Melihat Orang Susah, Ini Penjelasannya!

Schadenfreude adalah istilah yang seperti terdengar asing. Padahal sebenarnya kita sering menjumpainya sehari-hari. Tengok saja yang sedang marak saat ini salah satunya konten live TikTok nenek-nenek mandi lumpur dan semacamnya. Ternyata tayangan seperti itu ada penggemarnya.

Mungkin kamu heran, kok bisa sih konten video semacam orang jatuh terpeleset atau tercebur got masuk kategori tayangan komedi yang membuat penonton tertawa? Alih-alih merasa kasihan, tidak sedikit orang yang merasa terhibur melihat orang lain mengalami kesulitan. 

Jangankan orang lain di dunia maya yang tidak dikenalnya, ternyata ada juga orang yang senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang terhadap saudara maupun teman sendiri. Terutama jika saudara atau teman tersebut tidak disukai dan dianggap sebagai ancaman.

Ternyata secara biologis manusia dapat mengalami reaksi emosional berupa rasa senang dan tertawa ketika melihat orang lain kesusahan. Inilah yang dinamakan schadenfreude

Jika berlebihan, schadenfreude adalah gangguan kesehatan jiwa seseorang yang juga dipicu kurangnya rasa syukur atau penerimaan terhadap kondisi diri sendiri. Untuk mengantisipasinya, kenali definisi schadenfreude, ciri-cirinya, dan cara mencegahnya. 

Penjelasan Schadenfreude Menurut Para Ahli

Berdasarkan penelusuran Tirto, schadenfreude adalah istilah dalam bahasa Jerman yang berasal dari kata schaden (bahaya atau kerusakan) dan freude (kegembiraan). Dalam bahasa Inggris ada juga istilah harm-joy yang merujuk pada definisi yang sama. 

Seorang filsuf Jerman bernama Friedrich Nietzsche menjelaskan definisi schadenfreude adalah perasaan gembira yang hadir bukan karena membuat orang lain menderita, melainkan cukup dengan melihat orang lain mengalami kesusahan. 

Riset Shensheng Wang dan Scott O Lilienfeld tahun 2019 menyebutkan bahwa schadenfreude adalah perasaan senang melihat orang susah yang merupakan emosi umum manusia dalam berinteraksi.

Live Science mengungkapkan hasil penelitian Wilco W van Dijk dari Leiden University Belanda yang menyebutkan bahwa hampir semua orang pernah mengalami schadenfreude dalam beberapa titik episode hidupnya.

Schadenfreude dapat disebabkan oleh kompetisi yang tidak sehat

Memang sangat baik jika ada rasa simpati dan empati kepada orang lain yang mengalami kesusahan, namun munculnya schadenfreude bukan berarti tidak ada rasa empati dan simpati. Sering kali schadenfreude hanya reaksi spontan yang terjadi secara naluriah.

Penyebab munculnya dominasi schadenfreude antara lain:

  1. Kebutuhan Validasi Eksternal

Secara individu manusia membutuhkan validasi eksternal. Ada perasaan dan keinginan bahwa dirinya lebih superior dibandingkan orang lain. Untuk memvalidasi hal tersebut manusia membutuhkan pembanding berupa orang lain yang dianggap lebih lemah, malang, dan tersiksa. Inilah awal munculnya schadenfreude.

  1. Persaingan Tidak Sehat

Mengutip Sciencefocus, manusia merupakan makhluk sosial yang secara naluriah menyadari adanya hierarki antara satu dengan lainnya. Ada kecenderungan untuk menjadi yang paling tinggi agar dihormati dan disukai. Maka terjadilah persaingan dalam berbagai bidang. Schadenfreude akan muncul karena adanya persaingan tidak sehat.

  1. Merasa Dunia Tidak Adil

Apapun yang terjadi pada hidup seseorang tidak selalu sesuai dengan keinginannya. Maka beberapa orang merasa dunia tidak adil, tapi diri sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Oleh karenanya muncul perasaan senang ketika terjadi kemalangan pada orang lain. Terlintas pikiran bahwa itu pembalasan yang sesuai dan sudah seharusnya terjadi.

  1. Kurangnya Rasa Percaya Diri

Salah satu penyebab munculnya schadenfreude adalah perasaan minder atau kurangnya rasa percaya diri. Sesungguhnya setiap orang memiliki kelebihan masing-masing, namun seringkali kita lebih fokus pada kelebihan orang lain dan menganggap diri sendiri selalu kurang.

  1. Tidak Menjaga Kesehatan Jiwa

Jiwa yang sehat memiliki kepercayaan diri yang baik serta mampu memandang kehidupan dengan pola pikir positif. Kita tidak perlu menunggu orang lain jatuh agar bisa menunjukkan kemampuan diri. Namun jika kesehatan jiwa tidak dijaga, manusia rentan akan kelelahan, putus asa, minder, dan mengalami schadenfreude.

Kita dapat melakukan pencegahan schadenfreude dengan mengantisipasi penyebab yang mungkin muncul dalam diri. Selain itu, sangat penting untuk menjaga kesehatan jiwa guna menekan risiko schadenfreude.

Kriteria Sehat Jiwa Menurut WHO

Sehat jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial, bukan sekadar ketidakhadiran suatu penyakit, yang meliputi penilaian subjektif terhadap kesejahteraan psikologis, otonomi, efikasi diri, serta aktualisasi diri seorang individu.

Orang yang sehat jiwa menurut WHO mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri maupun orang lain. Sehingga jelas bahwa orang yang terlalu sering senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang belum sepenuhnya memiliki kesehatan jiwa yang baik.

Di Indonesia, definisi kesehatan dijelaskan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dapat disimpulkan bahwa kesehatan badan dan kesehatan jiwa merupakan satu kesatuan yang utuh.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1966 menjelaskan pengertian kesehatan jiwa adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsur kesehatan yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain.

Apakah saat ini kamu memiliki kesehatan jiwa yang baik? Kamu bisa cek 4 kriteria sehat jiwa menurut WHO berikut.

  1. Mampu Mengenali Potensi Diri

Semua orang yang kuat punya kelemahan dan orang yang lemah juga punya kekuatan. Seseorang dengan jiwa sehat memiliki kemampuan untuk mengenali potensi yang dimiliki serta bisa mengembangkannya untuk sesuatu yang bernilai.

Orang-orang yang merasa tidak memiliki potensi apa-apa cenderung akan merasa rendah diri. Kondisi ini akan mengekang seseorang untuk berkembang. Jika berlarut-larut dapat berisiko terhadap kesehatan jiwa.

  1. Mampu Mengatasi Stres Sehari-hari

Kehidupan berjalan secara dinamis dan semua orang akan silih berganti mengalami kesenangan dan kesedihan. Satu masalah diselesaikan selanjutnya akan datang masalah yang lain. 

Stres merupakan suatu keniscayaan yang pasti dialami. Namun orang yang sehat jiwa memiliki kemampuan mengatasi stres sehari-hari. Sehingga kondisi stres tidak sampai menghalanginya tetap produktif.

  1. Produktif

Tetap produktif adalah salah satu kriteria sehat jiwa menurut WHO. Apapun profesi yang kamu tekuni, kamu bisa tetap produktif dengan caramu sendiri. Misalnya walaupun orang menyebutmu pengangguran, kamu bisa tetap produktif dengan membersihkan rumah, membaca buku, maupun berolahraga.

Produktif erat kaitannya dengan semangat hidup, termasuk untuk belajar, bekerja, dan menjalin hubungan baik dengan orang lain. Kebiasaan mager atau malas gerak lama-kelamaan dapat membuatmu menjadi pemalas dan sulit untuk produktif.

  1. Bermanfaat untuk Orang Lain

Orang yang sehat jiwa tidak hidup untuk dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial, sangat penting menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Ini merupakan salah satu kriteria sehat jiwa menurut WHO.

Inilah salah satu alasan mengapa kita tidak boleh bersikap egois dan mementingkan diri sendiri. Sebenarnya sikap terlalu egosentris akan berdampak tidak baik bagi kesehatan jiwa kita sendiri. Lebih baik kita berupaya bisa memberikan manfaat untuk orang lain.

Contoh Bersyukur untuk Atasi Schadenfreude 

Apakah kamu pernah merasa senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang? Salah satu cara untuk menjaga kesehatan jiwa dan mengurangi schadenfreude adalah dengan membiasakan bersyukur.

Contoh bersyukur yang bisa kita terapkan sehari-hari, antara lain:

  1. Bangun Pagi

Membiasakan diri bangun pagi sangat bermanfaat untuk membangun pola hidup sehat dan pikiran positif. Udara pagi yang segar dan tubuh yang bugar di pagi hari merupakan awal yang baik untuk beraktivitas sepanjang hari. 

Kamu bisa beribadah maupun mengucap syukur di pagi hari yang masih hening. Ada banyak hal yang bisa disyukuri saat bangun tidur, misalnya tubuh yang sehat, kondisi yang aman, kesempatan melanjutkan hidup, dan banyak lagi.

  1. Berbagi

Salah satu contoh bersyukur untuk menjaga kesehatan jiwa dan mengurangi schadenfreude adalah dengan membiasakan berbagi. Kamu bisa berbagi makanan, minuman, hadiah, dan lain-lain. Baik kepada keluarga, teman, maupun orang yang tidak dikenal.

Berbagi sesuatu yang baik sama artinya dengan berbagi kebahagiaan. Yang merasa bahagia bukan hanya orang yang menerima, namun orang yang memberi pun akan diliputi kebahagiaan. Menunjukkan kepedulian juga bisa dengan berbagai cara.

  1. Memberikan Penghargaan pada Diri Sendiri

Selain berbagi kepada orang lain, sudah selayaknya kamu juga memberikan penghargaan atau hadiah kepada diri sendiri. Self reward atau memberikan penghargaan kepada diri sendiri merupakan bentuk mencintai diri sendiri (self love).

Dirimu sudah berusaha bertahan dan berjuang mengatasi tantangan sampai akhirnya bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Kamu perlu mensyukurinya dengan berterima kasih serta memberikan penghargaan yang layak untuk diri sendiri.

  1. Menolong Orang Lain

Mungkin kita memiliki keterbatasan untuk memberikan materi kepada orang lain. Jangan berkecil hati, kita bisa menolong orang lain dengan berbagai cara. Bahkan kita bisa menolong orang lain dengan cara yang tidak terduga. 

Misalnya membagikan info orang hilang, mengantarkan teman yang butuh tumpangan kendaraan, dan menahan pintu di supermarket agar tidak terkena orang lain. Kamu juga bisa membantu mempromosikan barang dagangan teman di media sosial.

  1. Mengoptimalkan Potensi Diri

Tidak semua orang memiliki potensi seperti yang kamu miliki. Salah satu contoh bersyukur yang perlu kamu lakukan yaitu mengoptimalkan potensi diri tersebut. Jangan sampai potensimu terpendam dan menjadi sia-sia.

Sebagai contoh kamu memiliki keahlian berbisnis. Kamu bisa membangun usaha dan mengoptimalkan keahlian yang kamu miliki. Jika tidak ada kesempatan membangun bisnis sendiri, kamu dapat membantu orang lain dengan memberikan saran-saran bisnis yang bermanfaat.

Contoh lainnya kamu memiliki keahlian bernyanyi, tapi memiliki pekerjaan yang tidak berkaitan dengan industri tarik suara. Kamu bisa mengoptimalkan potensi bernyanyi di akhir pekan saat libur kerja dengan menjadi penyanyi cafe atau mengajar les vokal untuk anak-anak.

Dapat disimpulkan, schadenfreude adalah senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang. Fenomena ini dapat kita jumpai secara umum pada kehidupan sehari-hari, seperti dalam dunia olahraga, politik, pertemanan, termasuk dunia kerja.

Meskipun para ahli menyebutnya sebagai hal yang wajar, dalam jangka panjang tentu hal ini tidak baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Orang yang terlalu sering merasa senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang menunjukkan kecenderungan sebagai psikopat.

Setelah mengetahui kriteria sehat jiwa menurut WHO dan contoh bersyukur yang bisa diterapkan sehari-hari, kita dapat mengantisipasi perkembangan schadenfreude dalam diri. Ajak juga orang terdekat dan teman-temanmu bersama-sama mengatasi schadenfreude.

TAGS
#contoh bersyukur #Schadenfreude adalah #sehat jiwa menurut WHO #senang melihat orang susah #susah melihat orang senang