Ulasan

Stoikisme: Kunci Hidup Bahagia Petinggi Google dan Apple

Filosofi stoik atau stoikisme adalah salah satu kunci hidup bahagia yang kian populer saat ini. Tidak sedikit media dan selebritas yang membahas tentang cara hidup tenang ala stoikisme. 

Melansir Kompaspedia, filosofi stoik telah dipraktikkan oleh para petinggi Google, Apple, dan perusahaan raksasa lainnya. New York Times juga menuliskan bahwa para petinggi Silicon Valley kerap melakukan kegiatan tidak biasa dan berusaha tidak terganggu dengan hal-hal eksternal.

Di tengah tuntutan hidup yang semakin berat, banyak orang merasa tertekan dengan tumpukan pekerjaan serta masalah yang datang. Maka tidak heran jika kemudian mereka mencari tahu apa yang dimaksud dengan filsafat dan bagaimana filsafat dapat mewujudkan hidup bahagia yang didambakan.

Filosofi stoik dipercaya mampu menghadirkan ketenangan dan kebahagiaan. Benarkah demikian? Selengkapnya, mari kita bahas apa yang dimaksud dengan filsafat, sejarah stoikisme, pokok pikirannya, serta contoh stoikisme yang dapat diterapkan sehari-hari.

Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli

Sebelum membahas tentang filosofi stoik, sebaiknya kita memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan filsafat. Melansir Katadata, filsafat berasal dari kata philosophia yang merupakan bahasa Yunani. Philos artinya cinta, sedangkan sophia berarti kebijaksanaan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian filsafat adalah pengetahuan serta penyelidikan dengan akal budi tentang hakikat segala yang ada, sebab, asal, serta hukumnya. Filsafat adalah teori yang mendasari pemikiran atau suatu kegiatan.

Berikut beberapa pengertian filsafat menurut para ahli filsuf:

  1. Menurut Socrates, filsafat adalah ilmu yang berupaya memahami hakikat alam serta realitas dengan mengandalkan akal budi manusia.
  2. Menurut Al Farabi, apa yang dimaksud dengan filsafat adalah pengetahuan mengenai yang ada serta tidak bertentangan dengan ajaran agama, semuanya sama-sama bertujuan mencari kebenaran.
  3. Menurut Rene Descartes, filsafat adalah ilmu tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.

Pengertian dan Sejarah Stoikisme

Stoikisme adalah aliran filsafat yang berkaitan dengan mengejar kebajikan, cara hidup tenang, serta kesederhanaan agar mampu menilai hidup secara objektif. Filosofi stoik bukan saja menjadi topik pembicaraan, tapi sudah menjadi gaya hidup sehari-hari bagi sebagian orang.

Sebenarnya, apa itu stoikisme? Melansir Kompas, filosofi stoik atau stoikisme adalah aliran filsafat yang berpandangan bahwa manusia harus mampu mengendalikan emosi dirinya sendiri agar bisa mensyukuri apapun yang sudah terjadi.

Stoikisme menekankan prinsip bahwa manusia harus rasional dan tidak mudah dipengaruhi emosi. Arti rasional dalam ajaran stoikisme adalah tidak membiarkan hal-hal negatif yang telah terjadi memengaruhi diri sendiri, sehingga manusia bisa hidup bahagia dengan kebijakan yang dimiliki.

Berdasarkan penelusuran Katadata, sejarah ajaran stoikisme dimulai sejak abad ke-3 sebelum masehi di Athena. Pendirinya adalah Fenisia Zeno yang merupakan seorang pedagang dari Citium. Pada mulanya ajaran ini disebut Zenoisme.

Istilah stoikisme atau stoa berasal dari nama beranda di Agora Athena yang dihiasi lukisan mural, yakni stoa poikile atau beranda berlukis. Beranda tersebut merupakan tempat Zeno mulai menerima murid dan mendirikan akademi. Di beranda inilah filosofi stoik muncul dan berkembang.

Merangkum Kamus Filsafat Cambridge, terdapat tiga periode perkembangan stoikisme, yakni:

  1. Periode stoa pertama awal mula kemunculannya: Zeno (334-262 SM), Chrisipus (280-206 SM), dan Cleanthes (332-231 SM).
  2.  Periode stoa perantara: Panaetius dan Rhodes (185-112 SM), serta Posidonius (135-51 SM).
  3. Periode stoa Romawi atau stoa akhir: Seneca (1-65 M), Epictetus (55-135 M), dan Marcus Aurelius (121-180 M).

Pada masa kekaisaran Romawi awal abad ke-4, ajaran stoik mulai meredup karena masuknya agama Kristen sebagai agama resmi negara. Akan tetapi filosofi stoik kembali populer sejak abad ke-21 dengan munculnya buku-buku tentang stoikisme.

Pokok Ajaran Stoikisme

Pokok ajaran filosofi stoik sebenarnya sangat beragam. Namun pada intinya stoikisme membahas tentang arti rasional dan menerapkannya dalam tindakan sehari-hari untuk mencapai hidup bahagia.

Dalam buku berjudul Ataraxia: Bahagia Menurut Stoikisme karya A. Setyo Wibowo (2019), filosofi stoik menawarkan pandangan hidup yang lengkap (fisika), pilihan hidup yang baik (etika), keyakinan akan Tuhan (teologi), dan logika.

Berdasarkan buku Filsafat Stoikisme karya Paulinus Pandiangan yang dirangkum Babad.id, 4 pokok ajaran stoikisme adalah dikotomi kendali, premeditato malorum, amor fati, dan memento mori.

  1. Dikotomi Kendali

Pokok ajaran filosofi stoik yang pertama adalah dikotomi kendali. Dalam ajaran ini, kita harus memisahkan mana yang bisa dikendalikan dan mana yang tidak. Kemudian kita harus fokus hanya kepada hal-hal yang bisa dikendalikan.

Yang bisa dikendalikan adalah pikiran dan pilihan tindakan diri sendiri. Sedangkan kejadian apapun yang telah terjadi di luar diri adalah hal yang sulit dikendalikan. Manusia sebagai makhluk irrasional sering kali meratapi kejadian-kejadian yang telah terjadi.

Stoikisme mengajarkan tentang sikap aphateia, a berarti tidak dan pathos artinya menderita. Maksudnya adalah manusia harus memilih sikap bebas dari penderitaan dan berbahagia.

Bahagia menurut stoikisme adalah bebas dari segala emosi negatif atau perasaan yang mengganggu. Emosi negatif ini berasal dari dalam diri manusia sendiri yang seharusnya dapat dikendalikan. 

  1. Premeditato Malorum

Premeditato malorum merupakan istilah Latin yang artinya mengkontemplasikan derita. Ajaran ini bertujuan menyiapkan diri kita secara mental agar lebih siap menghadapi kenyataan yang tidak diharapkan.

Mengkontemplasikan derita merupakan teknik psikologis yang membantu manusia untuk mensyukuri hal yang dimiliki saat ini serta benar-benar menikmati hidup. Manusia menjadi semakin menyadari bahwa penderitaan bisa datang kapanpun dan secara tiba-tiba.

  1. Amor Fati

Pokok ajaran filosofi stoik selanjutnya adalah amor fati yang bisa diartikan sebagai mencintai takdir. Takdir termasuk semua kejadian yang dialami berada di ranah yang tidak dapat dikendalikan manusia. 

Manusia harus menerima dan mencintai takdir agar bisa hidup bahagia. Namun sering kali ego dalam diri manusia mencuat dan ingin mengubah takdir sesuai dengan yang diharapkan. Psikolog Albert Ellis menyebut keinginan tersebut sebagai “masturbation”.

Ego yang berlebihan dapat memunculkan perasaan ingin mengatur banyak hal. Jika yang diharapkan tidak menjadi kenyataan, maka manusia akan mengalami kekecewaan, kesedihan, marah, dan menyalahkan orang lain. Hidup pun menjadi tidak tenang.

  1. Memento Mori

Memento mori artinya ingatlah kematian. Semua yang hidup akan mengalami kematian. Yang dicintai, diperebutkan, dan diresahkan saat ini pada dasarnya akan ditinggalkan. Kematian akan menghampiri tanpa nomor antrean.

Memento mori mengajarkan untuk menghargai kehidupan yang sekarang. Manusia disadarkan bahwa kita hidup untuk saat ini, bukan masa lalu, maupun masa yang akan datang.

Dengan ajaran ini, manusia bisa lebih fokus terhadap hal-hal yang benar-benar penting dan bernilai di masa sekarang. Termasuk tidak berlarut-larut dalam meratapi kejadian di masa lalu.

Tokoh Stoikisme

Contoh stoikisme dapat kita pelajari dari para tokoh filsuf yang menerapkan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari serta menyebarkan aliran ini di lingkungan masing-masing. Beberapa tokoh stoikisme yang terkenal antara lain Lucius Annaeus Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius.

  1. Lucius Annaeus Seneca

Lucius Annaeus Seneca atau populer dipanggil Seneca merupakan pejabat publik yang bekerja sebagai penasihat Kaisar Romawi. Ia lahir di Cordoba, Spanyol, sekitar tahun ke-4 sebelum masehi.

Selain sebagai pejabat publik, Seneca juga seorang penulis drama Romawi. Saat itu merupakan zaman perak sastra latin. Seneca menulis esai dan surat-surat yang membahas masalah moral. Tulisan dramanya yang terkenal antara lain Medea, Thyestes, dan Phaedra.

Seneca menulis beberapa buku yang membahas tentang filosofi stoik. Karya-karya Seneca menjadi perhatian sejak masa Renaisans dan seterusnya bagi para penulis lain. Pada buku terbitan Daily Stoic yang berjudul Who is Seneca?, Seneca disebut sebagai “Stoik yang paling menarik di dunia”.

  1. Epictetus

Tokoh stoikisme yang terkenal lainnya adalah Epictetus. Nama Epictetus merupakan pemberian dari penasihat kaisar Nero di Roma, sedangkan nama aslinya tidak diketahui. Ia lahir sebagai budak di Hierapolis, Frigia, dan akhirnya tinggal di Roma. 

Pada tahun 89 M, Epictetus mendapatkan kemerdekaan dari status budak dan mulai menjadi guru filsafat di Yunani. Kemudian ia mendirikan sekolah di Nicopolis dan mengajarkan filosofi stoik.

Karya-karya Epictetus diterbitkan oleh pengikutnya yang bernama Flavius Arrian dalam buku berjudul Discourses and Enchiridion. Ada 4 buku yang diterbitkan dan semuanya membahas tentang ringkasan ajaran Epictetus.

  1. Marcus Aurelius

Marcus Aurelius adalah kaisar Romawi pada tahun 121 M sampai 180 M. Ia dikenal sebagai seorang filsuf dan merupakan raja terakhir dalam “Lima Kaisar Baik”. Aktivitasnya memimpin politik dan peperangan dengan sifat kontemplatif berdasarkan akal.

Marcus Aurelius menulis The Meditations yang merupakan buku tentang catatan hidupnya. Buku dengan 12 volume tersebut termasuk buku yang paling banyak dibaca di dunia pada tahun 2002.

Anthony Birley dalam bukunya Marcus Aurelius: A Biography (1993) mengungkapkan bahwa Marcus Aurelius mendapatkan ajaran stoik dari para pejabat negara Romawi kuno yang juga merupakan kawan dekatnya. Kemudian Aurelius mencoba menerapkan filosofi stoik pada konstitusi dengan memberikan kebebasan berpendapat serta kesetaraan.

Cara Hidup Tenang dengan Menerapkan Filosofi Stoik

Contoh stoikisme dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama bagi kamu yang sedang mencari cara hidup tenang yang bisa mewujudkan  hidup bahagia. Berikut contoh penerapan filosofi stoik yang bisa diikuti.

  1. Terima Keadaan Sebagaimana Adanya

Ada banyak hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Meratapinya terus-menerus akan membuat kita merasa sedih, marah, dendam, dan beragam emosi negatif lainnya. Padahal tidak ada gunanya menyalahkan siapapun.

Untuk mendapatkan ketenangan hati, sangat penting untuk menerima takdir atau keadaan sebagaimana adanya. Apalagi kejadian yang sudah terjadi, terimalah dengan lapang dada.

Misalnya keluargamu bukanlah orang kaya, sehingga masa kecilmu tidak memiliki mainan mahal seperti teman-temanmu. Contoh stoikisme yang bisa kamu terapkan adalah menerima takdirmu yang lahir di keluarga tersebut dan tidak menyalahkan siapapun. Kondisi ekonomi keluargamu jangan sampai membuatmu menyesali diri dan malas berprestasi.

  1. Fokus pada Hal yang Bisa Dikendalikan

Manusia hanya bisa berusaha sebaik-baiknya, namun selalu ada detail yang tidak dapat dikendalikan. Alih-alih stres memikirkan hal yang tidak bisa dikendalikan, lebih baik kamu fokus kepada hal yang bisa kamu kendalikan.

Stoikisme mengajarkan untuk dikotomi kendali, dimana manusia sebaiknya memisahkan dengan batas yang jelas mana yang bisa dikontrol dan mana yang tidak. Energi manusia yang terbatas seyogianya hanya digunakan untuk mengendalikan yang memang bisa dikendalikan.

Contoh stoikisme dalam hal ini adalah ketika merespon pembicaraan orang lain. Kadang-kadang kita telah melakukan hal yang benar, namun masih saja ada orang-orang yang membicarakan keburukan kita di belakang. Sebaiknya kita fokus pada ucapan dan tindakan kita sendiri, daripada harus menghiraukan ucapan orang lain.

  1. Visualisasikan Kegagalan

Filosofi stoik mengajarkan untuk mengkontemplasikan derita. Melansir Glints, Harvard Business Review menyebutkan bahwa melakukan visualisasi kegagalan umum dilakukan dan disebut pre-mortem atau melakukan hipotesis kemungkinan terburuk yang bisa menjadi kenyataan.

Melakukan visualisasi kegagalan berbeda dengan overthinking. Visualisasi kegagalan menjadikan diri kita lebih siap untuk menghadapi kegagalan jika benar-benar terjadi, sekaligus menambah rasa syukur jika kegagalan tersebut tidak terjadi. 

Contoh stoikisme yang bisa kamu ikuti adalah dengan melakukan meditasi di pagi hari dan membayangkan kejadian terburuk yang mungkin akan kamu alami di hari tersebut. Jabarkan ketakutan-ketakutan terbesar dalam dirimu sehingga kamu lebih siap jika ketakutan tersebut benar-benar menjadi kenyataan.

  1. Jangan Mudah Terdistraksi

Tokoh stoikisme, Epictetus, mengungkapkan bahwa dalam hidup ini pasti kita akan menjumpai kesialan dan kejadian-kejadian yang memancing emosi. Ini akan membuatmu mudah terdistraksi.

Filosofi stoik mengajarkan cara hidup tenang sehingga tidak mudah terdistraksi. Untuk menjadi seorang stoic, kamu perlu melatih diri untuk terus bersikap tenang dalam segala situasi.

Sebagai contoh ketika kamu sedang mengerjakan tugas di kantor, teman-teman yang meledekmu dan mengatakan “sok rajin” sebaiknya tidak kamu hiraukan. Tetaplah tenang dan fokus untuk menyelesaikan pekerjaanmu. Jika tindakan teman-temanmu sudah berlebihan, kamu bisa menegurnya dengan tegas tanpa harus terbawa emosi.

Ketika sedang berkendara di jalan, pengendara lain mungkin ada yang ugal-ugalan dan membahayakanmu. Kamu bisa saja menghardiknya atau membuat keributan di jalan. Namun, sebaiknya kamu tetap tenang, fokus berkendara dengan aman, serta tidak terdistraksi.

stoikisme menganjurkan menulis jurnal harian setiap hari untuk menyalurkan emosi
  1. Pahami Bahwa Tidak Ada yang Abadi

Hampir semua orang mengetahui bahwa dalam dunia ini tidak ada yang abadi. Namun pada kenyataanya, banyak orang merasa kecewa dan marah berlebihan saat kehilangan sesuatu. 

Kehilangan barang, jabatan, hewan peliharaan, bahkan orang yang dicintai memang hal yang sulit untuk dihadapi. Stoikisme mengajarkan untuk berdamai dengan semua rasa kehilangan tersebut.

Contoh stoikisme dalam kehidupan sehari-hari adalah kita memahami dengan kesadaran penuh bahwa tidak ada yang abadi. Misalnya kehilangan dompet di jalan maupun putus hubungan dengan kekasih. 

Sesuatu yang kita miliki suatu saat akan pergi atau hilang juga. Yang tadinya ada, menjadi tidak ada, termasuk kehidupan kita sendiri akan berakhir. Pahami bahwa kondisi tersebut merupakan sesuatu yang wajar terjadi.

  1. Menulis Jurnal Harian

Emosi perlu disalurkan agar tidak terpendam dan meluap dalam bentuk yang tidak tepat. Salah satu cara yang dapat menyalurkan emosi adalah dengan menulis. Membiasakan diri menulis jurnal setiap hari sangat baik untuk latihan mengelola emosi.

Selain untuk mencurahkan isi hati dan mengeluarkan keluh dan kesah, nyatanya menulis juga merupakan media refleksi diri. Kamu bisa menuliskan ide-ide dan pemikiranmu serta beragam karya melalui tulisan. Selain membuat hati tenang, kamu juga bisa menyebarkan kebaikan dan mendapatkan cuan.

Setelah memahami apa yang dimaksud dengan filsafat serta cara hidup tenang ala filosofi stoik, kamu bisa menerapkannya dalam kehidupan. Beragam contoh stoikisme yang telah dijelaskan bisa menjadi inspirasi tindakan sehari-hari.Perlu diingat untuk menyaring mana ajaran yang perlu diikuti dan mana yang tidak sesuai dengan keyakinanmu. Sehingga hidup bahagia dan penuh ketenangan bisa diperoleh tanpa harus mengorbankan hal-hal penting dalam hidupmu.

TAGS
#cara hidup tenang #contoh stoikisme #filosofi stoik #hidup bahagia #stoikisme adalah