Artikel
7 Kebiasaan Ramah Lingkungan yang Bisa Dimulai Hari Ini

Gaya hidup hijau muncul sebagai solusi personal di tengah kegagalan sistemik mengatasi krisis iklim dan degradasi lingkungan. Laporan UNEP 2023 menyebutkan bahwa dunia saat ini memproduksi lebih dari 2 miliar ton sampah setiap tahun, dan hanya 19% yang didaur ulang.
Emisi karbon global juga terus naik, mencapai rekor 37,4 miliar ton pada 2023 menurut Global Carbon Project. Jika tak ada perubahan drastis dalam pola konsumsi dan produksi, suhu bumi diprediksi naik lebih dari 2,5 derajat Celsius pada akhir abad ini, jauh dari target aman 1,5 derajat.
Langkah kecil kita sangat berdampak pada keberlanjutan lingkungan. Masih gamang harus memulai dari mana? Terapkan 7 kebiasaan ramah lingkungan yang bisa dimulai hari ini. Ikuti tips berikut!
Kurangi Sampah Sekali Pakai
Sampah sekali pakai menjadi ancaman serius bagi lingkungan. Dari kantong plastik hingga kemasan makanan, limbah ini sulit terurai dan mencemari tanah serta laut. Data Bank Dunia menyebut lebih dari 300 juta ton sampah plastik diproduksi setiap tahun, sebagian besar berasal dari konsumsi harian.
Mengurangi sampah dari produk sekali pakai adalah langkah nyata menuju gaya hidup hijau yang bertanggung jawab. Begini caranya:
- Bawa tumbler sendiri: Kurangi botol plastik dengan bawa tumbler sendiri ke mana pun. Praktis, hemat, dan makin banyak tempat yang mendukungnya.
- Gunakan tas belanja kain: Ganti kantong plastik dengan tas kain yang bisa dipakai ulang. Satu tas kain bisa menggantikan ratusan plastik sekali pakai.
- Pilih produk lokal minim kemasan: Belanja produk lokal tanpa kemasan berlebih mengurangi sampah dan mendukung ekonomi sekitar.
- Belanja isi ulang: Beli sabun, makanan, atau kebutuhan lain di toko isi ulang. Tanpa kemasan plastik, lebih ramah lingkungan.
- Bawa wadah makan sendiri: Saat pesan makanan, gunakan wadah sendiri untuk menghindari styrofoam atau plastik sekali pakai.
Gunakan Transportasi Ramah Lingkungan
Transportasi menyumbang sekitar 27% emisi gas rumah kaca global yang menjadi salah satu penyebab utama krisis iklim. Untuk mencapai target net-zero 2050, sektor ini harus bertransformasi cepat.
Masyarakat berperan penting lewat pilihan mobilitas sehari-hari. Beralih ke moda transportasi yang lebih bersih adalah bagian dari gaya hidup hijau yang tidak hanya mengurangi emisi, tapi juga menciptakan kota lebih sehat dan efisien.
Ikuti tips berikut:
- Gunakan transportasi publik: Naik bus, KRL, MRT, atau angkot membantu menekan emisi kendaraan pribadi. Selain hemat biaya, transportasi massal mengurangi kemacetan dan polusi udara.
- Bersepeda atau berjalan kaki: Untuk jarak pendek, pilih berjalan kaki atau bersepeda. Aktivitas ini tak hanya ramah lingkungan, tapi juga menyehatkan tubuh dan mengurangi stres.
- Coba kendaraan listrik: Jika harus memakai kendaraan pribadi, pertimbangkan motor atau mobil listrik. Emisinya lebih rendah dan semakin banyak stasiun pengisian cepat tersedia di kota besar.
- Manfaatkan aplikasi transportasi bersama: Gunakan layanan ride-sharing atau carpooling. Satu mobil untuk beberapa penumpang jelas lebih efisien daripada lima mobil untuk lima orang.
- Pilih rute dan waktu yang efisien: Gunakan aplikasi transportasi yang menyediakan info lalu lintas real-time. Menghindari macet berarti mengurangi bahan bakar terbuang sia-sia dan menekan emisi.

Terapkan Pola Makan Berkelanjutan
Lebih dari 6.000 jenis tanaman pernah digunakan sebagai pangan. Namun, kini dunia hanya mengandalkan kurang dari 200 dan sembilan di antaranya menyumbang hampir 70% dari seluruh produksi pangan. Ketimpangan ini bukan hanya mempersempit pilihan gizi, tapi juga merusak keanekaragaman hayati dan melemahkan ketahanan pangan global.
Sementara itu, sekitar 25% emisi gas rumah kaca berasal dari sistem pangan, terutama peternakan dan limbah makanan. Produksi makanan menjadi penyumbang utama hilangnya satwa liar dan menyumbang sekitar seperempat dari total emisi gas rumah kaca.
Beralih ke pola makan berkelanjutan bukan sekadar pilihan, tapi sebuah urgensi. Berikut beberapa cara aplikatif yang bisa langsung diterapkan:
- Perbanyak Makanan Nabati: Daging dan susu menyumbang 15% emisi global. Mengurangi konsumsi hewani efektif menghemat air, lahan, dan emisi.
- Konsumsi Lebih Beragam: Ragam pangan yang sempit membuat ekosistem rapuh. Coba bahan seperti millet, edamame, atau rumput laut untuk diversifikasi dan memperkuat ketahanan pangan.
- Pilih Seafood Berkelanjutan: 94% stok ikan dunia terancam. Pilih ikan kecil dari sumber lokal yang dikelola lestari untuk menjaga ekosistem laut.
- Minimalkan Sampah Makanan: 30% makanan yang terbuang dapat menyumbang emisi besar. Beli secukupnya, simpan dengan baik, dan olah sisa makanan.
- Berkebun Sendiri: Tanaman rumahan mengurangi kebutuhan logistik pangan, sekaligus mendukung gaya hidup hijau dan hemat listrik.
- Utamakan Produk Lokal dan Musiman: Memilih produk lokal dapat mengurangi jejak karbon transportasi dan mendukung petani sekitar. Nutrisi lebih segar, emisi lebih rendah.
- Pilih Produk dengan RSPO: Minyak sawit berkelanjutan menghindari deforestasi masif. Cek label RSPO untuk pilihan yang bertanggung jawab.
Hemat Air dan Energi di Rumah
Konsumsi air dan energi rumah tangga berdampak langsung terhadap krisis iklim. Di Amerika Serikat, sistem pemanas menyumbang hampir 29% dari tagihan energi rumah. Sedangkan satu keran bocor bisa menghabiskan lebih dari 3.000 galon air per tahun.
Rumah bukan hanya tempat tinggal, tapi juga titik awal perubahan. Hemat air dan energi di rumah berarti mengurangi emisi, menekan biaya, dan mendukung gaya hidup hijau.
Berikut contoh gaya hidup hijau yang bisa hemat listrik dan air di rumah:
- Gunakan Perangkat Hemat Energi: Ganti lampu pijar dengan LED untuk menghemat hingga 90% energi dan tahan 25 kali lebih lama. Pilih peralatan listrik berlabel hemat listrik atau energi untuk efisiensi maksimal.
- Bijak Ketika Mencuci: Gunakan mesin cuci berkapasitas tinggi dan air dingin. Satu siklus air panas menghabiskan 10 kali lebih banyak energi dibanding air dingin. Model efisien hanya butuh 13 galon air, separuh dari mesin konvensional.
- Hemat di Dapur: Masak dengan microwave yang memakai 50% lebih sedikit energi dibanding oven biasa. Gunakan dishwasher hemat air yang lebih efisien daripada mencuci dengan tangan.
- Kurangi Kebocoran Air: Perbaiki keran bocor secepatnya. Ganti toilet dan shower lama dengan model hemat air berlabel WaterSense.
- Matikan dan Cabut Perangkat: Banyak perangkat tetap mengonsumsi listrik meski mati. Gunakan power strip dan cabut kabel saat tak digunakan untuk mencegah energi terbuang.
- Optimalkan Cahaya Alami dan Pengatur Otomatis: Gunakan tirai tembus cahaya untuk pencahayaan alami. Tambahkan timer atau sensor untuk mematikan lampu otomatis saat ruangan kosong lebih dari 15 menit.
- Tingkatkan Insulasi Rumah: Perbaiki insulasi, atur termostat secara efisien, dan pastikan tidak ada kebocoran udara. Ini bisa menghemat hingga 30% energi pemanas dan pendingin, sekaligus menurunkan emisi rumah tangga.
Pilih Fashion Berkelanjutan
Industri fesyen menyumbang hampir 10% emisi karbon global dan menjadi penyebab utama polusi air kedua di dunia. Di Indonesia, tren mode yang berkembang pesat menyumbang triliunan rupiah per tahun melalui ekspor.
Namun, siapa sangka industri fast fashion menyisakan jejak sosial dan ekologis yang berat. Mulai dari eksploitasi buruh, pencemaran sungai seperti Citarum, hingga limbah tekstil yang menumpuk di tempat pembuangan akhir. Melalui pilihan cerdas dalam berpakaian, konsumen punya kekuatan besar untuk mendorong transformasi industri mode ke arah yang lebih adil dan ramah lingkungan.
Berikut cara untuk mulai beralih ke fesyen yang lebih beretika dan berkelanjutan:
- Hindari Fast Fashion: Kurangi membeli pakaian murah yang diproduksi massal dan cepat berganti tren. Fast fashion mendorong eksploitasi buruh dan menciptakan limbah tekstil dalam jumlah besar.
- Gunakan Kembali dan Modifikasi: Alih-alih membuang pakaian, ubah atau perbaiki pakaian lama. Meningkatkan usia pakai pakaian satu tahun saja dapat mengurangi emisi karbon industri fesyen hingga 24%.
- Sumbangkan atau Tukar Pakaian: Jika pakaian masih layak pakai, pertimbangkan untuk mendonasikan atau mengikuti kegiatan tukar baju. Ini memperpanjang umur pakaian sekaligus mengurangi pembelian baru.
- Transparansi dan Etika Produksi: Pilih merek yang terbuka soal rantai pasok dan kondisi kerja karyawannya. Cek label atau situs resmi mereka, apakah menggunakan bahan organik, proses pewarnaan ramah lingkungan, dan menjamin kesejahteraan pekerja?
- Sadar Jejak Air dan Energi: Produksi sehelai kaus katun membutuhkan sekitar 2.700 liter air, setara konsumsi air minum seseorang selama dua tahun. Semakin sedikit kita membeli, semakin kita mendukung upaya hemat air dan hemat energi.

Terapkan 5R (Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, dan Rot)
Limbah padat global diperkirakan mencapai 2,01 miliar ton setiap tahun, dan angka ini terus meningkat seiring pertumbuhan populasi dan konsumsi. Di Indonesia sendiri, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan bahwa lebih dari 60% sampah yang dihasilkan berasal dari rumah tangga, didominasi oleh sampah organik dan kemasan sekali pakai.
Menerapkan prinsip 5R adalah langkah konkret yang bisa dilakukan sehari-hari untuk membalik arah krisis ini. Berikut langkah-langkah aplikatif dalam menerapkan 5R:
- Refuse (Tolak): Mulai dari menolak kantong plastik saat berbelanja, hingga menolak brosur cetak atau sedotan plastik di kafe.
- Reduce (Kurangi): Kurangi penggunaan barang sekali pakai dan pembelian impulsif. Pilih produk tahan lama dan multifungsi.
- Reuse (Gunakan Kembali): Manfaatkan kembali wadah kaca, tas belanja kain, dan pakaian bekas untuk keperluan lain. Barang yang dianggap “usang” bisa punya fungsi baru dengan sedikit kreativitas.
- Recycle (Daur Ulang): Pisahkan sampah sesuai jenisnya dan dukung sistem daur ulang lokal. Banyak daerah kini menyediakan bank sampah atau dropbox daur ulang untuk kertas, logam, dan plastik.
- Rot (Komposkan): Limbah organik seperti sisa makanan, kulit buah, dan daun kering bisa diolah menjadi kompos. Ini efektif mengurangi volume sampah, sekaligus memperbaiki kualitas tanah.
Lebih Cermat dalam Berbelanja
Dengan membiasakan diri belanja secara sadar, kita turut mengarahkan industri untuk bertransformasi. Konsumen yang kritis akan mendorong produsen untuk memprioritaskan inovasi berkelanjutan, bukan sekadar keuntungan jangka pendek.
Memilih produk ramah lingkungan bukan hanya soal barang yang dibeli, tetapi tentang nilai yang kita anut dalam hidup sehari-hari. Terapkan gaya hidup hijau berikut dalam berbelanja mulai hari ini:
- Beli secukupnya: Hindari pembelian impulsif. Barang yang jarang dipakai hanya menambah limbah dan menyumbang emisi dari proses produksi dan distribusi.
- Gunakan isi ulang: Pilih produk dengan sistem refill untuk mengurangi sampah kemasan, terutama pada produk kebersihan dan kebutuhan dapur.
- Belanja di pasar tradisional atau toko tanpa kemasan: Minim kemasan plastik, fleksibel dalam jumlah pembelian, dan mendukung ekonomi lokal.
- Pilih produk daur ulang: Barang dari bahan daur ulang atau upcycled membantu menekan limbah dan konsumsi bahan mentah baru.
- Periksa bahan dan proses produksi: Utamakan produk dari sumber lestari dan proses etis, demi lingkungan dan hak pekerja.
- Bandingkan jejak lingkungan produk: Gunakan informasi jejak karbon, konsumsi air, dan sertifikasi lingkungan sebagai pertimbangan utama saat membeli.
- Manfaatkan layanan sewa atau berbagi: Untuk barang yang jarang digunakan, sewa lebih efisien daripada membeli baru agar hemat biaya dan ruang dan mengurangi produksi barang.
Tidak terelakkan, gaya hidup harian kita punya andil besar. Mulai dari pola makan, cara belanja, hingga pemakaian energi di rumah. Kesadaran yang mulai tumbuh harus ditindaklanjuti aksi nyata.
Langkah sederhana seperti bawa tumbler sendiri, membeli produk lokal, hemat air dan listrik, serta meninggalkan fast fashion dapat menjadi awal gaya hidup hijau yang konsisten. Ketika dilakukan dengan kesadaran, aktivitas sehari-hari bisa menjadi tindakan kolektif untuk mendukung lingkungan yang berkelanjutan.
#bawa tumbler sendiri #fast fashion #gaya hidup hijau #hemat air #hemat listrik #produk lokal