Artikel

Sinopsis dan 9 Fakta Unik Film The Architecture of Love

the architecture of love

The Architecture of Love atau disingkat TAOL merupakan film yang diadaptasi dari salah satu novel populer karya Ika Natassa yang telah berhasil mencuri perhatian banyak pembaca di Indonesia. Novel ini mengisahkan perjalanan emosional seorang penulis terkenal bernama Raia dalam mengatasi kepahitan dan traumanya di kota New York. Kepiawaian Ika Natassa dalam menggambarkan karakter dan setting membuat novel ini menjadi bahan bacaan yang menyentuh dan memikat hati.

Sebagai salah satu penulis terkemuka di Indonesia, Ika Natassa tidak hanya dikenal melalui keindahan kata-katanya, tetapi juga melalui kedalaman karakter dan cerita yang ia ciptakan.

Tentang Penulis

Ika Natassa adalah penulis yang telah menarik hati banyak pembaca dengan novel-novel romansa kontemporernya. Dengan latar belakang sebagai seorang bankir, Ika mampu membawa perspektif yang unik dalam setiap karyanya. Novel pertamanya A Very Yuppy Wedding membuat Ika terpilih sebagai “Editor’s Choice” versi majalah Cosmopolitan Indonesia pada tahun 2008. Tak hanya itu, ia juga dinominasikan untuk kategori Penulis Muda Berbakat dalam Penghargaan Sastra Khatulistiwa pada tahun yang sama.

Gaya penulisannya yang segar dan realistis membuat setiap cerita terasa dekat dan menyentuh hati pembacanya. Karya-karyanya seperti Antologi Rasa, Twivortiare, Twivortiare 2, dan Critical Eleven telah sukses besar, baik di pasar buku maupun dalam bentuk adaptasi film.

Transformasi dari Novel ke Layar Lebar

Adaptasi film dari novel selalu menghadirkan tantangan dan harapan tersendiri, baik bagi para penggemar buku maupun bagi penikmat film. Salah satu tantangan terbesar dalam mengadaptasi novel ke film adalah bagaimana menangkap esensi dari cerita dan karakter yang sudah terbangun di benak para pembaca. Novel memiliki kebebasan dalam mengeksplorasi pikiran dan perasaan karakter, sedangkan film harus mengandalkan dialog, akting, dan visual untuk menyampaikan hal yang sama. Oleh karena itu, pemilihan sutradara dan penulis skenario menjadi sangat krusial.

Bagi para penonton yang mencari film romantis yang menyegarkan, The Architecture of Love bisa menjadi pilihan menarik. Film ini diharapkan dapat menyajikan keindahan New York serta dinamika emosi yang dirasakan oleh Raia dan River. Dengan penggambaran karakter yang kuat dan plot yang menarik, menjadikan film ini layak untuk ditonton.

Bagi penggemar Ika Natassa, film ini adalah kesempatan untuk melihat kisah favorit mereka hidup di layar lebar, sementara bagi penonton baru, ini adalah undangan untuk menjelajahi dunia cinta dan inspirasi yang diciptakan oleh salah satu penulis terbaik Indonesia. Film ini disutradarai oleh Teddy Soeriaatmadja di bawah naungan Starvision Plus.

Sinopsis The Architecture of Love

The Architecture of Love bercerita tentang perjalanan seorang penulis terkenal, Raia Risjad (Putri Marino), yang sedang berada di titik terendah dalam karier dan kehidupannya. Ia mengalami sakit hati yang mendalam setelah mengetahui perselingkuhan suaminya yang kemudian bercerai. Perceraian tersebut membuat Raia merasa hancur, bukan hanya karena kehilangan suami yang sering menjadi inspirasinya, tetapi juga karena kesulitan kembali menulis. Ia mengalami kebuntuan kreatif dan trauma berat yang membuatnya takut jatuh cinta lagi.

Merasa terjebak dalam rutinitas dan kehilangan inspirasi dalam menulis, Raia memutuskan untuk meninggalkan segala kenyamanan di Jakarta dan pergi ke New York, kota yang selalu ia impikan. Di sana, ia berharap bisa menemukan kembali semangat menulisnya. Namun setelah sampai di New York, Raia tak juga kunjung memulai karya barunya sampai ia bertemu dengan River Jusuf (Nicholas Saputra), seorang arsitek yang tinggal dan bekerja di New York. Pertemuan ini membawa Raia pada petualangan emosional yang tak terduga.

Melalui River, Raia belajar untuk melihat kehidupan dari sudut pandang yang berbeda dari setiap Gedung di New York, mengapresiasi setiap detail kecil, dan kembali menemukan arti cinta dan inspirasi. Kisah antara Raia dan River pun berkembang menjadi perjalanan untuk saling menyembuhkan luka masing-masing. Namun, hubungan mereka juga penuh dengan risiko saling melukai.

Fakta Unik The Architecture of Love

            Selain fakta bahwa film ini diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama, ternyata ada beberapa fakta unik lainnya, dimulai dari penulisan novel dan proses shooting film ini. Berikut 9 fakta yang telah dirangkum:

1. Mengangkat Isu Mental Health

Film The Architecture of Love tidak hanya menampilkan kisah cinta yang indah, tetapi juga membahas tema kehilangan dan kesehatan mental. Para pemain dalam film ini berbagi pandangan mereka tentang konflik yang diangkat dalam cerita.

Putri MArino, salah satu tokoh utama seorang penulis dalam film the architecture of love

Nicholas Saputra mengungkapkan dalam jumpa pers menjelang penayangan film di Yogyakarta bahwa kesehatan mental setelah mengalami kehilangan adalah tema yang sangat kuat pada film ini. Menurutnya, banyak orang sering menghadapi situasi seperti ini.

Putri Marino, yang memerankan Raia, juga berbagi pandangannya. Ia mengatakan bahwa kehilangan memang tidak pernah mudah. Setiap orang memerlukan waktu yang berbeda untuk mengatasi kehilangan dan trauma.

“Ada yang mungkin seminggu sudah bisa lupa akan kehilangannya, namun ada juga yang butuh waktu bertahun-tahun untuk mengatasi kehilangan dan traumanya,” ucap Putri Marino.

Melalui film The Architecture of Love, penonton diajak untuk memahami bahwa meskipun kehilangan dan trauma bisa sangat menyakitkan, proses penyembuhan akan membawa kita pada perasaan yang lebih baik.

2. Bermula dari Pollstory

Penulisan novel The Architecture of Love karya Ika Natassa dimulai dari proyek yang dinamakan Pollstory. Dilansir dari detikcom, proyek ini berlangsung dari 31 Desember 2015 hingga 14 Februari 2016, dengan total 14 episode. Proyek ini menarik minat sekitar 40.000 pembaca di seluruh dunia dalam ajang Makassar International Writers Festival (MIWF) 2016. Novel ini kemudian diluncurkan secara resmi oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama dan Twitter Indonesia.

“Pollstory merupakan terobosan baru dalam media bercerita di tengah trend media sosial. Karena generasi muda lebih suka mengecek media sosial Twitter daripada membaca buku,” kata Ika saat acara berlangsung. Dengan inovasi ini, Ika Natassa berhasil menjangkau banyak pembaca muda dan memperkenalkan cara baru dalam menikmati cerita.

3. Berdiskusi dengan Hamish Daud yang seorang arsitek

Dalam proses penulisan The Architecture of Love, Ika Natassa sempat berdiskusi dengan aktor sekaligus arsitek Hamish Daud. Suami penyanyi Raisa ini memang seorang arsitek di Saka Design Group. The Architecture of Love tidak hanya menyajikan kisah cinta antara dua karakter utama, tetapi juga mengangkat tema arsitektur. Jadi, selain menikmati alur romantis, pembaca maupun penonton juga bisa mendapatkan wawasan menarik tentang dunia arsitektur.

4. Pemilihan latar New York

New York menjadi lokasi utama dalam novel dan film The Architecture of Love. Di dalam novel ini, Raia, seorang penulis perempuan, pergi ke New York untuk mencari inspirasi bagi karya barunya. Raia mengajak pembaca menjelajahi Brooklyn hingga Queens, menikmati pergantian musim yang indah di kota tersebut, sampai akhirnya bertemu dengan River, seseorang yang mengajarinya melihat New York dengan cara yang berbeda.

Nicolas Saputra, salah satu tokoh utama dalam film the Architecture of love

Ada alasan khusus mengapa Ika memilih New York sebagai latar cerita. Bagi Ika, New York adalah kota sejuta inspirasi yang sering dijadikan latar cerita dan film. “Saat aku menulis cerita, ide dasarnya adalah seorang penulis yang kehabisan ide dan ingin mencari inspirasi. Kupilih kota New York sebagai tempat pelariannya,” ujar Ika pada tahun 2016.

Untuk menggambarkan New York dengan akurat, Ika melakukan riset dengan membaca banyak referensi. Menariknya, saat itu Ika mengaku belum pernah ke New York, namun semangat dan dedikasinya berhasil menghidupkan kota ini dalam ceritanya.

5. Cuaca dingin dan jet lag

Nicholas Saputra, yang memerankan karakter River, menceritakan pengalaman syutingnya yang memakan waktu 35 hari di New York. Ia menyoroti tantangan seperti jet lag dan cuaca yang dingin. Sama halnya dengan rekan mainnya, Putri Marino, ia bahkan sering merasa ingusan karena udara yang begitu dingin. Akibatnya, tatanan riasannya sering kali terganggu karena sering menyeka hidung.

Putri juga mengungkapkan bahwa momen paling menantang bagi dirinya adalah saat syuting di mercusuar. Meskipun udara sangat dingin, ia tidak bisa memakai jaket dalam adegan tersebut. “Ketika kita syuting di mercusuar, udaranya sangat dingin dan berangin. Raia tidak mengenakan jaket dalam adegan itu, jadi saya merasa sangat dingin,” tambah Putri.

6. Putri Marino menyukai novel TAOL

Putri Marino, yang memerankan tokoh Raia, menyampaikan rasa antusiasnya ketika diminta menjadi salah satu tokoh utama dalam film ini. Putri mengaku bahwa dirinya juga membaca novel The Architecture of Love sebelumnya. “Aku bahagia sekali punya support system yang luar biasa di lokasi. Semua pemeran yang bergabung, mungkin itu yang membuat energiku terpakai dengan baik,” kata Putri.

7. Tayang juga di negara lain

Tidak hanya meramaikan perfilman Indonesia TAOL juga tayang di Singapore dan Malaysia. Di Indonesia sendiri film ini tayang pada 30 April 2024. Melalui laman resmi instagramnya, Film The Architecture of Love mulai tayang di Singapore pada 16 Mei 2024 dan di Malaysia pada 9 Mei 2024.

8. Kolaborasi Kru Indonesia dan Amerika

Dalam kesempatan yang sama, sang sutradara, Teddy Soeriaatmadja, berbagi tentang keistimewaan lain dari film ini.

“Nicholas dan Putri adalah bagian spesial dari film ini. Lebih istimewa lagi, film ini merupakan hasil kerja kolaborasi antara kru film Indonesia dan Amerika. Bersama-sama, kami menciptakan dunia dalam film TAOL yang romantis dengan latar belakang arsitektur indah New York,” ujar Teddy Soeriaatmadja.

9. Jeda panjang karena pandemi

Setelah merekrut Putri Marino sejak 2020, produksi film TAOL mengalami jeda panjang akibat pandemi Covid-19. Namun, ada hikmah di baliknya. Ika Natassa dan tim Starvision punya banyak waktu untuk menyeleksi para pemain dengan lebih cermat.

“Waktu itu sempat ada jeda gara-gara pandemi Covid-19. Alhamdulillah, dengan adanya jeda, saya, Pak Parwez, dan tim casting (setelah Mas Teddy bergabung), menemukan banyak nama yang luar biasa,” ujar Ika Natassa.

Secara keseluruhan, The Architecture of Love adalah film romantis yang sederhana namun tetap menggemaskan dan menarik untuk ditonton. Dialog dan adegan yang realistis membuat penonton mudah terhubung dan menikmati cerita. Meskipun penuh dengan dialog klise khas film romantis, banyak momen dalam film ini yang membuat penonton merasa gemas. The Architecture of Love adalah sebuah perayaan tentang dari sebuah perjalanan sembuh dari trauma, serta bagaimana cinta dan seni bisa membentuk kehidupan kita dengan cara yang paling tak terduga.

TAGS
#buku the architecture of love #ika natassa #nicolas saputra #penulis novel #putri marino #the architecture of love