Artikel

Pentingkah Pendidikan Karakter Sejak Dini?

Artikel ini berusaha memaparkan pendidikan karakter sejak dini secara mendalam dan detail.

Diharapkan dapat menjadi informasi dan referensi, serta dapat meningkatkan awareness tentang pentingnya pendidikan karakter sejak dini.

Pentingnya Pendidikan Karakter Sejak Dini

Kenakalan remaja merupakan hal yang tidak asing lagi, apalagi ditambah dengan perkembangan teknologi yang mempermudah remaja untuk melakukan kenakalan-kenakalan remaja yang tidak sedikit mengarah ke tindakan kriminalitas.

Dilansir melalui Sindonews.com, menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sebanyak 11.116 anak terlibat dalam kasus kriminal sejak tahun 2011 hingga akhir 2018.

Seperti yang disebutkan dalam rasiopeople.com, ada 7 kenakalan remaja yang mendominasi yaitu:

  1. Penyalahgunaan Narkoba
  2. Pornografi
  3. Seks bebas
  4. Aborsi
  5. Prostitusi
  6. Tawuran
  7. Geng motor

Menurut Komisioner KPAI Putu Elvina, salah satu penyebab anak melakukan tindakan kenakalan remaja tersebut adalah banyaknya orang tua dan keluarga yang lengah dalam mengawasi dan memberikan bekal nilai-nilai kebaikan pada anak sejak dini.

Kemudian hal ini membuat anak mencari perhatian di tempat lain, antaranya melalui teman-teman mereka. Namun, tidak jarang teman-teman mereka membawa pengaruh yang buruk untuk mereka sehingga terjadilah kenakalan-kenakalan remaja tersebut.

Aully Grashinta, Psikolog Universitas Pancasila, menyebutkan bahwa kejahatan atau tindakan kriminal yang dilakukan remaja atau anak-anak biasa disebut dengan juvenile delinquency yang dapat dikenakan pasal pidana.

Di masa anak-anak menuju remaja, adalah masa perkembangan mereka untuk menemukan identitas dan ada banyak cara untuk menemukan identitas, salah satunya dengan melakukan kenakalan-kenakalan remaja yang mengarah ke tindakan kriminal.

Di masa ini, anak akan mendekatkan diri kepada “label” tertentu pada diri mereka. Bagi anak yang tidak mendapatkan dukungan positif dari orang tua dan lingkungan mereka.

Tidak sedikit yang akhirnya mendekatkan diri mereka kepada tindakan kejahatan atau kriminal akibat ketidaktahuan mereka tentang nilai-nilai tentang mana yang baik dan tidak baik.

Hal inilah yang mendasari pentingnya Pendidikan karakter diberikan kepada anak sejak usia dini.

Apa itu Pendidikan Karakter?

pendidikan karakter anak

Menurut KBBI, proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (proses), cara, perbuatan mendidik.

Sedangkan karakter adalah tabiat (sifat-sifat kejiwaan), akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain (watak).

Arti lain dari karakter seperti yang dilansir dari lyceum.id, karakter atau watak digambarkan sebagai sifat batin seseorang yang memberikan pengaruh kepada cara berpikir, berperilaku, budi pekerti dan tabiat yang dimiliki oleh manusia.

Dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter tahun 2010, pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, budi pekerti, watak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan seseorang untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara hal yang baik dan mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan karakter bukan hanya tentang mengajarkan apa yang benar dan salah, namun menanamkan kebiasaan baik sehingga seseorang paham mana yang benar dan salah sehingga seseorang mampu merasakan nilai yang baik dan terbiasa untuk melakukan hal-hal yang baik.

Dapat disimpulkan jika pendidikan karakter bukan hanya melibatkan pengetahuan yang baik, namun juga merasakan dengan baik dan berperilaku yang baik.

Harus ditekankan jika pendidikan karakter harus dipraktikkan dan dilakukan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan yang tertanam pada diri seseorang.

Apa Tujuan dan fungsi Pendidikan Karakter?

pendidikan karakter sejak dini membentuk individu kuat

Tujuan dan fungsi Pendidikan karakter seperti yang dikutip dari finansialku.com, tujuan dan fungsi Pendidikan karakter adalah membentuk bangsa Indonesia menjadi individu yang kuat sejak dini.

Generasi Indonesia menjadi sosok yang Tangguh, berakhlak mulia, toleransi, bermoral dan saling bergotong royong.

Selain itu, Pendidikan karakter dapat menciptakan generasi yang suka membantu sesama, memiliki pola pikir yang berorientasi pada ilmu dan logika dan individu yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Diharapkan dengan seluruh anak-anak mendapatkan Pendidikan karakter sejak dini, seluruh generasi muda di Indonesia menjadi individu yang baik dan bermoral sehingga angka kenakalan remaja yang dapat menjadi tindakan kriminal dapat berkurang.

Tambahan lagi, bangsa Indonesia mampu mempertahankan karakter asli bangsa Indonesia saat banyaknya akulturasi budaya lain yang masuk ke Indonesia.

Apa Saja bagian dari Pendidikan Karakter?

Seperti di lansir di websitependidikan.com, Mendikbud membagi 18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter, yaitu:

1. Religius
Merupakan sikap dan perilaku yang senantiasa mematuhi seluruh ajaran agama yang dianut, bersikap toleransi kepada orang lain dalam melaksanakan ibadah agama lain dan hidup dengan rukun bersama dengan penganut agama lain.

2. Jujur
Merupakan perilaku untuk menjadi orang yang dapat dipercaya baik dalam ucapan, tindakan dan pekerjaan.

3. Toleransi
Merupakan sikap dan perilaku yang menghargai seluruh perbedaan yang ada, baik dalam perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang tidak sama dengan dirinya.

4. Disiplin
Merupakan perilaku yang selalu tertib dan mentaati segala ketentuan dan peraturan yang berlaku.

5. Kerja keras
Merupakan tindakan yang menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh dalam menghadapi segala hambatan baik dalam belajar atau pun tugas, serta menyelesaikan semua pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif
Merupakan tindakan dalam berpikir dan melakukan sesuatu guna mendapatkan cara atau hasil yang baru dari yang telah ada.

7. Mandiri
Merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung dan mengandalkan orang lain untuk mengerjakan tugas-tugas.

8. Demokratis
Merupakan sebuah perilaku yang menilai semua orang memiliki hak dan kewajiban baik dalam cara berpikir, bersikap dan bertindak .

9. Rasa Ingin Tahu
Merupakan sikap dan tindakan yang selalu berusaha untuk mencari tahu lebih dalam dan luas dari apa yang dilihat, didengar dan dipelajari.

10. Semangat Kebangsaan
Merupakan suatu cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang memprioritaskan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan kelompok.

11. Cinta Tanah Air
Merupakan cara berpikir, bersikap dan bertindak dalam menunjukkan kesetiaan, kepedulian, penghargaan yang tinggi terhadap Bahasa, lingkungan fisik, budaya, social, ekonomi dan politik bangsa.

12. Menghargai Prestasi
Merupakan sikap dan perbuatan yang mendorong seseorang untuk menghasilkan hal yang berguna bagi masyarakat serta menghargai dan mengakui keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/Komunikatif
Merupakan sikap dan tindakan yang menunjukkan keramahan kepada orang lain, mudah bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai
Merupakan sikap, perkataan dan perbuatan yang membuat orang lain merasa aman dan senang atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca
Merupakan kebiasaan dalam meluangkan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang dapat memberikan kebaikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan
Merupakan sikap dan perbuatan dalam usaha mencegah kerusakan pada alam dan mengembangkan usaha-usaha untuk melakukan perbaikan atas kerusakan alam yang telah terjadi.

17. Peduli Sosial
Merupakan sikap dan perilaku yang peduli dengan sekitar dan rasa ingin memberikan bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung Jawab
Merupakan sikap dan perilaku seorang pribadi dalam mengerjakan segala tugas dan kewajiban dirinya terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Kapan sebaiknya Pendidikan karakter mulai diterapkan?

pendidikan karakter dimulai dari rumah

Pendidikan karakter harus mulai diterapkan sejak anak berusia dini. Kenapa? Karena dengan memberikan Pendidikan karakter sejak anak masih sangat kecil.

Anak akan merekam seluruh apa yang didapatkan dari keluarga sebelum akhirnya anak membawanya ke lingkungan di luar rumah.

Pada usia 0-6 tahun, otak berkembang dengan sangat cepat hingga 80%.

Pada saat inilah otak anak menerima dan menyerap berbagai informasi. Inilah menjadi masa dimana perkembangan fisik, mental,spiritual anak terbentuk.

Maka dari itu, keluarga, orang tua pada khususnya memiliki peranan paling penting dalam mendidik karakter anak.

Karakter yang dikenalkan kepada anak meliputi nilai-nilai agama, moral, norma-norma sosial dan kebiasaan-kebiasaan baik yang dapat membentuk anak menjadi karakter positif.

Lalu bagaimana cara mendidik karakter anak sejak usia dini?

Seperti yang dilansir dari dosenpsikologi.com, ada 10 cara dalam mendidik karakter anak sejak usia dini, yaitu:

1. Bersikap Konsisten
Anak akan cenderung melihat apa yang mereka lihat dan Pendidikan karakter pada anak dapat dimulai dari sikap konsisten orang tua dalam mendidik atau memberikan nasihat kepada anak.

Misalnya orang tua mengajarkan anak untuk tidak membuang sampah sembarangan, namun ternyata orang tua di satu kesempatan membuang sampah sembarangan dan anak melihat.

Hal ini membuat Pendidikan karakter kepada anak menjadi gagal karena anak melihat bahwa orang tua tidak konsisten dengan ucapan dan tindakannya dan bukan tidak mungkin anak akan mengikuti.

Ketidakkonsistenan ini membuat anak bingung dalam memahami konsep salah dan benar karena orang tua pun melakukan hal yang sebenarnya salah namun tetap dilakukan oleh orang tua dan akhirnya membuat anak berpikir bahwa hal tersebut benar karena dilakukan orang tua mereka.

2. Pendidikan Keagamaan
Anak harus dikenalkan tentang konsep takut kepada Tuhan, dimana pun anak berada dan agama apa pun yang dianut.

Anak harus ditanamkan mengenai keyakinan sejak kecil dengan mengajak anak ke tempat peribadahan walau pun mereka belum mengerti tentang hakikat utamanya.

Semakin dini anak mengenal Tuhan, hal ini akan membuat anak semakin mengenal Tuhan dan dirinya dan tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan baik saat sendiri atau bersama orang lain karena senantiasa yakin bahwa Tuhan melihat apa yang mereka lakukan.

3. Input yang Diterima
Mengajarkan kebiasaan-kebiasaan baik kadang dianggap tidak penting, tapi merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan sejak dini. Sehingga saat mereka besar, mereka akan terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan baik tersebut.

Jadi saat mereka akan menyimpang dan melakukan hal diluar kebiasaan, alam bawah sadar mereka akan langsung menyadarkan mereka bahwa ada hal yang salah atau tidak sesuai dengan apa yang diajarkan kepada mereka.

Misalnya kebiasaan makan dengan tangan kanan, atau mengucapkan kata tolong, maaf dan terima kasih. Hal inilah yang akan mempengaruhi sikap dan tatakrama anak saat mereka tumbuh besar.

4. Anak ialah Peniru yang Baik
Children See, Children Do. Anak-anak merupakan seorang peniru yang baik dan ini menjadi hal yang harus diperhatikan saat akan menerapkan Pendidikan karakter sejak usia dini.

Saat orang tua mendidik karakter anak itu berarti orang tua pun turut untuk mengintrospeksi sikap dan perilaku mereka dan turut belajar bersama dengan anak.

Anak akan meniru apa yang dilihat dari hal yang dilakukan oleh orang tua.

Penting untuk orang tua untuk memperhatikan media yang diberikan kepada anak, tontonan anak, dan bagaimana lingkungan rumah dan sekolah.

Hal ini akan menjadi salah satu hal yang dapat membentuk karakter anak.

Orang tua pun turut mendampingi anak saat menonton dan menjelaskan ke anak jika ada hal yang salah dari apa yang dilihat oleh anak agar menjadi hal yang bias dipelajari oleh anak.

5. Tidak Memanjakan Anak
Setiap orang tua pasti ingin memberikan semua yang diinginkan oleh anak-anaknya, namun hal ini akan memberikan dampak pada sikap dan sifat anak-anak hingga mereka dewasa.

Dengan memanjakan anak, anak akan terbentuk menjadi karakter yang tahu bahwa jika dia menginginkan sesuatu, cukup dengan meminta dan merengek dan ini akan terbawa sampai anak menjadi dewasa.

Memanjakan anak akan membentuk anak menjadi karakter yang lemah, cepat putus asa, dan memiliki ego yang amat besar.

Orang tua bisa melakukan negosiasi jika anak menginginkan sesuatu, misalnya dengan anak harus membantu untuk merapikan mainan dahulu jika ia ingin membeli mainan.

Hal ini akan membuat anak paham jika ia menginginkan sesuatu, dia harus berusaha dahulu untuk mendapatkannya.

Orang tua harus menguatkan hati saat anak menangis dan merengek saat menginginkan sesuatu karena jika orang tua langsung luluh saat anak menangis, hal ini akan dipahami oleh anak, jika ia ingin sesuatu, cukup dengan menangis, maka apa yang ia inginkan akan tercapai.

6. Lakukan Hal Kecil
Hal yang kecil menurut orang tua, bisa jadi adalah yang sangat besar artinya bagi mereka.

Misalnya dengan pembiasaan menyapa orang setiap berpapasan, mengucap kata terima kasih dan maaf yang merupakan suatu hal sederhana dalam membentuk karakter anak sejak dini.

Hal ini akan membentuk anak untuk terbiasa berkomunikasi dan bertatakrama dengan orang lain secara benar.

Anak harus diajarkan sejak awal jika ada norma-norma sosial yang harus dipatuhi dan semua orang tidak bisa bersikap sesuka hati mereka tanpa memperhatikan norma-norma tersebut.

Jika orang tua membiarkan anak bersikap sesuka hati mereka, anak-anak akan merekam bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal yang benar.

Kembali lagi, kebiasaan-kebiasaan kecil tersebut yang akan dibawa oleh anak sampai anak menjadi dewasa dan akan berpengaruh dengan bagaimana ia berinteraksi dengan orang lain di masa depan.

7. Berbagi itu Penting
Memaklumi segala sesuatu dengan “Namanya juga anak-anak” saat anak melakukan hal yang salah berarti orang tua lalai dalam membentuk karakter anak sejak usia dini.

Salah satunya bagaimana orang tua memaklumi jika anak tidak mau berbagi dan meminta orang lain untuk mengalah. Hal ini akan membuat anak menjadi pribadi yang pelit, tidak mau berbagi dan tidak menghargai orang lain.

Apa dampak untuk anak? Anak akan tumbuh menjadi karakter yang negatif dan anak akan mudah meremehkan orang lain, menganggap dirinya lebih tinggi levelnya ketimbang orang lain karena dia memiliki apa yang orang lain tidak punya.

Anak bisa menjadi anak yang anti sosial yang bisa membuat terkucil dari lingkungannya.

8. Katakan Salah Jika Anak Memang Salah
Sebagai orang tua, sudah naluriah pasti ingin membela anaknya. Namun, membela anak yang telah berbuat salah maka orang tua membentuk anak menjadi seorang pengecut.

Kenapa?

Karena orang tua tidak membentuk anak menjadi seorang pemberani yang berani untuk mengakui kesalahannya.

Dengan membela anak yang berbuat salah, ini sama saja dengan orang tua membenarkan kesalahan anak.

Hal ini akan membuat anak cenderung membenarkan apa pun yang dia lakukan hingga ia menjadi dewasa yang akan berdampak dengan bagaimana ia berinteraksi dengan orang lain.

9. Berkelanjutan
Saat anak sudah tidak berusia dini lagi, bukan berarti Pendidikan karakter sudah selesai. Pendidikan karakter kepada anak harus tetap berlanjut hingga mereka dewasa.

Tugas orang tua adalah mengawasi anak-anak meski pun mereka sudah paham mana yang salah dan benar.

Orang tua masih berkewajiban mengawasi anak hingga anak menikah dan dapat bertanggung jawab dengan hidup mereka.

10. Tanamkan Pada Semua Anak
Saat orang tua memiliki anak lebih dari satu, maka Pendidikan karakter pada anak harus dilakukan kepada semua anak walau pun karakter dan sifat anak-anak berbeda.

Orang tua bisa bekerja sama dalam menanamkan Pendidikan karakter kepada anak.

Terapkan pada anak-anak jika seluruh norma-norma dan peraturan yang ada berlaku untuk seluruh anak, baik untuk anak yang pendiam, atau anak yang kritis.

Hal ini akan membuat anak-anak paham dan terbiasa dengan nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka.


Demikian penjelasan mengenai betapa pentingnya Pendidikan karakter sejak usia dini.

Diharapkan jika seluruh anak dapat tumbuh menjadi karakter yang baik, ke depan mereka pun akan bermanfaat bagi orang lain.

Semoga bermanfaat. Jangan lupa dishare yaa..!

TAGS
#pendidikan #pendidikan karakter #pendidikan karakter sejak dini #pentingnya pendidikan karakter