Ulasan
Green Ramadan: Wujudkan Ramadan Ramah Lingkungan
Gerakan Green Ramadan sangat penting untuk lebih digencarkan lagi. Tentunya kita mengetahui bahwa masalah lingkungan saat ini dan ancaman krisis iklim layaknya efek bola salju yang semakin membesar dan harus segera diatasi.
Kamu tahu tidak kalau masalah sampah justru meningkat selama Ramadan? Mulai dari sampah plastik kresek, kemasan styrofoam, sampai sampah makanan atau food waste. Padahal Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengajak seluruh umat Islam meningkatkan amalan di bulan Ramadan.
Amalan di bulan Ramadan tidak hanya untuk diri sendiri kepada Allah (hablu min Allah) dan sesama manusia (hablu min al-nas), melainkan juga dalam menjaga alam semesta (hablu min alam). Turut melestarikan lingkungan merupakan suatu keharusan.
Fenomena peningkatan sampah di bulan Ramadan perlu dihentikan. Sudah waktunya kita mendukung penggunaan produk ramah lingkungan dan mengupayakan segala cara mengurangi sampah plastik.
Fenomena Peningkatan Sampah di Bulan Ramadan
Bulan Ramadan merupakan bulan suci bagi umat Islam yang penuh keberkahan. Banyak orang berlomba-lomba meningkatkan ibadah dan melakukan kebaikan. Di antaranya yaitu bersedekah makanan dan beribadah puasa.
Mirisnya, ibadah puasa di bulan Ramadan tidak identik dengan puasa produksi sampah. Bahkan zerowaste.id mencatat peningkatan sampah mencapai 20% di bulan Ramadan. Kita juga bisa melihat sendiri banyaknya kemasan takjil menggunakan kantong plastik dan styrofoam, penggunaan plastik kresek untuk sandal di masjid, sampah setelah salat Idulfitri, dan lain-lain.
Sebagai contoh di Tangerang Selatan, Kompas mengutip pernyataan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang menyebutkan volume sampah mencapai 750 ton per hari selama Ramadan. Peningkatan ini mencapai 50% lebih tinggi dibandingkan volume sampah di Tangsel yang biasanya sekitar 500 ton per hari.
Tidak hanya itu, sampah makanan atau food waste juga meningkat selama Ramadan. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI yang dirangkum Liputan6 menyebutkan bahwa sampah makanan di Indonesia mencapai 46.703 ton setiap tahunnya. Jumlah tersebut merupakan 28% dari seluruh jenis sampah yang dihasilkan.
Laporan Economist Intelligence Unit tahun 2020 mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara pembuang makanan terbesar kedua di dunia. Setiap orang di Indonesia rata-rata membuang makanan sebanyak 300 kg per tahun.
Sumber terbesar sampah makanan yaitu dari sisa konsumsi rumah tangga yang jumlahnya mencapai 1.600 ton setiap tahun atau setara 40% dari keseluruhan sampah makanan. Sedangkan dari pusat perniagaan sebesar 19% dan dari pasar tradisional sekitar 15%.
World Economic Forum tahun 2021 melaporkan jumlah food waste dari seluruh dunia mencapai 931 juta ton setiap tahunnya. Ini berarti kita membuang sia-sia triliunan galon air dan sumber daya yang digunakan untuk menanam, memelihara, serta menghasilkan makanan.
Orang-orang yang telah menahan hawa nafsu selama berpuasa cenderung menjadi lebih konsumtif dan ingin menyantap banyak makanan saat berbuka. Banyak yang kalap berbelanja dan membeli makanan, termasuk aji mumpung mengambil takjil gratis yang banyak dibagikan.
Pada akhirnya makanan yang telah dibeli dan disajikan tersebut tidak dihabiskan karena sudah kekenyangan. Tidak masalah jika makanan itu merupakan bahan mentah atau makanan kering yang bisa disimpan dan dikonsumsi hari berikutnya. Namun untuk makanan yang cepat rusak akan berakhir menjadi sampah.
Sampah makanan atau food waste yang dibuang akan membusuk dan mengurai di tanah. Proses penguraian tersebut menghasilkan gas metana yang terlepas ke udara. Alhasil selimut polusi semakin tebal bergulung di atmosfer. Pemanasan global tidak dapat dihindari.
Bulan Ramadan merupakan bulan suci bagi umat Islam. Ibadah puasa yang dijalani seyogianya juga dibarengi dengan puasa produksi sampah plastik dan menghindari membuang makanan. Terapkan Green Ramadan untuk mewujudkan Ramadan ramah lingkungan.
15 Cara Menerapkan Green Ramadan
Green Ramadan adalah konsep atau gerakan yang mengajak umat Islam melakukan amalan di bulan Ramadan sesuai tuntunan dan dengan cara yang ramah lingkungan, berkelanjutan, serta melestarikan alam.
Konsep Green Ramadan bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang dihasilkan selama Ramadan, seperti peningkatan sampah, penggunaan energi yang berlebihan, dan penanganan konsumsi berlebihan yang akhirnya meningkatkan jumlah sampah makanan.
Krisis iklim yang terjadi sejatinya terkait dengan krisis moral manusia sendiri yang berlangsung bertahun-tahun. Butuh waktu untuk mengubah perilaku dan membangun kesadaran tentang peran dan tanggung jawab manusia terhadap alam semesta.
Bulan Ramadan merupakan momentum untuk lebih intens saling mengingatkan dalam kebaikan dan membangun kebiasaan baik secara konsisten. Ada banyak sekali hal sederhana yang bisa kamu lakukan secara kontinu, namun dampaknya akan sangat besar dalam menjaga kelestarian alam.
Kamu bisa memulainya dengan menggunakan produk ramah lingkungan sebagai cara mengurangi sampah plastik. Cobalah ikuti tips berikut tentang 15 cara menerapkan Green Ramadan yang bisa kamu lakukan.
1. Bawa Tas Belanja Kain
Penggunaan kantong plastik kresek sebagai wadah barang belanjaan sudah menjadi kebiasaan masyarakat selama bertahun-tahun. Tanpa disadari sampah kantong kresek sudah menumpuk, mencemari laut, dan membahayakan lingkungan. Terdapat 9,85 miliar kantong kresek yang menjadi sampah setiap tahunnya di Indonesia.
Semua orang harus berupaya menghindari penggunaan kantong plastik kresek. Kita bisa menggantinya dengan tas kain yang bisa digunakan berulang kali. Saat ini telah banyak produk ramah lingkungan berupa tas kain yang bisa dilipat kecil sehingga mudah dibawa kemana-mana. Kamu bisa langsung menggunakannya jika tiba-tiba ingin berbelanja saat bepergian.
2. Hindari Sedotan Plastik
Sedotan plastik sekali pakai memang kelihatannya kecil. Mungkin ada yang heran, masa sih benda sekecil itu bisa berbahaya bagi lingkungan? Nyatanya setiap hari ada 500 juta sedotan plastik yang langsung dibuang setelah dipakai. Sampah sedotan plastik mencemari lingkungan dan membahayakan spesies di laut.
Kamu bisa menerapkan Green Ramadan dengan cara menggunakan sedotan dari bambu atau stainless steel yang bisa dipakai berulang kali. Jika tidak ada, minum saja dari gelas atau botol tanpa sedotan. Bisa, kan?
3. Gunakan Botol Minum Ramah Lingkungan
Tren produk ramah lingkungan perlu digencarkan sebagai salah satu cara mengurangi sampah plastik. Ingat, minumanmu mungkin habis dalam beberapa jam bahkan menit, tapi sampah gelas plastik yang digunakan tidak bisa habis sampai ratusan tahun.
Tanamkan dalam dirimu bahwa membawa botol minum sendiri yang ramah lingkungan itu bijak dan keren. Jangan malu untuk menggunakan botol minum sendiri saat membeli es teh atau minuman kekinian favoritmu. Berapapun kontribusimu dalam mengurangi sampah gelas plastik sangat berarti untuk menyelamatkan bumi.
4. Bawa Wadah Makanan Sendiri
Mau buka puasa dengan kolak pisang dan gorengan? Kamu bisa datang ke penjual takjil langgananmu sambil membawa wadah makanan sendiri, seperti piring, rantang, maupun mangkok. Hindari membeli takjil yang sudah siap dalam kemasan plastik maupun styrofoam.
Produk ramah lingkungan dalam bentuk wadah makanan banyak beredar di pasaran. Material yang digunakan bisa dari stainless steel, kaca, dan serat gandum. Wadah makanan ini bisa digunakan berulang kali, aman untuk kesehatan, serta ramah lingkungan.
5. Gunakan Alat Makan Sendiri
Selain gelas plastik dan kemasan styrofoam, paket makanan sering dilengkapi sendok dan garpu plastik sekali pakai. Padahal ada jutaan paket makanan yang disajikan selama Ramadan. Bisa dibayangkan berapa banyak sampah sendok dan garpu yang dihasilkan?
Menggunakan alat makan sendiri jauh lebih higienis dan efektif mengurangi sampah. Apalagi saat ini tersedia paket alat makan berisi sendok, garpu, dan sumpit dalam kotak kecil yang cocok dibawa kemana saja.
6. Gunakan Produk Ramah Lingkungan Saat Berbagi Takjil
Salah satu amalan di bulan Ramadan yang sangat dianjurkan adalah bersedekah, terutama memberikan makanan untuk orang yang berbuka puasa. Tidak heran jika banyak orang berbondong-bondong membagikan takjil di pinggir jalan. Sayangnya, makanan yang dibagikan biasanya dikemas styrofoam.
Contoh Green Ramadan yang bisa kamu lakukan diantaranya menggunakan produk ramah lingkungan saat berbagi takjil. Alih-alih menggunakan styrofoam, kamu bisa menggunakan kemasan daun pisang, daun jati, besek bambu, dan sebagainya. Mungkin harganya akan lebih mahal dibandingkan styrofoam, tapi sepadan demi menyelamatkan bumi yang kita tinggali.
7. Hindari Penggunaan Kemasan Plastik atau Styrofoam Saat Bukber
Bukber atau buka puasa bersama merupakan salah satu tradisi yang menyenangkan saat Ramadan. Kita bisa menjalin silaturahmi sambil menyantap hidangan bersama. Jika acara bukber dilakukan di hotel maupun restoran sepertinya tidak masalah karena makanan dihidangkan di piring saji.
Sering kali di masjid-masjid juga disediakan makanan dan minuman setiap hari untuk orang-orang yang ingin buka puasa bersama. Pada umumnya makanan sudah dikemas dalam styrofoam atau kardus beralas mika plastik, lengkap dengan alat makan sekali pakai dengan alasan kepraktisan. Setelah makan, kemasannya bisa langsung dibuang, terdengar mudah ya?
Beberapa masjid perlu ditiru karena telah menerapkan konsep Green Ramadan. Makanan dan minuman yang disediakan untuk bukber disajikan di piring dan gelas kaca atau logam. Selain ramah lingkungan, konsep ini membuka ladang pahala bagi sukarelawan yang bertugas mencuci peralatan makan di masjid.
8. Gunakan Kain Lap sebagai Pengganti Kertas Tisu
Produksi kertas tisu membutuhkan serat kayu dari hasil penebangan pohon di hutan. Proses pembuatannya pun menghasilkan limbah kimia yang mencemari lingkungan. Sayang sekali jika sumber daya sebesar itu dihamburkan demi produk sekali pakai.
Alih-alih menggunakan kertas tisu, kamu bisa menggunakan kain lap yang lebih ramah lingkungan karena bisa digunakan berkali-kali. Kamu bisa menggunakan beberapa kain lap khusus untuk membersihkan barang yang berbeda-beda.
9. Pilihlah Produk Refill dan Hindari Kemasan Sachet
Kemasan kecil sachet atau sekali pakai menghasilkan lebih banyak sampah plastik dibandingkan kemasan besar. Akan lebih baik lagi jika kamu memilih kemasan refill untuk mengurangi sampah kemasan.
Beberapa perusahaan telah menyediakan dispenser besar berisi produk yang dijualnya. Pembeli bisa membawa botol kosong atau kemasan lama yang telah habis untuk diisi ulang kembali. Selain harganya lebih murah, konsep ini juga lebih ramah lingkungan.
10. Hindari Produk dengan Kemasan Berlapis
Kemasan berlapis memang terkesan lebih higienis dan bisa memperpanjang daya tahan produk. Tapi tidak jarang kita menemukan produk dengan kemasan berlapis tanpa tujuan khusus, hanya demi estetika semata.
Padahal kemasan berlapis artinya kemasan ganda di mana sampah yang dihasilkan juga berkali lipat. Perlu dipertimbangkan dengan matang antara manfaat dan dampak negatifnya dalam menggunakan kemasan berlapis.
11. Pilih Produk Ramah Lingkungan
Jika ada produk dengan kemasan ramah lingkungan dan produk dengan kemasan sekali pakai tidak berkelanjutan, maka pilihlah produk dengan kemasan ramah lingkungan. Dengan begitu kamu telah berkontribusi dalam menyelamatkan bumi.
Sebagai contoh produk sabun mandi konvensional dari bahan kimia sintetik dan kemasan plastik tebal sekali pakai dibandingkan produk sabun mandi lainnya yang menggunakan bahan alami ramah lingkungan dan dijual dengan sistem refill, sebaiknya kamu mendukung produk yang lebih ramah lingkungan tersebut.
12. Belanja di Toko yang Mendukung Gerakan Ramah Lingkungan
Gerakan ramah lingkungan perlu diapresiasi agar semakin menjamur. Kabar baiknya, studi Who Cares Who Does tahun 2021 mengungkapkan bahwa 9.000 orang di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, kini lebih peduli dan memilih produk ramah lingkungan.
Sebanyak 58% responden mengaku bersedia menginvestasikan waktu dan biaya guna memberikan dukungan pada unit usaha yang peduli lingkungan. Pastikan kita juga termasuk orang yang mendukung pelestarian alam. Salah satu caranya dengan belanja di toko yang mendukung gerakan ramah lingkungan.
13. Bawa Tikar dan Kantong Sandal Sendiri
Jamaah salat biasanya akan membludak saat Ramadan dan salat Idulfitri. Tidak sedikit jamaah yang menggunakan alas kertas koran bekas saat melaksanakan salat di halaman parkir atau lapangan. Kemudian kantong kresek digunakan untuk menyimpan sandal atau sepatu.
Dampaknya bisa ditebak, jumlah sampah koran dan kantong kresek akan meningkat. Ironis sekali jika niat beribadah tapi secara tidak langsung membahayakan lingkungan. Lebih baik kita menerapkan Green Ramadan dengan membawa tikar dan kantong sandal dari kain yang bisa digunakan berulang kali.
14. Bijak Mengambil Makanan
Setelah berjuang menahan lapar dan dahaga selama berpuasa, saat berbuka layaknya self reward yang dinantikan. Ingin ini dan ingin itu, berbagai macam makanan seolah ingin dihabiskan semuanya.
Jangan lupa, kapasitas tubuhmu terbatas. Manusia hanya bisa mengonsumsi minuman dan makanan sesuai porsinya masing-masing, tidak lebih. Jika kamu berlebihan mengambil makanan, kamu akan kesulitan menghabiskannya.
Mau tidak mau makananmu akan dibuang percuma. Lebih bijak mengambil makanan secukupnya sesuai dengan kebutuhan tubuhmu. Sehingga kamu tidak menambah food waste dan menyia-nyiakan energi yang digunakan untuk memproses makanan.
15. Mengajak Orang Lain Menerapkan Green Ramadan
Menerapkan sustainable lifestyle membawa banyak keuntungan, bukan hanya untuk melestarikan lingkungan, tapi diri kita sendiri bisa merasakan manfaatnya secara langsung. Gaya hidup berkelanjutan yang ramah lingkungan dapat meningkatkan kesehatan, menghemat pengeluaran, menenteramkan pikiran, dan masih banyak lagi.
Memulai sustainable lifestyle dari diri sendiri sangat dianjurkan. Tidak perlu menunggu orang lain untuk melakukan kebaikan. Kita bisa menerapkan gaya hidup berkelanjutan dalam aktivitas sehari-hari dan menjadi teladan bagi orang di sekitar kita. Selanjutnya kita bisa mengajak orang lain menerapkan sustainable lifestyle yang bisa dimulai dari mewujudkan Green Ramadan.
Mewujudkan Green Ramadan secara bersama-sama akan berdampak lebih besar bagi pelestarian lingkungan. Sebaiknya kamu turut memberikan edukasi dan mengkampanyekan gerakan peduli lingkungan.
Sekarang adalah waktu yang tepat untuk meneguhkan tekad dan pemahaman tentang amalan di bulan Ramadan, termasuk dalam melestarikan alam. Menerapkan Green Ramadan bisa menjadi langkah awal kita menerapkan gaya hidup ramah lingkungan seterusnya.
Kamu bisa mulai dari diri sendiri dalam melakukan hal-hal kecil yang telah dijelaskan dalam menerapkan Green Ramadan. Kemudian ajak juga keluarga dan teman-teman terdekat. Kamu pun bisa share artikel ini di media sosial agar lebih banyak orang yang tergugah mewujudkan Green Ramadan.
#amalan di bulan Ramadan #cara mengurangi sampah plastik #food waste #green ramadan #produk ramah lingkungan