Ulasan

Plastik: Manfaat dan Dampak dalam Penggunaannya

Di era modern ini, ada banyak sekali kebiasaan masyarakat yang berubah dimana perubahan tersebut dapat membawa dampak yang cukup besar bagi kehidupan seluruh umat manusia.

Salah satunya yaitu penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan plastik bisa menggantikan peran kayu, bambu, rotan, dan logam.

Banyak alat-alat yang kita gunakan terbuat dari plastik. Masyarakat pun lebih menyukai peralatan yang terbuat dari plastik karena mudah di dapat, dan dari segi harga pun lebih murah ketimbang bahan dengan material lain.

Sebelum membahas mengenai plastik dengan segala kelebihan serta kekurangannya, mari kita mengenal terlebih dahulu mengenai plastik.

Mengenal Jenis-Jenis Plastik

Bicara mengenai plastik, kita hanya mengenal bahwa plastik biasa dipakai sebagai pembungkus makanan, minuman, bahan untuk perabotan rumah tangga, dan lain-lain.

Kalau ditinjau dari pengertiannya, plastik adalah senyawa organik yang mudah dibentuk, memiliki rantai yang sangat panjang karena tersusun dari banyak unit pembangun seperti karbon, hidrogen, serta atom-atom lainnya secara berulang-ulang.

Menurut Dini Trisyanti, Direktur Sustainable Waste Indonesia, ada dua kategori plastik berdasarkan jumlah lapisannya, yaitu :

1. Single layer, jenis plastik berbahan satu lapis. Termasuk jenis yang mudah untuk didaur ulang.

2. Multi layer, jenis plastik yang terdiri dari beberapa lapisan bahan. Contoh dari plastik ini adalah plastik mie instan, minyak goreng kemasan, kemasan pewangi atau pelembut pakaian, kemasan kopi, dan sejenisnya.

Selain dari kedua jenis tersebut, plastik pun dibedakan menjadi 7 tipe.

Ada penomoran dari setiap jenis plastik yang ada, hal ini dilakukan agar kita mudah dalam mengidentifikasi jenis-jenis tersebut, karena setiap plastik memiliki karakter yang berbeda-beda.

Ada jenis yang aman untuk digunakan sampai berulang kali, ada yang tidak.

Ada jenis plastik yang dapat mengganggu kesehatan apabila dipakai, ada jenis yang dapat merusak lingkungan kalau digunakan secara tidak tepat. Ada yang sulit didaur ulang, ada pula yang mudah.

Berikut beberapa jenis plastik yang perlu kita ketahui :

jenis-jenis plastik

1. PET (Polyethylene Terephthalate)

Dikenal juga sebagai fiber anti-kerut. Memiliki sifat tahan lama, kuat, ringan, serta mudah dibentuk. Biasa digunakan untuk kemasan makanan serta minuman. Termasuk dalam plastik yang banyak didaur ulang.

Dibalik kegunaannya, PET mengandung antimony trioxide yang dianggap karsinogen atau dapat memicu kanker.

Semakin lama sebuah cairan berada di dalam kemasan yang terbuat dari bahan ini, makan semakin besar potensi dalam mengaktifkan antimony.

Selain itu suhu panas di dalam mobil, garasi, lemari penyimpanan tertutup dapat meningkatkan pengaktifan senyawa tersebut.

Contoh dari plastik ini yaitu botol air mineral, kemasan dressing salad, botol soda, botol jus, botol minyak goreng, kemasan makanan, cup pada kedai kopi ataupun outlet makanan lainnya.

2. HDPE (High Density Polyethylene)

Plastik ini memiliki sifat yang padat, kuat, dan lebih tebal dibandingkan jenis PET, dan tidak mudah rusak apabila terkena paparan sinar matahari.

Biasa digunakan sebagai bahan untuk membuat kantong belanja, botol susu, botol deterjen, botol lotion, dan botol-botol peralatan kecantikan serta mandi.

Jenis plastik yang paling umum untuk didaur ulang, mudah, dan aman karena tidak mengandung bahan yang membahayakan.

Selain itu, bahan ini sering dipakai untuk membuat meja piknik, tempat sampah, ember, alat-alat perkantoran, suku cadang kendaraan bermotor, serta produk lain yang membutuhkan ketahanan terhadap cuaca.

Meskipun begitu, dari beberapa studi menjelaskan bahwa jika HDPE terkena pancaran sinar UV dalam jangka waktu yang lama, plastik ini dapat menghasilkan zat kimia yang menyerupai estrogen dan dapat merusak sistem hormon.

3. PVC (Polyvinly Chlorine)

Termasuk jenis plastik yang dianggap berbahaya. Selain karena pembuangan PVC dapat menyebabkan masalah kesehatan serta lingkungan.

Penggunaan PVC pun dapat menyebabkan dampak kesehatan seperti yang disebabkan oleh zat bisphenol A (BPA), phthalates, elad, dioxins, mercury, dan cadmium.

Zat-zat tersebut merupakan penyebab kanker dan dapat meningkatkan reaksi alergi pada anak serta mengacaukan cara kerja hormon pada manusia.

PVC awalnya merupakan jenis plastik yang paling banyak digunakan sebelum keluarnya hasil penelitian tersebut.

Selain itu, PVC tidak banyak diproses untuk daur ulang dan sangat tidak disarankan untuk digunakan oleh masyarakat. Apalagi kalau digunakan sebagai pembungkus makanan.

Hasil dari produk ini berupa mainan anak, pembungkus plastik, botol detergen, binder, kantung darah, dan perlengkapan medis.

4. LDPE (Low Density Polyethyelene)

Termasuk dalam jenis plastik yang paling banyak digunakan di dunia karena sangat mudah untuk diproduksi dan cukup aman digunakan untuk kemasan pada makanan atau minuman.

Namun di beberapa penelitian menunjukkan bahwa LDPE dapat merusak sistem hormon pada manusia. Selain itu, LDPE merupakan jenis plastik yang cukup sulit untuk didaur ulang.

Contoh produk dari bahan ini yaitu kantung belanja, kantung laundry, kemasan pada roti, kemasan untuk frozen food, pembungkus plastik, pelapis karton susu, pelapis pada botol mustard yang dapat diremas, pelapis kabel serta kawat.

5. PP (Polypropylene)

Sifat bahan ini lebih kaku, lebih tahan terhadap panas, dan kuat. Sampah plastik PP tidak mudah untuk didaur ulang serta dapat menimbulkan asma serta gangguan hormon pada manusia.

Meskipun begitu, pemakaian dari produk-produk yang menggunakan bahan ini terbilang aman.

Contoh dari bahan PP ini adalah tempat makan, pot tanaman, tutup botol obat, tube margarin, sedotan, mainan, berbagai macam botol.

6. PS (Poly Styrene)

Termasuk plastik yang tidak aman apabila dipakai sebagai wadah untuk makanan atau minuman panas dan berminyak.

Karena dapat mengeluarkan styerene yang dapat mengganggu sistem saraf serta otak, paru-paru, hati, dan sistem kekebalan tubuh.

Selain itu tingkat daur ulang PS pun terbilang rendah, tidak dapat diurai oleh tanah, dan mengeluarkan gas beracun apabila dibakar. Contoh dari PS yaitu Styrofoam, tempat minum sekali pakai, gelas plastik, kotak CD.

7. Bahan plastik lainnya

Jenis plastik dengan penomoran 7 ini merupakan tipe plastik yang belum disebutkan di atas dan plastik dengan bahan yang berlapis atau dikombinasikan dengan jenis plastik lain.

Contohnya seperti bioplastik, Polycarbonate (PC). PC atau dikenal juga dengan Lexan, Makrolon, Makroclear merupakan jenis plastik yang tidak aman karena mengandung Bisphenol A (BPA).

BPA yang terkandung dalam PC terbukti dapat menyebabkan permasalahan kesehatan.

Seperti kerusakan kromosom pada rahim wanita, penurunan jumlah sperma pada pria, pubertas dini, perubahan kelamin pada katak, perubahan fungsi imunitas, kerusakan otak serta saraf, diabetes type III, obesitas, kanker payudara, kanker prostat, kemandulan, gangguan metabolik, dan kerusakan sistem kardiovaskular.

Selain dari banyaknya masalah kesehatan yang ditimbulkan, PC pun memiliki tingkat daur ulang yang rendah. Sebisa mungkin, hindari pemakaian produk-produk yang terbuat dari PC dan mengandung BPA.

Sayangnya, PC masih banyak digunakan untuk membuat botol minuman bayi, botol susu bayi, botol minuman, galon air mineral, kaleng untuk makanan, botol kecap, dan pelapis gigi.

Namun beberapa negara melarang PC untuk pembuatan kemasan susu formula dan botol susu pada bayi serta balita.

Karena banyaknya kode penomoran, ada 3 kesimpulan yang penting dari 7 jenis plastik tersebut, yaitu :

1. Meskipun berbeda antara bahan satu dengan yang lain, namun semua golongan plastik dapat menimbulkan zat berbahaya jika berada dalam kondisi yang ekstrem, seperti panas.

2. Terdapat 3 jenis plastik yang cukup aman untuk digunakan, yaitu : PET, HDPE, dan PP.

3. Dua jenis plastik yang sering diproses untuk daur ulang yaitu PET dan HDPE. Meskipun begitu para ahli terus mengupayakan agar semua jenis plastik dapat didaur ulang untuk mengurangi sampah plastik.

Pengkodean plastik ditujukan agar masyarakat lebih mawas diri dalam penggunaannya.

Mengingat dampak dari kesehatan serta lingkungan yang ditimbulkan dari pemakaian beberapa jenis plastik serta limbah dari plastik tersebut yang sebagian besar masih sulit untuk diurai dan didaur ulang.

Apalagi di Indonesia masih banyak produk yang terbuat dari plastik dimana tidak mencantumkan kode-kode seperti di atas.

Problematika Plastik yang telah Menjadi Sampah

plastik yang menjadi sampah

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa banyak sekali nilai guna dari plastik dalam kehidupan manusia. Sayangnya selalu ada sisi sebaliknya, ada kelebihan serta kekurangan dari plastik.

Yaitu apabila plastik tersebut sudah berakhir menjadi sampah dan tidak dikelola dengan baik maka dapat merusak kesehatan dan juga lingkungan.

Dari semua jenis sampah, plastik termasuk sampah yang paling banyak ditemukan baik itu di darat maupun di perairan.

Sampah plastik merupakan isu yang menjadi perhatian dunia. Sayangnya di Indonesia, isu ini masih kalah dengan isu lainnya. Seperti kita ketahui, Indonesia merupakan negara “produsen” sampah plastik terbesar di dunia setelah Tiongkok.

Di tahun 2018, terkumpul sekitar 66,5 juta ton sampah. Bila tidak ada upaya pencegahan, diperkirakan akan melonjak sampai 70,8 ton pada tahun 2025.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Peneliti Kimia Laut dan Ekotoksologi Pusat Penelitian Oseagrafi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Reza Cordova, menyampaikan bahwa laut di Indonesia menerima kiriman sampah plastik bekas konsumsi sejumlah 100-400 ribu ton/tahun.

Sampah yang paling banyak ditemukan yakni sampah plastik sebesar 36% hingga 38%. Jumlah tersebut merupakan yang paling banyak ditemukan dari jenis sampah lainnya seperti karet, logam, kayu olahan, kain, dan bahan berbahaya lainnya.

Rosa Vivien Ratnawati, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Bahan Beracun Berbahaya (B3) dan Limbah B3 Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLKH) mengungkapkan, bahwa masyarakat Indonesia mengkonsumsi sekitar 9,8 miliar lembar kantong plastik setiap tahunnya.

95% plastik berakhir menjadi sampah dan kurang dari 10% yang didaur ulang.

Penyebab Sampah Plastik yang Membludak

Dilihat dari berbagai sudut pandang, memang penggunaan plastik terlihat lebih praktis dan lebih murah, yaitu :

  • Kuat
  • Ringan
  • Fleksibel
  • Tahan karat
  • Tidak mudah pecah
  • Mudah diberi warna sehingga menambah daya Tarik
  • Mudah dibentuk untuk berbagai fungsi
  • Isolator panas atau listrik yang baik

Sayangnya kepraktisan tersebut tidak diimbangi dengan kesadaran akan sampah. Publik seolah masih belum sepenuhnya peduli akan bahaya dari sampah tersebut.

Dihimpun dari berbagai sumber, diketahui ada beberapa faktor yang menyebabkan sampah plastik kian menggunung.

tumpukan sampah menggunung

1. Banyaknya Produk yang dikemas dengan Plastik

Rosa Vivien menyebutkan, sampah plastik yang kian membanjir dikarenakan pola konsumsi masyarakat yang berubah. Kini orang-orang lebih menyukai hal-hal yang praktis.

Plastik banyak ditemukan sebagai wadah kemasan makanan siap saji, minuman, dan kantong belanja.

Dulu kita harus mengembalikan botol minuman ke toko ketika membeli. Kini ketika minuman sudah dikemas dengan plastik, konsumen bisa langsung bergegas meninggalkan toko tanpa harus menghabiskannya terlebih dahulu.

Begitupun dengan makanan yang saat ini kebanyakan dikemas dengan plastik. Selain itu, kebiasaan orang pada era sebelumnya, sering membawa tas belanja saat berbelanja. Kini hanya sedikit sekali orang yang membawa benda tersebut.

Sama seperti pembungkus makanan mentah. Dahulu makanan lebih sering dibungkus dengan daun pisang, sekarang sudah tergantikan dengan plastik.

Kantong plastik pun menjadi momok yang mengkhawatirkan bagi lingkungan. Mengutip dari tirto.id (berita tanggal 17 Oktober 2016) yang ditulis kembali oleh Kompasiana menyatakan, jumlah pemakaian kantong plastik di Indonesia mencapai 9 miliar lembar/tahun.

Untuk di kota-kota besar, rata-rata satu orang menghasilkan sampah plastik sekitar 700 lembar/tahun.

Tentunya perusahaan yang menggunakan plastik untuk kemasan produknya, harus bertanggung jawab dalam mengurangi sampah tersebut.

Di Australia misalnya, salah satu perusahaan minuman, Coca Cola, bertanggung jawab terhadap sampah mereka dengan cara memberikan poin atau kembalian senilai A$10 cent bagi siapa saja yang mengembalikan botol minuman kepada perusahaan.

Sayangnya, di Indonesia perusahaan tersebut belum menerapkan hal yang sama.

2. Masyarakat yang masih enggan Berpaling dari Plastik

Di antara semua jenis produk, plastik merupakan salah satu yang paling banyak digunakan dan paling banyak berakhir menjadi sampah. Hal ini dikarenakan keengganan masyarakat untuk lepas dari plastik.

Kondisi tersebut sesuai dengan hasil riset yang dilakukan Greeneration.org pada tahun 2009 lalu mengenai perilaku masyarakat terkait konsumsi plastik. Hasilnya adalah :

  • 94% masyarakat mengetahui dampak negatif akan sampah plastik
  • 64% setuju bahwa sampah plastik haruslah dikurangi

Berdasarkan hasil di atas menandakan bahwa masyarakat paham akan bahaya sampah plastik.

Namun pengetahuan tersebut tidak diimbangi akan kepedulian untuk mengurangi pemakaian plastik. Masih dari riset yang sama, alasan masyarakat tetap mengkonsumsi plastik yaitu :

  • 79% Karena tidak membawa tas belanja
  • 63% Karena lupa
  • 15% Karena malas atau tidak mau repot

Tahun 2016 lalu, pemerintah pernah mencanangkan peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLKH) Nomor SE.8/PSLB3/PS/PLB.0/5/2016 mengenai Pengurangan Sampah Plastik Tidak Gratis di seluruh outlet pasar ritel modern di Indonesia.

Kebijakan tersebut diterapkan dari 21 Februari 2016 sampai 1 Oktober 2016, dimana pembeli diharuskan membayar sebesar Rp 200, untuk setiap lembar kantong plastik yang dipakai.

Sayangnya peraturan tersebut tidak begitu meninggalkan dampak yang signifikan terhadap perubahan perilaku konsumen. Adapun perubahan tersebut pun hanya bersifat sementara.

Melanjutkan dari hasil riset yang dilakukan oleh Greeneration, menghasilkan opini masyarakat mengenai sampah plastik, yaitu :

  • 48% masyarakat memerlukan kebijakan yang jelas dan tegas perihal pemakaian kantong plastik
  • 38% masyarakat memerlukan edukasi yang terperinci mengenai dampak dari sampah plastik.

3. Rendahnya Daur Ulang Sampah Plastik

Riset yang dilakukakn oleh J.Jambeck menyatakan, Amerika Serikat menggunakan plastik jauh di atas Indonesia, yaitu dengan rata-rata 38 juta kg/hari.

Berkat manajemen sampah plastik yang baik, Amerika dapat memberdayakan sampah plastik sehingga tidak ada yang terbuang percuma apalagi menimbulkan permasalahan lingkungan.

Berbeda dengan Indonesia yang menggunakan 11 juta kg/harinya, namun sampah tak terkelola mencapai 9 juta kg/hari. Yang artinya hanya 2 juta kilogram sampah plastik yang dikelola dengan baik.

Keadaan tersebut membuat semakin banyaknya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah semakin sempit. Hal ini disampaikan oleh Dini Trisyanti, Direktur (Sustainable Waste Indonesia).

Bahwasanya ada lebih dari 380 TPA di Indonesia yang kurang lebih memiliki luas total 8.200 hektar, akan mencapai batasnya bahkan ada pula yang sudah penuh.

Di samping itu, masyarakat pun menolak jika daerahnya dijadikan sebagai TPA sehingga akan sangat sulit sekali untuk mencari lahan baru.

Salah satu alasan sampah plastik semakin menggunung yaitu banyaknya produk-produk yang dikemas menggunakan plastik.

Seharusnya perusahaan produsen plastik atau yang menggunakan kemasan plastik bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan.

Itulah alasan mengapa di negara-negara dengan penggunaan sampah yang melebihi Indonesia dapat memaksimalkan pengolahan sampah, terutama sampah plastik.

Perlu adanya ekonomi sirkular dalam mengelola sampah, yaitu membuat siklus antara produksi, konsumsi, serta daur ulang sampai sampah menjadi tidak ada.

Dengan menerapkan pola ini, maka kita dapat mengurangi ekstraksi sumber daya alam, membuka lapangan pekerjaan baru, meningkatkan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung, mengurangi pasokan sampah ke TPA, serta lingkungan yang menjadi lebih baik karena terbebas dari sampah.

Wilson Pandhika, Sekjen Indonesia Plastiks Recyclers (IPR) memaparkan kalau daur ulang plastik di Indonesia sudah ada sejak 1970-an, yang mana dikerjakan oleh sektor informal yang berkembang secara mandiri.

Hal ini dipicu oleh manfaat ekonomi yang mereka dapatkan. Berdasarkan data dari IPR, ada sekitar 25.000 pemulung di Jakarta dan 7.000 di Bantargebang, Bekasi.

Adapun jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor daur ulang plastik yaitu 100.000 pada sektor formal dan 3,3 juta orang sektor informal.

Sayangnya pandangan masyarakat Indonesia terhadap pendaur ulang plastik serta peran circular economy masihlah dianggap sebelah mata.

Masyarakat masih memberikan image yang buruk terhadap pendaur ulang sampah, sehingga perlu adanya edukasi dalam hal ini.

Kendala dalam industri daur ulang sampah plastik yaitu:

  • Kurangnya bahan baku karena banyaknya sampah plastik yang tidak dapat didaur ulang.
  • Sampah yang tidak terpilah dengan baik menyebabkan biaya pemilahan dan pembersihan menjadi mahal.
  • Rantai yang panjang dari sumber sampah hingga ke pendaur ulang, membuat biaya transportasi menjadi tinggi serta banyaknya perantara yang ada.
  • Tingginya biaya yang dikeluarkan tidak diimbangi dengan harga pasar bahan plastik daur ulang. Sehingga pendaur ulang hanya bisa menghasilkan produk dengan kualitas rendah.
  • Keterbatasan investasi pada peralatan canggih untuk menunjang proses daur ulang pun turut menjadi kendala.

Dari sekian banyak jenis plastik, yang paling banyak didaur ulang yakni HDPE, PET, dan PP. Pasar utama dari daur ulang plastik PET yaitu kemasan, karung, dan fiber.

Sedangkan untuk HDPE adalah kantong plastik, kantong sampah, barang keperluan rumah tangga, serta barang-barang dari sektor konstruksi.

Untuk plastik PP pasar utamanya yaitu peralatan rumah tangga, barang untuk otomotif, karung, serta tali rafia. Dilihat dari tingkat kontaminasi, proses daur ulang pada jenis HDPE dan PP lebih tinggi daripada PET.

4. Kurang Tegasnya Hukum Mengenai Plastik

Tidak dapat dipungkiri bahwa menangani sampah haruslah secara simultan, yaitu dari pihak pemerintah baik pusat maupun daerah, pihak swasta, dan masyarakat.

Tiza Mafira, Direktur Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik menerangkan bahwa perlu penanganan yang lebih serius dalam mengurangi sampah plastik.

Jangan hanya fokus pada sosialisasi dan peningkatan kesadaran masyarakat saja. Tetapi juga perlu adanya kebijakan pemerintah sebagai bentuk aplikasi dari sosialisasi peningkatan kesadaran masyarakat.

Pada tahun 2016 lalu, pemerintah menerapkan uji coba kebijakan kantong plastik yang dilakukan selama 3 bulan. Caranya dengan membayar setiap kantong plastik yang dipakai di semua gerai pasar swalayan dan retail.

Kebijakan tersebut berdampak pada penurunan timbunan sampah plastik sekitar 25% dan 67% masyarakat setuju untuk membawa kantong plastik sendiri.

Kemudian percobaan dilanjutkan selama 3 bulan lagi. Sayangnya tidak semua peritel melaksanakan kebijakan tersebut, dan terjadi kenaikan kembali pada sampah kantong plastik sebesar 14%. Tiza berpendapat, pengolahan sampah plastik di Indonesia belumlah menyeluruh.

Karena itu, perlu adanya sinergi antara kementrian serta lembaga dalam pengaturan pengelolaan sampah plastik.

Saat ini hanya beberapa wilayah saja yang baru menerapkan kebijakan larangan penggunaan pada Plastik Sekali Pakai (PSP). Contohnya seperti Bali, Bandung, dan Banjarmasin.

Menurut Henri Subagiyo, Direktur Eksekutif Indonesian Center for Environmental Law (ICEL), perlu adanya kebijakan dari pemerintah kepada perusahaan dalam hal ini sebagai produsen dari sampah plastik untuk mengurangi penggunaan plastik. Baik itu bagi pemegang merek, pelaku usaha ritel, serta juga pelaku usaha makanan dan minuman.

Ohiongyi Marino, kepala Divisi Pesisir dan Maritim ICEL berpendapat, regulasi pemerinta kepada produsen sampah plastik ini masih belum kuat.

Sifatnya hanya berupa alternatif tanpa ada ketentuan jelas mengenai kewajiban bagi produsen dalam mengurangi sampah seperti pembatasan timbunan, pendaur ulang, atau pemanfaat kembali dari sampah tersebut.

Selain itu pemerintah juga harus meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum untuk pelaksanaan kebijakan tersebut.

Beliau menambahkan, bila hal tersebut tidak ditanggapi secara detil, terukur, dan serius, maka pengurangan sampah plastik yang digaungkan oleh pemerintah hanya akan berakhir menjadi wacana saja.

Bahaya dari Sampah Plastik

bahaya sampah plastik bagi lingkungan

Diketahui bahwa sampah plastik termasuk jenis yang sulit diurai, butuh waktu sekitar 500-1.000 tahun lamanya bagi alam untuk mengurainya.

Permasalahan yang ditimbulkan dari sampah plastik pun tidak bisa dianggap remeh, karena partikel berbahaya dari plastik akan membuat kondisi alam memburuk. Seperti :

a. Tanah serta air tanah akan tercemar bahan kimia dari plastik.

b. Akan mengganggu kelangsungan hidup makhluk-makhluk yang ada di dalam tanah karena partikel berbahaya yang terdapat dalam sampah plastik.

c. Menurunkan tingkat kesuburan tanah.

d. PCB yang tidak dapat terurai dengan baik dapat membuat binatang ataupun tumbuhan secara tidak sengaja mengkonsumsi senyawa tersebut, sehingga akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.

Manusia pun sebagai konsumen akhir dalam rantai makanan bisa turut terkena dampak dari senyawa tersebut. Adapun bahaya PCB bagi kesehatan, dapat dilihat pada artikel ini (link artikel Indonesia Darurat Sampah)

e. Dapat menghambat jalur air, baik di darat maupun perairan seperti kali ataupun sungai. Sehingga menyebabkab banjir atau sungai yang menjadi dangkal.

f. Bahaya mikroplastik, yaitu potongan plastik kecil, yang tidak sengaja termakan oleh hewan laut.

Mikroplastik tersebut akan sulit dicerna oleh hewan sehingga menyebabkan gangguan kesehatan bahkan kematian bagi hewan atau makhluk yang menjadi predator dari hewan yang sudah terpapar mikroplastik.

g. Dapat membuat hewan-hewan terjerat sampah plastik karena mengira plastik tersbut merupakan makanan baginya.

h. Dapat menimbulkan sejumlah penyakit berbahaya seperti kanker, gangguan sistem saraf, pembengkakan hati, gangguan reproduksi baik hewan maupun pada manusia, dan paru-paru.

Karena beberapa kategori plastik memang tidak aman untuk digunakan atau akibat dari pengelolaan sampah plastik yang tidak sempurna sehingga melepaskan partikel berbahaya bagi kesehatan.

i. Pencemaran udara, karena masih banyaknya orang-orang yang suka membakar sampah. Sampah plastik yang tidak dibakar dengan alat berteknologi tinggi dapat menyebabkan lepasnya partikel berbahaya.

Selain asapnya dapat mencemari lingkungan, kesehatan pun dapat terganggu.

Mengurangi sampah plastik. Mau dimulai dari mana?

Pepatah mengatakan, sebuah perubahan besar dimulai dari perubahan kecil terlebih dahulu. Yaitu dari diri kita sendiri.

Alangkah baiknya titip-tiap diri ini sadar akan dampak dari sampah plastik dan juga mulai mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti :

1. Membawa botol minum sendiri, daripada membeli air minum kemasan dalam botol.

2. Tidak menggunakan sedotan plastik saat sedang bepergian. Pakailah sedotan stainless steel, atau sedotan yang bisa dipakai secara berulang-ulang.

3. Membawa tas belanja yang juga dapat dipakai berulang kali.

4. Jika memungkinkan, bawalah wadah makanan sendiri saat sedang ingin membeli makanan. Atau bisa juga membawa bekal makanan dari rumah dengan wadah makanan yang bisa dipakai berkali-kali.


Mari kita sama-sama menjaga kelestarian alam dengan bijak dalam menggunakan plastik. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Kalau bukan sekarang, lalu kapan?

Referensi:

https://bisakimia.com

https://waste4change.com

https://www.mongabay.co.id

http://www.martinrecords.com

https://www.kompasiana.com

https://bulelengkab.go.id

TAGS
#dampak plastik #jenis jenis plastik #plastik #sampah plastik