Ulasan
Tertarik Thrifting? Ketahui Dampak Positif dan Negatifnya!
Thrifting adalah istilah yang sedang populer dalam beberapa tahun terakhir. Namun sebenarnya, aktivitas ini telah lama berbaur dalam gaya hidup masyarakat. Lebih dari sekadar jual-beli barang bekas yang masih layak pakai, thrifting telah menjadi tren di berbagai kalangan, terutama generasi muda.
Dampak positif thrifting cukup banyak, mulai dari kepuasan pribadi sampai dengan aspek ekonomi dan lingkungan. Akan tetapi di balik serunya berburu barang bekas dengan harga ekonomis, dampak negatif thrifting juga perlu mendapat perhatian khusus.
Di Indonesia, thrifting baju adalah masalah krusial yang perlu penanganan segera, terutama untuk baju impor. Pemerintah sendiri telah mengambil langkah tegas dalam menanggulangi masalah ini dengan melarang impor pakaian bekas dari luar negeri.
Melansir Detik.com, belum lama ini sebanyak 537 bal pakaian thrift ilegal dimusnahkan oleh Bea Cukai Jawa Tengah dan DIY di Semarang. Pakaian-pakaian yang berasal dari Malaysia tersebut diselundupkan melalui Pelabuhan Kendal Jawa Tengah tanpa didampingi dokumen legal yang sah.
Baju thrift adalah barang yang dilarang untuk diimpor sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 tentang Larangan Impor Pakaian Bekas. Serta Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor 25 tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan nomor 20 tahun 2021 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor.
Keputusan ini mencerminkan upaya pemerintah untuk mengendalikan dampak negatif thrifting terhadap industri pakaian dalam negeri serta melindungi keberlanjutan lingkungan. Namun jangan khawatir, thrifting masih diperbolehkan dengan beberapa syarat tertentu.
Untuk lebih jelasnya, kita perlu meluruskan pemahaman tentang pengertian dan asal-usul thrifting, serta kelebihan dan kekurangannya. Simak juga tips berburu barang thrift yang legal dan menguntungkan.
Pengertian dan Sejarah Thrifting
Thrifting adalah kegiatan berbelanja barang bekas yang masih layak pakai. Biasanya thrifting dilakukan di toko barang bekas, garage sale, pasar loak, atau tempat lain yang menyediakan barang-barang secondhand.
Istilah “thrifting” berasal dari kata “thrift” dalam bahasa Inggris yang artinya menghemat atau menghindari pemborosan. Dalam praktiknya, thrifting tidak hanya dianggap sebagai cara untuk menghemat uang, tetapi juga sebagai gaya hidup yang menekankan nilai-nilai keberlanjutan, pengurangan limbah, dan kreativitas dalam menciptakan gaya pribadi yang unik.
Thrifting baju adalah jenis yang paling populer. Namun, thrifting tidak hanya terbatas pada pakaian, tetapi juga mencakup berbagai jenis barang seperti perabotan, barang antik, elektronik, dan lainnya.
Sejarah thrifting dapat ditelusuri pada periode revolusi industri, sekitar tahun 1760-1840. Pada masa ini, terjadi perubahan dalam pandangan terhadap pakaian, di mana awalnya pakaian dianggap sebagai barang yang digunakan sekali pakai. Perubahan ini membawa peningkatan jumlah pakaian bekas, terutama yang digunakan oleh para imigran.
Seiring berjalannya waktu, pandangan terhadap pakaian berubah kembali pada tahun 1920 saat terjadi krisis ekonomi besar-besaran di Amerika. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan memilih untuk membeli pakaian melalui toko barang bekas atau thrift shop sebagai alternatif yang lebih terjangkau.
Pada tahun 1990-an, thrifting berkembang menjadi bagian dari gaya hidup, terutama di kalangan pemusik, pemain skateboard, dan para penganut streetwear. Pemusik seperti Kurt Cobain dan Courtney Love secara tidak langsung mempopulerkan gaya thrifting dengan mengenakan pakaian bekas, seperti ripped jeans dan flannel shirts.
Di tahun 2000-an, thrifting mengalami gelombang baru sebagai tren fesyen yang diadopsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Industri thrifting menjadi semakin diminati dan bukan hanya sebagai cara berhemat, tetapi juga sebagai cara untuk mengekspresikan gaya tersendiri.
Di Indonesia, budaya thrifting tumbuh dan berkembang di Bandung pada tahun 1990-2000. Saat ini, thrifting tidak hanya menjadi pilihan ekonomis, tetapi juga menjadi tren yang mendapat dukungan dari berbagai lapisan masyarakat. Tren ini menciptakan sebuah budaya yang memadukan kreativitas, keberlanjutan lingkungan, dan gaya hidup yang unik.
Jenis-Jenis Thrift Shop
Ada beberapa jenis thrift shop yang bisa ditemui, selain toko pakaian thrift yang umumnya terlihat di toko atau marketplace online. Jenis-jenis thrift shop ini memberikan variasi dan pilihan kepada para pecinta thrifting untuk mengeksplorasi dan menemukan barang-barang unik dengan harga yang terjangkau.
Beberapa jenis thrift shop di antaranya:
- Garage Sale
Seperti namanya, thrifting jenis ini dilakukan di garasi. Penjual akan menata pakaian atau barang-barang bekasnya di garasi. Seringkali barang-barang ini merupakan koleksi pribadi maupun sisa produksi atau barang yang tidak laku. Harga di garage sale cenderung sangat terjangkau karena sifatnya yang lebih casual dan bersifat non-formal.
- Car Boot Sale
Jenis car boot sale ini memungkinkan penjual menjajakan barang bekasnya menggunakan mobil pribadi. Mereka membuka bagasi mobil dan menjual barang-barang bekas di sana. Konsepnya mirip dengan garage sale, di mana barang-barang yang dijual bisa beragam dan harganya biasanya lebih rendah.
- Flea Market
Flea market mirip dengan car boot sale, namun skala tempatnya lebih besar dan seringkali berlangsung secara rutin. Flea market menawarkan berbagai barang yang terbatas karena sering kali dibuat secara pribadi. Jenis thrifting ini memberikan pengalaman berbelanja yang lebih luas dan variatif.
- Charity Shop
Charity shop menjual barang dan pakaian bekas yang dikelola oleh organisasi atau komunitas sosial. Barang-barang ini biasanya berasal dari sumbangan masyarakat. Uang yang dihasilkan dari penjualan digunakan untuk kegiatan sosial atau amal. Konsepnya memberikan kesempatan untuk berbelanja sambil memberikan dukungan pada tujuan amal.
- Second-hand Stuff Shop
Second-hand stuff shop adalah toko yang menjual barang bekas pakai atau pernah dimiliki sebelumnya. Di sini, barang yang dijual adalah milik pribadi. Beragam jenis barang bisa ditemui dan tidak hanya terbatas pada pakaian. Toko ini menjadi tempat untuk menemukan barang bekas yang masih berkualitas dan layak pakai.
Dampak Positif Thrifting
Dampak positif thrifting menghadirkan perubahan yang signifikan dalam paradigma berbelanja. Dengan kesadaran konsumen yang semakin meningkat, thrifting merupakan pilihan cerdas yang mendorong perubahan positif dalam cara kita berbelanja dan konsumsi suatu barang.
Dalam beberapa kasus, thrifting juga dihubungkan dengan kontribusi positif terhadap lingkungan. Thrifting dianggap dapat membantu mengurangi produksi barang baru serta memperpanjang masa pakai suatu barang.
Selengkapnya, berikut dampak positif thrifting bagi diri sendiri dan lingkungan:
- Menghemat Uang Belanja
Thrifting menjadi cara efektif untuk menghemat uang saat berbelanja. Harga barang di thrift shop cenderung lebih terjangkau dibandingkan dengan barang baru di toko-toko lain.
- Membantu Mengurangi Sampah
Melalui pembelian barang di thrift shop, konsumen turut berkontribusi dalam upaya mengurangi sampah dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Barang-barang di thrift shop umumnya berasal dari individu atau rumah tangga yang tidak lagi memerlukan barang tersebut.
Dengan membeli dan menggunakan barang bekas, kita membantu meminimalkan pembuangan sampah. Serta memberikan barang tersebut kesempatan untuk diberdayakan kembali dan mengurangi kerusakan lingkungan. Berbelanja di thrift shop juga merupakan langkah mendukung sustainable lifestyle.
- Menemukan Barang-Barang Unik dan Langka
Kelebihan thrifting juga terletak pada kemungkinan menemukan barang-barang unik yang jarang dijumpai di tempat lain dengan harga yang bersahabat. Ini membuka peluang bagi konsumen untuk mendapatkan nilai lebih tanpa merogoh kocek lebih dalam.
Di thrift shop, kita dapat menemukan beragam barang antik, mainan lama, dan peralatan rumah tangga yang sudah tidak lagi diproduksi di pasaran. Hal ini memberikan pengalaman berbelanja yang berbeda dan memuaskan, sambil memberikan nilai tambah pada koleksi barang-barang pribadi.
- Menciptakan Gaya Baru
Dampak positif thrifting lainnya yaitu dapat menciptakan gaya baru. Ragam pilihan pakaian dengan gaya yang berbeda di toko barang bekas memungkinkan konsumen untuk mengeksplorasi dan menemukan gaya yang disukai. Ini menciptakan peluang untuk bereksperimen dengan mode tanpa memberatkan anggaran belanja.
- Mendorong Siklus Ekonomi Berkelanjutan
Dengan memilih thrifting, kita turut mendukung siklus ekonomi yang berkelanjutan. Pembelian barang bekas mengurangi kebutuhan akan produksi barang baru, sehingga mengurangi tekanan pada sumber daya alam dan energi. Siklus ekonomi yang berkelanjutan ini berkontribusi pada pemeliharaan lingkungan serta mendorong praktik bisnis yang lebih ramah lingkungan.
- Memberikan Kesempatan Kedua pada Barang
Thrifting memberikan kesempatan kedua bagi barang-barang yang sudah tidak lagi digunakan oleh pemilik sebelumnya. Barang-barang tersebut mendapat peluang baru untuk memberikan manfaat. Ini menciptakan gaya berbelanja yang lebih berkelanjutan dan beretika, serta menghargai nilai barang-barang yang sudah ada.
- Mengoleksi Kenangan
Setiap barang bekas di thrift shop memiliki sejarah dan cerita tersendiri. Dengan membeli barang-barang tersebut, konsumen tidak hanya mendapatkan barang fisik, tetapi juga menjadi bagian dari kenangan terkait barang tersebut. Misalnya pakaian yang pernah dipakai penyanyi terkenal saat konser pertamanya, dan semacamnya.
Dampak Negatif Thrifting
Dampak positif thrifting memang banyak, namun pertimbangkan juga dampak negatifnya. Selain menjadi solusi ekonomis yang mengurangi sampah dan mendukung gaya hidup berkelanjutan, kegiatan berburu barang bekas juga membawa beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan.
Kekurangan atau dampak negatif thrifting antara lain:
- Ketersediaan Barang yang Tidak Pasti
Salah satu kelemahan utama thrifting adalah ketidakpastian ketersediaan barang. Tidak dapat dipastikannya barang yang diinginkan akan tersedia di thrift shop tertentu, memaksa konsumen untuk mengunjungi beberapa toko sebelum menemukan barang yang diinginkan.
- Kondisi Barang Tidak Selalu Bagus
Meskipun thrifting membuka peluang untuk menemukan barang unik dan langka, kondisi barang tersebut tidak selalu bagus. Beberapa barang mungkin memerlukan perbaikan atau perawatan tambahan sebelum dapat digunakan. Ini menjadi salah satu kekurangan terkait kualitas produk yang ditemukan.
- Tidak Ada Garansi
Pembelian barang bekas biasanya tidak disertai dengan garansi, berbeda dengan pembelian barang baru. Jika barang yang dibeli ternyata rusak atau tidak berfungsi, konsumen tidak memiliki opsi untuk mengembalikannya kepada penjual. Ini menjadi risiko yang perlu diperhitungkan.
- Harga Tidak Selalu Lebih Murah
Meskipun sering dianggap sebagai cara berhemat, harga barang bekas tidak selalu lebih murah daripada barang baru. Hal ini bergantung pada kondisi dan popularitas barang tersebut. Harga thrifting bisa jadi lebih tinggi jika memiliki kelangkaan maupun nilai sejarah yang mengesankan.
- Risiko Penyebaran Penyakit Menular
Dampak negatif thrifting juga terkait dengan risiko penyebaran penyakit menular, terutama yang berkaitan dengan kebersihan pribadi. Barang seperti alat cukur atau peralatan pribadi lainnya dapat menjadi media penularan penyakit yang menimbulkan kekhawatiran kesehatan yang perlu diperhatikan oleh konsumen.
Ketika terjadi pandemi, impor barang bekas menjadi salah satu jalan masuk penyebaran virus penyakit. Disarankan untuk melakukan sterilisasi atau membersihkan barang dengan baik sebelum menggunakannya. Di masa pandemi, hindari membeli barang-barang bekas.
- Menghambat Pertumbuhan Industri Fesyen
Dampak negatif thrifting di antaranya dapat menghambat pertumbuhan industri konvensional, terutama industri fesyen. Penurunan permintaan terhadap barang-barang baru dapat mengurangi jumlah produksi pada produk-produk baru yang dihasilkan oleh merek-merek fesyen utama.
Dengan begitu, industri fesyen bisa mengalami tantangan dalam mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan. Hal ini memicu penurunan produksi, penjualan, dan lapangan pekerjaan dalam rantai pasokan industri tersebut.
- Menambah Sampah di Dalam Negeri
Meskipun dapat memberikan kesempatan kedua pada barang-barang bekas, dampak negatif thrifting juga berpengaruh pada peningkatan jumlah sampah di dalam negeri. Peningkatan produksi sampah dapat terjadi karena barang-barang yang awalnya mungkin akan dibuang oleh pemiliknya akhirnya ditemukan dan dibeli melalui thrifting.
Itulah mengapa pemerintah membatasi impor barang bekas karena dapat menyumbang masalah pada manajemen sampah di tingkat lokal dan nasional. Dengan melarang impor baju bekas, pemerintah berupaya untuk mengurangi volume sampah yang masuk ke dalam negeri, mendorong konsumsi produk lokal, dan melindungi pelaku industri fesyen dalam negeri dari persaingan yang tidak seimbang.
Tips Thrifting yang Aman dan Menyenangkan
Pada dasarnya, thrifting baju adalah aktivitas yang diperbolehkan dan tidak melanggar hukum. Hanya saja kita perlu memastikan bahwa barang-barang yang diperoleh melalui thrifting tidak melibatkan praktik-praktik ilegal, seperti penyelundupan barang bekas atau perdagangan barang tidak sah.
Selain itu, kesadaran akan pentingnya membeli produk lokal juga sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan di tingkat nasional. Penting untuk memahami bahwa aktivitas thrifting juga memiliki tanggung jawab terkait dampaknya pada lingkungan, masyarakat, dan industri.
Berikut tips thrifting yang bisa kita ikuti agar dapat membeli barang bekas yang berkualitas dengan harga terjangkau dan terjamin aman.
- Mencatat Barang yang Diinginkan
Sebelum memulai kegiatan thrifting, penting untuk membuat daftar barang yang ingin kita cari. Tentukan jenis pakaian atau aksesori yang dibutuhkan, seperti kaos, hoodie, setelan, atau bawahan.
Selain itu, pertimbangkan juga gaya yang disukai, apakah vintage, modern, atau feminin. Dengan membuat daftar ini, kita dapat lebih fokus saat berbelanja dan menghindari kebingungan di tengah-tengah toko atau pasar.
- Riset Lokasi
Lakukan riset pasar untuk mengetahui berbagai jenis barang yang dijual di tempat thrifting yang akan dikunjungi. Beberapa toko mungkin memiliki fokus pada pakaian vintage, sementara yang lain mungkin menawarkan barang-barang branded atau impor. Informasi ini akan membantu kita menemukan tempat yang paling sesuai dengan preferensi dan kebutuhan.
- Tentukan Budget
Setelah mengetahui pasar yang akan dikunjungi, tentukan budget yang sesuai. Perkirakan berapa biaya yang mungkin dikeluarkan untuk barang-barang yang kita cari dan pertimbangkan juga biaya transportasinya. Apalagi jika berencana membawa pulang barang belanjaan yang cukup banyak.
- Cari Tahu Ukuran, Style, dan Warna yang Disuka
Karena sebagian besar toko thrift tidak menyediakan fitting room, penting untuk mengetahui ukuran, gaya, dan warna yang sesuai dengan selera. Sebelum berbelanja, ukur ukuran tubuh kita dengan cermat dan catat.
Kenali juga gaya pakaian yang kita sukai serta warna yang paling cocok dengan selera. Hal ini akan memudahkan dalam memilih barang tanpa perlu mencoba langsung.
- Periksa Lagi Barang yang Akan Dibeli
Meskipun tidak ada fitting room, kita tetap dapat memeriksa kualitas dan kondisi barang yang ingin dibeli. Gunakan alternatif seperti mencoba memperkirakan ukuran dengan membawa meteran baju sendiri. Periksa barang dengan teliti apakah ada noda atau kerusakan yang perlu diperbaiki.
Sebagai konsumen, menjaga integritas dan etika dalam aktivitas thrifting adalah kunci untuk memastikan bahwa kita turut berkontribusi pada kegiatan ekonomi yang sehat dan berkelanjutan. Selain itu, kesadaran akan dampak positif dan dampak negatif thrifting membantu kita membentuk pilihan pembelian yang lebih bijak.
#baju thrift adalah #dampak negatif thrifting #dampak positif thrifting #thrifting adalah #thrifting baju adalah