Ulasan

Alasan Mengapa Konsumsi Gula Harus Dikurangi

Beberapa tahun belakangan ini minuman manis sedang menjadi tren di Indonesia.

Mulai dari es cappuccino cincau, es kepal milo, thai tea sampai sekarang yang sedang digandrungi oleh anak-anak muda mulai dari anak sekolah sampai pekerja kantoran adalah es teh dengan isian boba dan es kopi susu kekinian.

Minuman manis memang menjadi pilihan yang paling sesuai dengan cuaca panas di Indonesia. Apalagi banyak masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan minum teh dan kopi manis di pagi dan sore hari.

Tapi tahukah kamu kalau manisnya gula tidak semanis rasanya jika dikonsumsi secara berlebihan.

Gula menjadi penyebab meningkatnya penderita diabetes seperti yang dilansir di kumparan.com yang merupakan penyebab kematian terbesar di Indonesia sebesar 6,7 persen setelah stroke di peringkat kedua 2,1 persen dan penyakit jantung koroner 12,9 persen.

Hal inilah yang membuat WHO dan Kemenkes RI mulai mensosialisasikan tentang pembatasan konsumsi gula.

Untuk WHO merekomendasikan jumlah gula yang dapat dikonsumsi adalah sebesar 25 gram.

Menurut Peraturan Kemenkes RI No. 30 tahun 2013, konsumsi gula yang direkomendasikan dalam satu hari adalah maksimal sebesar 50 gram atau 5 sendok makan dalam 1 hari atau setara dengan 2 gelas teh manis dalam sehari.

Itu baru dari jumlah gula yang ada di dalam 1 gelas teh manis, belum lagi jumlah gula yang kita dapatkan dari kue, buah, minuman kemasan dan makanan manis lainnya yang dikonsumsi setiap harinya.

Namun, sebelum membahas berbagai alasan mengapa kita harus mengurangi konsumsi gula, berikut penjelasan mengenai apa itu gula dan apa saja yang menjadi sumber gula.

Pengertian gula

pengertian gula

Gula merupakan karbohidrat sederhana karena gula dapat larut dalam air dan dapat langsung diserap oleh tubuh untuk diubah menjadi energi. Gula sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Monosakarida

Terbentuk dari satu molekul gula dan yang termasuk monosakarida adalah:

a. Glukosa yang bisa ditemukan di dalam sayur-sayuran, buah-buahan, makanan yang berasal dari biji-bijian seperti nasi, roti, pasta, mi dan tepung-tepungan.

Glukosa dapat disalurkan dalam darah untuk kemudian disimpan dalam sel otot dan sel hati. Gula inilah yang disebut dengan gula darah yang akan merangsang hormon insulin.

Glukosa diserap melalui usus halus untuk kemudian disalurkan ke seluruh tubuh melalui darah. Selain itu, glukosa juga disimpan dalam otot dan inilah yang membuat tubuh kita menjadi berenergi.

b. Fruktosa yang dapat ditemukan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran. Fruktosa tidak bisa dialirkan dalam darah dan ini yang membuat kadar gula darah stabil.

Fruktosa sendiri memiliki sifat lipogenik yang dapat merangsang produksi sel lemak. Kelebihan fruktosa ini berefek sama dengan kelebihan makanan yang berlemak.

c. Galaktosa yang bisa ditemukan di dalam umbi-umbian, singkong, kentang dan bihun.

2. Disakarida

Disakarida terbentuk dari 2 molekul gula, yang termasuk dalam disakarida:

a. Sukrosa (glukosa + fruktosa) biasa terkandung di dalam gula pasir dan sirup jagung.
b. Laktosa (glukosa + galaktosa) biasanya terkandung di dalam susu.
c. Maltosa (glukosa + glukosa) dapat ditemukan di dalam selai, cokelat, permen dan roti. Maltosa hanya diserap oleh tubuh sebesar 50%-60%.

Gula sendiri banyak digunakan sebagai pemanis di dalam makanan atau minuman dan juga sebagai pengawet.

Dalam bukunya yang berjudul Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut tahun 2013, Darwin membagi produk-produk gula berdasarkan sumbernya:

1. Gula Alami

• Gula pasir
Terbuat dari cairan sari tebu yang dikristalkan.

• Gula pasir kasar
Terbuat dari cairan sari tebu seperti gula pasir di atas, namun bentuknya lebih besar dan kasar. Sering digunakan sebagai bahan taburan karena sifatnya yang tidak meleleh saat di oven.

• Gula balok atau gula dadu
Terbuat dari sari tebu dan berbentuk balok dadu sebagai campuran minuman kopi atau teh.

• Gula icing
Merupakan campuran gula pasir dan tepung maizena yang digiling sampai halus sampai berbentuk tepung gula.

• Gula coklat
Terbuat dari tetesan air tebu yang dicampur dengan molase saat proses pembuatannya sehingga berwarna coklat.

• Gula merah
Terbuat dari air sadapan bunga pohon kelapa atau air nira kelapa dan sering disebut sebagai gula jawa.

• Gula aren
Memiliki bentuk, tekstur dan rasa yang mirip dengan gula merah. Bedanya gula aren terbuat dari sadapan air nira pohon aren.

2. Gula Buatan Melalui Proses Kimiawi

• High Fructose Corn Syrup atau Sirup/Gula Jagung
Terbuat dari jagung dan bertekstur cair seperti sirup. Biasanya sirup jagung ini memiliki tingkat kemanisan yang sangat tinggi, yaitu 1,8 kali lebih manis daripada gula biasa.

Hal ini memicu tubuh merasakan lapar sehingga tubuh menginginkan karbohidrat lebih banyak lagi.

• Sorbitol, sabitol dan maninitol
Gula ini terdapat dalam permen bebas gula, obat batuk dan makanan serta minuman yang memiliki label ‘diet’.

Sayangnya gula ini menghambat proses metabolisme alami tubuh karena tidak bisa dicerna oleh tubuh

• Saccharin dan asparteme
Gula ini sering dipakai dalam minuman rendah kalori dan rendah gula, namun tingkat kemanisannya tinggi.

Berikut beberapa alasan mengapa kita harus mengurangi konsumsi gula yang dilansir dari berbagai sumber:

resiko konsumsi gula berlebih adalah diabetes

1. Berisiko Obesitas yang Dapat Menyebabkan Berbagai Penyakit

Saat ini kasus obesitas sudah meningkat 3 kali lipat di seluruh dunia sejak tahun 1975.

Dilansir dari actiononsugar.org, di tahun 2016, WHO memperkirakan ada 1.9 miliar orang dewasa yang kelebihan berat badan dan 650 juta diantaranya mengalami obesitas.

Hal ini sama dengan 13% jumlah populasi orang dewasa secara global.

Ternyata kelebihan berat badan dan obesitas adalah hal yang berbeda. Untuk kelebihan berat badan atau overweight adalah dimana berat badan (BB) seseorang melebihi BB normal.

Sedangkan untuk obesitas sendiri adalah kondisi dimana di dalam tubuh terdapat jumlah lemak tubuh yang berlebih.

Dikutip dari kompas.com, di tahun 2000, jumlah penduduk Indonesia yang mengalami overweight ada 76,7 juta atau 17,5%, sedangkan yang mengalami obesitas ada di angka 9,8 juta atau 4,7% dari total 210 juta penduduk.

Untuk metode yang digunakan untuk mengukur tingkat overweight dan obesitas adalah Body Mass Index (BMI): Berat Badan (kg) dibagi dengan jumlah kuadrat dari tinggi badan (meter).

Berikut rincian nilai BMI untuk orang Asia:
• BMI normal: 18,5 – 22,9
• BMI overweight: 23 – 24,9
• BMI obesitas: >30

BMI biasa digunakan untuk menentukan rsiko yang mungkin dapat membuat seseorang terkena penyakit seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, nyeri punggung dan disfungsi seksual.

Mengapa konsumsi gula berlebihan dapat membuat obesitas?

• Konsumsi gula berlebihan dapat menghambat kerja hormon leptin yang tertugas sebagai sinyal rasa kenyang dalam tubuh kita.

Jika hormon leptin sudah resisten dan tidak dapat memberikan sinyal rasa kenyang pada tubuh kita, hal ini yang menyebabkan tubuh merasa terus lapar dan tidak mau berhenti makan sehingga memicu kelebihan berat badan dan obesitas.

• Gula tambahan yang digunakan dalam makanan dan minuman untuk menambah rasa memiliki jumlah kalori yang tinggi dan dapat menambah berat badan orang dengan cepat.

Selain itu, makanan dengan gula tambahan memiliki banyak kalori kosong yang tidak mengandung nutrisi bermanfaat bagi tubuh.

Obesitas bisa disebut sebagai pintu penyakit karena banyak penyakit yang bisa muncul pada orang-orang yang obesitas.

Risiko penyakit apa saja yang bisa mengancam orang dengan obesitas?

a. Diabetes
Begitu mendengar diabetes, orang pasti akan mengaitkannya langsung ke gula karena diabetes merupakan penyakit lama atau kronis dan biasanya ditandai dengan jumlah kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau melebihi batas normal.

Kadar gula dalam darah di tubuh manusia diatur oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas.

Pada kasus penderita diabetes, yang terjadi adalah pankreas tidak sanggup untuk memproduksi insulin yang membuat sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa untuk menjadi energi.

Diabetes sendiri dibagi menjadi 2, diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2.

Untuk diabetes tipe 1 terjadi karena tubuh pankreas kurang atau tidak bisa memproduksi insulin dan membuat tubuh membutuhkan tambahan insulin dari luar tubuh.

Saat tidak produksi insulin, maka glukosa yang ada dalam darah tidak bisa dioleh menjadi energi karena tidak adanya insulin yang bertugas untuk mengikat gula darah dan membawa ke sel untuk diolah menjadi energi.

Akhirnya glukosa yang tidak diolah menjadi energi pun menumpuk dalam darah.

Untuk diabetes tipe 1 biasanya diidap oleh orang yang memiliki faktor risiko seperti memiliki keluarga yang memiliki diabetes tipe 1 dan yang memiliki penyakit autoimun.

Diabetes tipe 2 atau biasa disebut kencing manis adalah tipe diabetes yang paling sering diidap oleh orang-orang.

Untuk diabetes tipe 2 ini terjadi saat pankreas dapat memproduksi insulin, namun sel-sel tubuh tidak bisa menggunakan insulin tersebut secara efisien untuk mengubah glukosa menjad energi dan biasa disebut resistensi insulin.

Akibatnya akan terjadi penumpukan gula darah yang berlebih di dalam tubuh.

Apa itu resistensi insulin? Resistensi insulin adalah kondisi saat sel-sel otot, hati dan lemak tidak dapat menggunakan insulin dengan optimal.

Resistensi insulin disebabkan oleh kelebihan berat badan dan faktor genetik. Orang dengan obesitas memiliki risiko 80 kali lebih mungkin daripada orang dengan berat badan normal.

Hal ini karena jika jaringan lemak semakin tebal, maka sel-sel tubuh akan semakin kebal terhadap insulin. Tambahan lagi jika tubuh menyimpan lemak di bagian perut, hal ini makin memperbesar risiko terkena diabetes tipe 2.

b. Kanker

Ada satu pemahaman yang berkembang di masyarakat bahwa gula adalah makanan bagi sel-sel kanker dan dapat memicu sel kanker untuk berkembang dalam tubuh.

Berikut akan dijelaskan tentang apa sebenarnya hubungan gula dengan kanker. Apa betul gula menjadi penyebab seseorang mengidap kanker?

Glukosa adalah bahan bakar dasar yang memberi energi kepada sel-sel di dalam tubuh.

Jika kita memasukkan makanan dan minuman yang tinggi kadar glukosanya, misalnya minuman bersoda, glukosa tersebut akan langsung diserap ke dalam darah yang siap digunakan oleh sel-sel tubuh kita.

Jika kita makan makanan yang mengandung tepung seperti mi atau pasta, enzim di dalam lidah dan enzim percernaan akan mengubahnya menjadi glukosa.

Dan jika untuk beberapa alasan tidak ada karbohidrat dalam pola makan kita, sel-sel dalam tubuh dapat mengubah lemak dan protein menjadi glukosa karena sel-sel tubuh membutuhkan glukosa.

Inilah asal mula munculnya kepercayaan jika gula menjadi bahan bakar terbentuknya sel kanker untuk berkembang di dalam tubuh.

Yaitu jika sel kanker membutuhkan banyak glukosa, maka dengan berhenti mengkonsumsi gula sama saja dengan menghentikan pertumbuhan sel kanker.

Namun sayangnya dalam kenyataannya tidak seperti itu. Seluruh sel dalam tubuh membutuhkan glukosa dan kita tidak bisa mengatur sel mana saja yang bisa diberikan glukosa dan mencegah sel kanker untuk menyerap glukosa.

Jadi sebenarnya glukosa bukan penyebab langsung munculnya kanker.

Tapi, gula sendiri secara tidak langsung menjadi penyebab risiko seseorang terkena kanker.

Bagaimana caranya?

Seseorang yang mengkonsumsi gula secara berlebihan dapat menyebabkan seseorang kelebihan berat badan bahkan obesitas yang dapat meningkatkan risiko terkena 13 jenis kanker yang berbeda seperti yang dilansir dari scienceblog.cancerresearchuk.org.

13 jenis kanker yang dapat dipicu karena kelebihan berat badan dan obesitas adalah:

• Kanker otak
• Kanker tiroid
• Kanker esophagus
• Kanker payudara
• Kanker hati
• Kanker perut
• Kanker ginjal
• Kanker kantong empedu
• Kanker pankreas
• Kanker usus besar
• Kanker indung telur
• Kanker rahim
• Kanker darah

c. Penyakit Jantung dan Stroke

Orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko meningkatnya tekanan darah yang menjadi faktor risiko terbesar dalam terjadinya penyakit jantung dan stroke.

Selain itu kadar kolesterol darah yang tinggi pada orang dengan obesitas bisa menjadi penyebab terjadinya plak pada pembuluh darah dan di kemudian hari bisa menjadi pemicu terjadinya serangan stroke dan penyakit jantung koroner.

d. Gangguan Pernafasan

Orang dengan obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan pernafasan karena faktor menumpuknya lemak di bagian leher yang membuat saluran udara menyempit dan mengakibatkan kesulitan bernafas dan kecenderungan untuk mendengkur.

Atau yang lebih parah lagi, mengalami sleep apnea adalah kondisi dimana seseorang berhenti bernafas sesekali atau beberapa kali saat tidur.

Orang yang mengalami sleep apnea biasanya akan merasa mengantuk saat siang hari, kesulitan untuk fokus dan bahkan mengalami gagal jantung.

2. Dapat menyebabkan kecanduan

kecanduan gula

Hampir semua kalangan menyukai makanan dan minuman manis. Mulai dari anak kecil hingga orang lanjut usia.

Mulai dari permen, biskuit, cokeat, es krim sampai minuman kemasan menjadi makanan kesukaan orang-orang apalagi jika sedang sedih atau lelah, biasanya makanan dan minuman manis menjadi pilihan untuk mengembalikan suasana hati seseorang.

Tapi tahukah kamu jika gula bisa membuat seseorang menjadi kecanduan bahkan lebih parah daripada kecanduan obat-obatan terlarang?

Lalu apa hubungan antara gula dan kecanduan?

Mengapa setelah minum atau makan sesuatu yang manis, seseorang cenderung merasa lebih senang?

Ada satu fakta bahwa saat kita makan dan minum sesuatu yang manis, saat itu juga opioid dan dopamin ikut dilepaskan. Opioid dan dopamin erat kaitannya dengan efek rasa senang dan bahagia.

Opioid adalah zat pereda sakit yang akan menempel pada reseptor opiod di sel otak, sumsum tulang belakang dan organ lain yang berhubungan dengan rasa sakit dan senang.

Kemudian sel tersebut melepaskan sinyal yang meredam rasa sakit dari otak ke tubuh dan kemudian melepaskan hormon dopamin.

Sedangkan dopamin adalah senyawa kimiawi yang bertugas menyampaikan rangsangan ke seluruh tubuh dan juga sebagai pengendali emosi.

Bila dilepaskan dalam jumlah yang tepat, hormon ini akan membuat seseorang merasa lebih bahagia, sedangkan jika kekurangan maka akan membuat seseorang menjadi buruk suasana hatinya dan yang lebih parah bisa meningkatkan risiko terjadinya depresi.

Hal inilah yang menjadi alasan mengapa banyak orang menyukai makanan dan minuman yang manis karena mereka menikmati rasa bahagia dan senang yang dikeluarkan bersama dengan dopamin tersebut.

Lalu mengapa bisa menyebabkan kecanduan?

Dopamin adalah neurotransmitter yang merupakan kunci dari perilaku ketergantungan.

Saat perilaku tertentu menyebabkan dilepasnya dopamin dalam jumlah yang melebihi dari yang dibutuhkan, maka kita akan merasa ‘puas’ dan membuat kita cenderung ingin merasakannya lagi dan kemudian membuat kita mengulangi perilaku tersebut.

Saat kita mengulangi perilaku tersebut berkali-kali, otak akan menyesuaikan dan mengeluarkan dopamin dalam jumlah lebih sedikit. Satu-satunya cara untuk merasakan rasa ‘puas’ seperti sebelumnya adalah mengulangi perilaku tersebut dengan menaikkan jumlah dan frekuensinya.

Lalu, mengapa gula bisa menjadi candu?

Menurut Cassie Bjork, R.D, L.D, founder Healthy Simple Life, Gula mengaktifkan reseptor opioid di otak kita dan mempengaruhi pusat penghargaan di otak.

Hal ini yang mempengaruhi tindakan yang kompulsif walau pun hal ini memiliki konsekuensi buruk bagi tubuh seperti bertambahnya berat badan, sakit kepala, hormon yang tidak seimbang, dan lain-lain.

Ditambahkan lagi, setiap kali kita makan makanan manis, kita menguatkan jalan saraf-saraf di atas yang menyebabkan otak kita meningkatkan keinginan akan gula dan meingkatkan kadar toleransi seperti obat-obatan yang menyebabkan kecanduan.

Namun, kecanduan pada gula ini dapat lebih mudah diidentifikasi daripada kecanduan obat-obatan terlarang atau minuman keras.

Apa tandanya seseorang sudah kecanduan gula?

Tanda paling jelas dari kecanduan gula adalah:
• Seseorang mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jumlah gula yang banyak.
• Seseorang sangat sering mengkonsumsi makanan atau minuman manis.
• Seseorang makan dan minum sesuatu yang manis karena sedang bosan.
• Seseorang yang selalu ingin makan dan minum yang manis setelah mengalami hal yang menyebabkan stress atau sedang kesal.

3. Dapat Menurunkan Kerja Otak

gula berlebih mengurangi kinerja otak

Otak adalah organ tubuh yang mengkonsumsi glukosa lebih banyak daripada organ-organ tubuh lainnya.

Namun, konsumsi gula yang berlebihan dapat mempengaruhi fungsi otak seperti kesulitan mengingat dan aktifitas kognitif.

Dilansir dari idntimes.com, kadar gula yang berlebihan dalam otak dalat membuat hipokampus di otak besar mengecil dan bisa berakibat demensia.

Hal ini disebabkan kadar gula yang tinggi akan membuat darah menjadi kental sehingga saat darah melewati otak.

Darah akan menarik cairan lain di otak dan menyebabkan sel-sel otak menciut dan semakin lama ukurannya semakin menyusut dan berpengaruh kepada fungsi otak.

4. Memberi Efek Negatif Terhadap Kecantikan

gula berlebih berefek pada kecantikan

Ternyata konsumsi gula berlebihan dapat memberi efek buruk bagi kecantikan seperti yang dikutip dari merdeka.com:

• Kantung mata
Konsumsi gula yang melebihi batas konsumsi gula harian ternyata dapat meningkatkan pembengkakan di bawah mata.

Patricia K. Farris , ahli dermatologi di Universitas Tulane menyatakan jika kantung mata pasien-pasiennya berkurang pembengkakannya karena mengurangi konsumsi gula mereka.

• Jerawat
Jerawat disebabkan oleh produksi kelenjar minyak berlebih yang menyebabkan saluran folikel rambut dan pori-pori kulit tersumbat.

Salah satu penyebab produksi kelenjar minyak berlebih adalah tingginya tingkat insulin yang disebabkan oleh masuknya kadar gula yang berlebih ke dalam tubuh.

Jadi, kalau ingin mengatasi jerawat di wajah yang membuat tidak percaya diri, mengurangi konsumsi gula bisa menjadi salah satu solusinya.

• Penuaan dini
Dua protein yang berperan penting dalam mencegah penuaan diri karena bertugas untuk menjaga kelenturan dan peremajaan sel kulit adalah kolagen dan elastin.

Namun, kedua protein penting ini dapat rusak oleh glukosa dan fruktosa pada makanan manis yang masuk ke tubuh kita.

Glukosa dan fruktosa dapat memicu terciptanya AGE (Advanced Glycation End Products) yang membuat tugas kolagen dan elastin untuk meremajakan sel-sel kulit di proses regenerasi sel.

Tambahan lagi, AGE dan sinar UV dapat menghasilkan Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat membuat gejala penuaan pada kulit menjadi lebih cepat.

• Hirsutisme
Ternyata jumlah insulin yang meningkat bukan hanya dapat menyebabkan jerawat, tapi juga bisa menyebabkan hirsutisme yang merupakan pertumbuhan rambut pada wanita di daerah wajah, khususnya di daerah sekitar mulut.

Hal ini terjadi karena produksi hormon testoteron yang berlebih pada wanita yang dipicu oleh meningkatnya jumlah insulin akibat asupan gula yang berlebih.

• Kulit kasar
Konsumsi gula secara berlebihan memicu meningkatnya kadar insulin dalam tubuh, hal ini pun dapat memicu peradangan di kulit yang dapat berakibat kulit menjadi tampak kusam, kasar dan mudah memerah.

5. Gula dapat Mempengaruhi Hormon pada Wanita

gula berlebih mengganggu hormon wanita

Salah satu efek buruk dari mengkonsumsi gula secara berlebih bagi perempuan adalah terganggunya hormon estrogen yang terasa saat PMS dan menopause.

Gula yang dikonsumsi secara berlebih dapat menimbulkan rasa kelelahan, rasa ingin makan yang berlebih terutama makanan dan minuman manis, kram dan perubahan suasana hati yang cukup ekstrim.

Dikutip dari womenshealthnetwork.com, dr. Sarika Arora, MD, menyatakan jika teman-teman dan pasiennya yang mengurangi konsumsi gula merasakan perubahan saat mereka sedang PMS.

Seperti lebih bertenaga, tidak terlalu mengidam makanan dan minuman manis, tidak kram dan lebih stabil untuk suasana hati mereka.

Apa hubungan gula dengan hormon di dalam tubuh?

Gula yang berlebihan dapat mengganggu hormon yang paling kuat dalam tubuh, yaitu insulin dan insulin sangat berhubungan dengan hormon lainnya, termasuk estrogen dan testoteron.

Saat insulin naik, biasanya setelah makan makanan yang manis, hal ini bisa membuat proten penting Sex Hormone Binding Globulin (SHBG) jadi menurun.

SHBG sendiri mengikat estrogen dan testoteron yang berlebih dalam darah, namun, jika kadar SHBG rendah, hormon estrogen dan testoteron akan meningkat.

Insulin juga akan meningkatkan produksi testoteron yang mengubahnya menjadi estrogen.

Hal ini akan berakibat rasio estrogen menjadi progesterone menjadi sangat tinggi dan akhirnya membuat seseorang menjadi mudah tersinggung, gelisah, tidak bisa tidur dan banyak lagi.

Untuk wanita yang sedang menopause, gejalanya akan lebih parah dan bisa menimbulkan demam dan keringat dingin.


Dampak negatif akibat mengkonsumsi gula dapat menjadi pertimbangan bagi masyarakat untuk mengurangi konsumsi gula harian.

Namun, perlu dicatat bahwa mengurangi konsumsi gula bukan berarti kita benar-benar berhenti mengkonsumsi gula. Karena untuk tubuh manusia sendiri membutuhkan gula yang memberi manfaat seperti penjelasan di atas.

Berikut kami bagikan beberapa tips yang dihimpun dari berbagai sumber tentang tips mengurangi konsumsi gula dalam kehidupan sehari-hari:

• Kurangi jumlah pemakaian gula dalam minuman. Misal, biasanya menggunakan gula sebanyak 2 sendok teh dalam segelas teh atau kopi, untuk selanjutnya bisa dicoba hanya dengan 1 sendok teh saja.

• Kurangi minum minuman yang manis seperti minuman bersoda, minuman olahraga, minuman dalam kemasan dan minuman apa pun yang mengandung banyak gula.

• Batasi mengkonsumsi gula sederhana dan biji-bijian olahan seperti kue, roti, permen, pasta dan nasi putih.

• Perbanyak minum air putih. Jika tidak terlalu suka dengan rasa air putih yang hambar, buat infused water dengan menambahkan buah-buahan dalam air untuk memberi rasa air.

• Ganti snack bergula dengan makanan ringan yang lebih sehat seperti kacang-kacangan, buah atau biskuit gandum utuh.

• Selalu membaca jumlah gula yang ada di minuman dan makanan kemasan dan pilih yang memiliki jumlah gula paling rendah.

• Ganti sarapan dengan makanan yang lebih sehat dan rendah gula seperti bubur gandum yang bisa dicampur dengan buah segar, telur rebus atau telur dadar, atau yogurt.

Demikian penjelasan mengenai alasan kenapa kita harus mengurangi gula. Semoga kita bisa terus menjaga kesehatan kita ya. Mari hidup dengan lebih sehat!

Referensi:
Hellosehat.com
Library.binus.ac.id
Scienceblog.cancerresearchuk.org

TAGS
#gula #konsumsi gula #kontrol gula #kurangi konsumsi gula #mengurangi gula