Artikel
Ternyata, di Indonesia Mulai Banyak Transportasi Ramah Lingkungan!
Transportasi hijau atau Green Transportation (GT) menjadi salah satu fokus dalam upaya global mengatasi perubahan iklim. Transportasi hijau atau transportasi ramah lingkungan adalah sistem pergerakan dan konektivitas dalam suatu kawasan perkotaan yang dirancang untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan (GBCI, 2013).
Di Indonesia, pemerintah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 11% pada tahun 2030, dengan perhatian khusus pada sektor transportasi. Menurut data Balitbang Kementerian Perhubungan, moda transportasi darat menyumbang 91% dari total emisi GRK sektor ini. Oleh karena itu, pentingnya mobilitas berkelanjutan semakin disadari oleh banyak pihak.
Promosi penggunaan kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan terus digencarkan. Kendaraan listrik tidak menghasilkan emisi langsung, sehingga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Pemerintah juga terus mensosialisasikan efisiensi energi dan penggunaan energi terbarukan dalam sistem transportasi.
Selain kendaraan pribadi, pengembangan transportasi umum yang lebih efisien dan nyaman juga menjadi prioritas. Dalam periode 2018 hingga 2021, tercatat 13 proyek infrastruktur transportasi hijau di Indonesia, dengan mayoritas proyek berada di Jakarta.
Proyek-proyek ini mencakup LRT Gading-Jakarta International Stadium (JIS), MRT Fase 3 Kalideres-Ujung Menteng, dan Kawasan Berorientasi Transit (TOD) Pegangsaan Dua. Upaya ini tidak hanya bertujuan mengurangi emisi tetapi juga meningkatkan kenyamanan dan aksesibilitas bagi masyarakat.
Lebih lanjut, pemerintah mendorong masyarakat untuk berkendara sepeda sebagai alternatif transportasi yang ramah lingkungan. Jalur khusus sepeda di berbagai kota besar mulai diperbanyak dan diperbaiki. Sehingga memberikan ruang yang aman bagi para pesepeda.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu terwujudnya transportasi hijau sebagai bagian gaya hidup sehari-hari masyarakat. Jangan diam saja, yuk kita dukung upaya mewujudkan transportasi ramah lingkungan. Pahami apa itu mobilitas berkelanjutan dan manfaatnya, serta terapkan cara mengurangi emisi dengan transportasi hijau.
Mengenal Mobilitas Berkelanjutan
Mobilitas berkelanjutan adalah konsep yang berfokus pada transformasi transportasi dari sudut pandang ekologi. Tujuan utamanya mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi sehingga ekosistem dapat pulih dan regenerasi.
Salah satu ciri dari transportasi berkelanjutan adalah rendahnya emisi atau bahkan nol emisi. Lebih dari itu, mobilitas berkelanjutan melangkah lebih jauh dengan mengatur ulang lalu lintas di kota besar atau wilayah metropolitan agar jejak ekologisnya diminimalisir.
Mobilitas berkelanjutan juga dirancang agar tidak melebihi kapasitas infrastruktur. Di area perkotaan, hal ini diterapkan untuk mengatasi kekurangan lahan parkir, banyaknya kemacetan, dan kecelakaan lalu lintas. Dengan mengadopsi konsep ini, kota-kota dapat mengurangi atau bahkan menghindari masalah-masalah tersebut.
Konsep ini juga mendorong penggunaan teknologi canggih dan kebijakan yang mendukung transportasi ramah lingkungan. Misalnya, insentif untuk penggunaan kendaraan listrik dan peningkatan jaringan transportasi umum yang terintegrasi.
Selain mengurangi emisi dan kemacetan, mobilitas berkelanjutan juga berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup di kota-kota besar. Dengan mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi, ruang publik dapat dimanfaatkan lebih baik untuk kepentingan masyarakat. Pengurangan lalu lintas kendaraan bermotor juga berarti lebih sedikit polusi suara dan udara. Ini menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman bagi penduduk kota.
Konsep Mobilitas Berkelanjutan dan Contohnya
Minimnya transportasi umum di Indonesia telah mendorong masyarakat untuk lebih memilih menggunakan atau membeli kendaraan pribadi. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kendaraan bermotor yang mencapai 133 juta unit pada tahun 2019 (BPS, 2019).
Kendaraan pribadi dianggap penting untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama bagi para pekerja. Namun, peningkatan jumlah kendaraan ini membawa dampak negatif terhadap lingkungan kita. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan penerapan berbagai konsep transportasi hijau yang dapat mengurangi emisi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Melansir laman resmi Swarco, berikut tujuh konsep utama untuk mencapai mobilitas berkelanjutan yang dapat diimplementasikan di berbagai kota.
1. Pengurangan Volume Lalu Lintas (Road Diet)
Pengurangan volume lalu lintas dapat dicapai dengan memperluas dan meningkatkan transportasi umum, seperti bus dan kereta api. Contoh konkretnya adalah menyediakan tiket dengan harga terjangkau dan langganan tahunan yang murah untuk transportasi umum.
Selain itu, integrasi sistem otomatis pada infrastruktur, seperti pengaturan lampu lalu lintas yang cerdas, bisa mengurangi waktu tunggu dan meningkatkan aliran lalu lintas. Penerapan kebijakan seperti ini terbukti mampu mengurangi kemacetan dan menurunkan angka kecelakaan.
Contoh lain adalah mendorong lebih banyak orang untuk bekerja dari rumah atau menggunakan produk lokal, yang juga bisa mengurangi lalu lintas secara keseluruhan. Sehingga memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan yang signifikan.
2. Promosi Transportasi Ramah Lingkungan
Mempromosikan transportasi hijau merupakan salah satu kunci untuk mengurangi emisi CO₂. Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah jalan dan tempat parkir untuk mobil pribadi, serta menyediakan lebih banyak jalur dan fasilitas parkir untuk transportasi umum dan layanan berbagi kendaraan.
Contohnya di beberapa kota besar seperti Amsterdam, banyak jalan di pusat kota yang diubah menjadi jalur berkendara sepeda dan pejalan kaki. Parkir mobil yang dibatasi untuk mendorong penggunaan transportasi umum dan sepeda.
Dalam rangka mencapai target iklim global, seperti yang tercantum dalam Perjanjian Iklim Paris 2018, transisi ke bahan bakar alternatif dan penggerak yang lebih ramah lingkungan sangatlah penting. Misalnya, kota Oslo di Norwegia memberikan insentif bagi warganya yang menggunakan kendaraan listrik dengan menyediakan tempat parkir gratis dan biaya tol. Ini menunjukkan bagaimana kebijakan lokal dapat mendorong penerapan transportasi hijau.
3. Promosi Micromobility dan Bersepeda
Untuk mengatasi masalah transportasi pada jarak pendek atau last mile, perlu dikembangkan lebih banyak opsi micromobility. Ini termasuk kendaraan kecil seperti e-bike, e-skuter, dan kendaraan listrik kecil.
Contoh yang bisa dilihat adalah sistem penyewaan sepeda di Paris yang menyediakan ribuan sepeda yang dapat digunakan oleh warga untuk perjalanan pendek. Kendaraan ramah lingkungan ini menghubungkan mereka dengan stasiun kereta atau halte bus terdekat.
Selain itu, pembangunan jalur sepeda yang aman dan nyaman sangat penting. Contohnya, kota Kopenhagen telah membangun jaringan jalur sepeda yang luas, sehingga berkendara sepeda menjadi salah satu moda transportasi utama di kota tersebut.
Dengan infrastruktur yang mendukung, warga lebih mungkin untuk memilih berkendara sepeda daripada menggunakan mobil pribadi. Sehingga pada akhirnya mengurangi emisi dan meningkatkan kualitas udara.
4. Peningkatan Car Sharing, Penawaran Sewa, dan Model Tarif Flat
Layanan berbagi mobil (car sharing) memberikan alternatif menarik dibandingkan memiliki mobil pribadi, terutama di area perkotaan di mana lahan parkir terbatas. Penggunaan car sharing memungkinkan penghematan biaya dan pengurangan jumlah mobil di jalan.
Contohnya, Zipcar dan GoCar menawarkan layanan berbagi mobil di banyak kota besar di dunia. Ini memungkinkan pengguna untuk menyewa mobil sesuai kebutuhan tanpa harus memiliki mobil sendiri.
Model tarif flat untuk car sharing, seperti harga tertentu untuk jumlah perjalanan tertentu per bulan, bisa membuat transisi ke layanan ini lebih menarik. Misalnya, perusahaan car sharing di Jerman menawarkan langganan bulanan yang memungkinkan pengguna mengakses mobil kapan saja dengan biaya tetap.
Layanan berbagi mobil bisa menggunakan sistem penggunaan yang lebih praktis dan ekonomis. Ini mendorong lebih banyak orang untuk meninggalkan mobil pribadi dan beralih ke layanan berbagi mobil.
5. Promosi Kendaraan Otonom
Kendaraan otonom diprediksi akan membentuk masa depan mobilitas perkotaan dengan mengurangi jumlah total kendaraan di jalan. Kendaraan ini dapat diparkir di luar kota, sehingga menghemat ruang di pusat kota. Sebagai contoh, di beberapa kota di Amerika Serikat, seperti Phoenix dan San Francisco, sudah dilakukan uji coba kendaraan otonom yang dapat mengantar penumpang tanpa pengemudi.
Keuntungan dari kendaraan otonom termasuk peningkatan keselamatan. Hal ini dikarenakan lebih sedikit kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan manusia, yang saat ini bertanggung jawab atas lebih dari 90% kecelakaan mobil.
Selain itu, kendaraan otonom dapat beroperasi secara efisien dan terus menerus. Tentunya dapat mengurangi kebutuhan akan jumlah kendaraan di jalan dan meningkatkan efisiensi transportasi secara keseluruhan.
6. Ekspansi Elektromobilitas dan Penggerak Alternatif
Transisi dari energi fosil ke energi terbarukan merupakan kunci untuk mobilitas berkelanjutan. Kendaraan listrik dan bahan bakar alternatif seperti hidrogen adalah solusi yang menjanjikan untuk mengurangi emisi CO₂ dan meningkatkan kualitas udara.
Contohnya, Tesla dan Nissan telah memproduksi kendaraan listrik yang populer, seperti Tesla Model 3 dan Nissan Leaf, yang telah diadopsi secara luas di banyak negara. Beberapa negara juga telah mulai membangun infrastruktur untuk mendukung kendaraan listrik, seperti stasiun pengisian daya yang tersedia di berbagai lokasi strategis.
Di Norwegia, misalnya, pemerintah telah memasang ribuan stasiun pengisian daya listrik di seluruh negeri untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik. Ini menunjukkan bagaimana kebijakan dan infrastruktur yang tepat dapat mendukung transisi ke mobilitas berkelanjutan.
7. Pengalihan Logistik ke Rel Kereta Api
Pengurangan transportasi individu bukan satu-satunya fokus mobilitas berkelanjutan. Perubahan signifikan juga diperlukan dalam logistik. Promosi terhadap transportasi rel akan memberikan keuntungan besar karena sebagian besar kereta api beroperasi dengan listrik yang sering kali menggunakan listrik hijau.
Contoh aplikatifnya adalah di Swiss, di mana sebagian besar angkutan barang dilakukan melalui kereta api. Sehingga mengurangi ketergantungan pada truk dan mengurangi emisi CO₂.
Sistem manajemen armada yang cerdas, atau “Sistem Telematika,” dapat meningkatkan keseimbangan ekologi dalam logistik. Sistem digital ini memudahkan pengemudi truk menemukan muatan, serta mengurangi perjalanan kosong dan rute yang tidak efisien. Ini memastikan logistik yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Di Eropa, banyak perusahaan logistik telah mengadopsi sistem ini untuk mengoptimalkan pengiriman dan mengurangi jejak karbon.
Apa yang bisa kita lakukan untuk mendukung transportasi hijau? kita dapat memulainya dengan memilih transportasi umum seperti bus atau kereta api. Ini akan membantu mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan dan menurunkan emisi karbon. Menggunakan transportasi umum tidak hanya efisien tetapi juga ramah lingkungan, terutama jika kita memanfaatkannya untuk perjalanan harian.
Selain itu, biasakan berkendara sepeda untuk perjalanan jarak pendek. Bersepeda tidak hanya baik untuk kesehatan fisik kita tetapi juga membantu mengurangi polusi udara dan kemacetan lalu lintas.
Dukungan terhadap kendaraan listrik juga sangat penting. Meskipun memerlukan investasi awal yang lebih besar, kendaraan listrik memiliki biaya operasional yang lebih rendah dan menghasilkan emisi yang jauh lebih sedikit dibandingkan kendaraan bermotor berbahan bakar fosil.
Jika membeli kendaraan listrik belum memungkinkan, kita bisa mendukung kebijakan yang mendorong penggunaannya, seperti pemasangan lebih banyak stasiun pengisian daya. Dengan langkah-langkah ini, kita semua dapat membantu mewujudkan transportasi ramah lingkungan untuk kehidupan yang lebih bersih dan sehat. Mulai dari sekarang!
#berkendara sepeda #kendaraan listrik #mobilitas bekelanjutan #transportasi hijau #transportasi umum