Artikel

Yakin Nggak Mau Mengelola Sampah Rumah Tangga Kamu?

Sampah menjadi satu masalah yang dihadapi oleh seluruh manusia di dunia karena sampah dihasilkan setiap harinya dan akan selalu meningkat setiap tahunnya. Seperti yang dilansir dari Bank Dunia di Bulan September 2019, di tahun 2016 terdapat timbunan sampai sebanyak 2,01 miliar ton di seluruh dunia dan akan terus meningkat setiap tahunnya. Diprediksi di tahun 2050, tumpukan sampah akan meningkat sampai di angka 3,4 miliar ton. Dilansir dari investopedia.com, 5 negara penghasil sampah terbesar adalah Kanada, Bulgaria, Amerika Serikat, Estonia dan Finlandia. 

TAHUKAH KAMU BERAPA BANYAK SAMPAH YANG KAMU HASILKAN SETIAP HARINYA?

Di Indonesia, dikutip dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan di tahun 2020 total sampah di Indonesia ada di angka 67,8 juta ton. Jika dibagi dengan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 270 juta, maka jumlah sampah yang dihasilkan dalam satu hari adalah sebesar 185.753 ton sampah. Jika dibagi lagi, setiap orang di Indonesia menyumbang 0,7 kg sampah dalam 1 hari atau 255.5 kg dalam 1 tahun. 

Penyumbang sampah terbesar di Indonesia adalah sampah yang dihasilkan di rumah tangga. Bahkan dilansir dari Mongabay.com, sampah rumah tangga di Indonesia menyumbang sampai 62% dari total sampah yang dihasilkan di Indonesia. Sudah waktunya untuk kita mulai memperhatikan sampah yang kita hasilkan di rumah.

Sampah di Indonesia sendiri memiliki banyak dampak yang dapat merugikan manusia seperti yang dijelaskan dalam artikel Sampah di Indonesia. Karena itulah saat ini sudah saatnya kita mulai bertanggung jawab memperhatikan sampah yang kita hasilkan di rumah tangga agar kita dapat mengurangi jumlah sampah yang menumpuk di Indonesia umumnya dan di rumah kita sendiri pada khususnya. 

Selain meminimalisir penggunaan barang-barang yang berpotensi menambah jumlah sampah di rumah tangga seperti kantong plastik dan membawa wadah yang dapat digunakan berulang kali saat berbelanja, hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah rumah tangga adalah dengan mengelola sampah rumah tangga. 

YUK KELOLA SAMPAH RUMAH TANGGA KITA!

Pengelolaan sampah di rumah tangga bertujuan untuk membuat sampah yang dihasilkan di rumah tangga jadi memiliki nilai ekonomis atau mengubahnya menjadi bahan yang tidak berbahaya bagi lingkungan serta meminimalisir jumlah sampah yang kita hasilkan di rumah tangga. Hal pertama yang dapat kita lakukan dalam mengelola sampah di rumah tangga adalah dengan memisahkan antara sampah organik, sampah anorganik dan sampah B3. 

Mengapa penting sekali untuk memisahkan jenis sampah ini? Karena jika kedua jenis sampah ini tidak dipisahkan, maka akan menimbulkan bau tidak sedap, mengundang tikus dan kecoa dan yang paling penting, membuat kita menambah jumlah sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir. 

Setelah itu, kita dapat mengelola sampah berdasarkan jenis sampah: Organik, Non Organik dan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Berikut rangkuman yang diambil dari berbagai sumber:

Mengelola Sampah organik

Sampah organik terdiri dari sisa-sisa makanan, sayur, buah dan tulang-tulang atau kulit telur dan apa pun  yang berasal dari makhluk hidup. Dari sampah organik pun kita harus memilah kembali, antara yang tidak dapat diolah dan yang dapat diolah kembali.

Sampah organik yang dapat diolah:

  • Sampah sisa makanan mulai dari sayur mentah dan buah. 
  • Cangkang telur
  • Dedaunan atau rumput.
  • Potongan kayu.
  • Bumbu dapur yang sudah kadaluarsa.

Sampah organik yang tidak dapat diolah:

  • Daging, sisa daging atau tulang.
  • Ikan, sisa ikan, atau tulang.
  • Sisa makanan yang sudah diolah. 
  • Makanan yang mengandung lemak/susu.
  • Kantung teh dan kopi. 
  • Minyak goreng. 
  • Kertas metalik. 
  • Kacang walnut.
  • Kotak minuman yang dilapisi bahan aluminium atau metal.
  • Kotak makanan yang berminyak.

APA SAJA YANG BISA KITA BUAT DENGAN SAMPAH ORGANIK?

Bahan-bahan sampah organik yang dapat diolah, dapat kita manfaatkan kembali menjadi beberapa produk diantaranya:

  1. Ecoenzyme 

Ecoenzyme adalah cairan yang dihasilkan dari fermentasi sampah organik. Dari fermentasi sampah organik ini, cairan ecoenzyme ini mengandung alkohol atau senyawa kimia asam dan memiliki kandungan disinfektan. 

Cairan ecoenzyme ini dapat digunakan sebagai pembersih lantai, kaca, atau permukaan perabot rumah tangga yang terbuat dari plastik. Dengan memanfaatkan sampah organik menjadi ecoenzyme, kita bisa mengurangi penggunaan bahan-bahan pembersih yang menggunakan bahan kimia. Selain membuat kita dapat menghemat pengeluaran, kita juga dapat mengurangi limbah di rumah tangga kita. 

Selain digunakan sebagai cairan pembersih, ecoenzyme juga dapat digunakan sebagai pestisida alami dan menyuburkan tanaman lho. Ecoenzyme juga dapat digunakan untuk mencuci sayur-sayuran atau pun buah-buahan. 

Cara membuat Ecoenzyme

Bahan yang dibutuhkan adalah sisa sampah organik seperti kulit buah dan sayuran, gula dan air. Ingat ya, untuk sampah organik yang digunakan adalah sampah organik yang belum dimasak atau terkena minyak ya. Jadi, sebaiknya sediakan wadah khusus untuk sampah kulit buah atau sisa sayuran potong yang tidak bisa dimasak dan disimpan di kulkas jika masih menunggu sampah organik di hari berikutnya.

Perbandingan bahan-bahan untuk membuat ecoenzyme adalah 3:1:10, yaitu 3 untuk sampah organik : 1 untuk gula : 10 untuk air. Misalnya sampah organik sebanyak 300 gram, maka gula  yang digunakan adalah sebesar 100 gram dan jumlah air yang digunakan adalah 1 kg atau 1 liter. 

Untuk penggunaan gula kita dapat menggunakan gula merah atau gula kelapa karena lebih bebas dari bahan kimia tambahan. 

Cara pembuatan:

  • Siapkan  sampah organik yang akan digunakan, kulit buah lunak dan sayuran. Ingat, sampah organik yang kita gunakan adalah sampah yang belum kita olah. Jadi biasakan untuk langsung memisahkan kulit buah atau sisa potongan sayur yang tidak kita pakai di satu wadah untuk kemudian kita jadikan ecoenzyme. 
  • Potong kulit buah atau sayuran dengan ukuran kecil. 
  • Masukkan ke dalam botol atau wadah kedap udara yang sudah kita isi dengan campuran air dan gula. 
  • Diamkan campuran sampah organik, gula dan air dalam tiga bulan dan cairan ecoenzyme dapat kita gunakan setelah 3 bulan. 
  • Sebelum masa panen ecoenzyme, kita harus sering membuka dan menutup kembali wadah tempat kita membuat ecoenzyme selama 2 minggu pertama karena sampah organik yang kita gunakan akan mengeluarkan gas. 
  • Setelah 3 bulan, ecoenzyme siap panen dan akan berwarna cokelat tua dan berbau seperti cuka. Jika  cairan ecoenzyme berwarna hitam, tambahkan gula untuk melanjutkan proses fermentasi. 
  • Saring cairan ecoenzyme yang sudah jadi, saring dan simpah dalam suhu ruang. 
  • Sisa dari bahan ecoenzyme yang tidak dapat disaring dapat kita gunakan untuk menjadi pupuk. 
  1. Pupuk Kompos

Tujuan membuat kompos ini adalah untuk mengelola sampah organik agar tidak berakhir di TPA. Dengan membuat kompos dari sampah rumah tangga, kita turut serta dalam mengurangi jumlah sampah hingga 50%. Jadi, sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak mengelola sampah rumah tangga kamu!

Manfaat dari membuat kompos:

  • Mengurangi jejak karbon dari kendaraan pengangkut sampah.
  • Menutrisi tanah dan makhluk yang hidup di dalam tanah. 
  • Menjaga kualitas air dan tanah. 
  • Menghasilkan tanaman yang lebih subur. 

Namun, ternyata tidak semua sampah organik bisa digunakan untuk bahan pembuatan kompos. Seperti dalam pembuatan ecoenzyme, untuk pembuatan kompos, sampah-sampah sisa makanan yang sudah dimasak juga tidak bisa digunakan sebagai bahan kompos karena dapat membuat bau busuk dan mengundang belatung.

Proses Pembuatan Kompos

Alat yang digunakan:

  • Wadah besar yang memiliki penutup (tong atau ember).
  • Sarung tangan.

Bahan yang digunakan:

  • Sampah organik
  • Tanah
  • Air secukupnya
  • Arang sekam
  • Cairan pupuk EM4 sebagai tambahan untuk membuat kompos. 

Cara pembuatan:

  • Siapkan sampah organik yang akan diolah.
  • Siapkan wadah besar yang akan kita gunakan. 
  • Masukkan sampah organik yang sudah dicampur dengan cairan EM4 ke dalam wadah besar.
  • Masukkan tanah ke dalam wadah yang telah diisi dengan sampah organik. Ketebalannya dapat disesuaikan dengan ukuran wadah dan jumlah sampah organik yang kita gunakan.
  • Masukkan kembali sampah organik ke dalam wadah. 
  • Usahakan jumlah tanah dan sampah organik yang digunakan sama tebalnya. 
  • Kembali masukkan tanah ke dalam wadah untuk menutup sampah. 
  • Tutup wadah dengan rapat dan tunggu sampai 3 minggu. 
  • Pastikan selama pembuatan kompos, wadah tertutup rapat dan tidak terkontaminasi air hujan, hewan dan paparan  sinar matahari. 
  • Untuk mempercepat proses pembuatan kompos, kita dapat mengaduk tanah dan sampah organik secara rutin.

Tanda-tanda kompos yang kita buat siap pakai:

  • Berwarna cokelat tua sampai hitam seperti warna tanah.
  • Tidak larut di dalam air. 
  • Tidak bau.
  • Memiliki suhu sama dengan lingkungan.
  • Memiliki efek baik pada tanah.

Sampah organik yang tidak dapat dimanfaatkan sebagai ecoenzyme atau kompos, dapat kita manfaatkan juga loh. Berikut beberapa diantaranya:

  • Sisa tulang dan ikan dapat diberikan kepada kucing atau anjing peliharaan.
  • Sisa makanan harus kita habiskan dapat menjadi bentuk pelajaran kita untuk mengambil makanan secukupnya dan memasak secukupnya. 
  • Minyak jelantah dapat kita distribusikan ke tempat yang mengolah sisa minyak jelantah. 
  • Kertas bertinta, stiker metalik dapat kita gunakan dalam membuat ecobrick karena tidak dapat diurai. 
  • Kantung teh juga dapat kita masukkan ke dalam ecobrick. 

Mengelola Sampah Anorganik

Sampah anorganik terbuat dari plastik, aluminium, kaca, metal yang memakan waktu sangat lama untuk diurai. Hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dan mengelola sampah anorganik di rumah adalah dengan Reduce, Reuse, Recycle, and Replace.

Reduce, kita dapat mengurangi penggunaan barang-barang yang dapat berpotensi menambah jumlah sampah anorganik di rumah tangga kita. Misalnya dengan membawa tas belanja saat keluar rumah, membawa wadah makanan dan minuman sendiri.

Reuse, kita dapat memanfaatkan barang-barang atau sampah anorganik yang sudah ada untuk digunakan kembali. Misalnya kaleng kaca bekas selai, bisa kita manfaatkan kembali untuk wadah bumbu dapur. 

Recycle, mendaur ulang sampah anorganik menjadi benda lain yang memiliki nilai jual lebih. 

Untuk mengelola sampah anorganik, kita perlu melakukan 3 hal:

  • Mengumpulkan
  • Memisahkan
  • Membersihkan. 

Setelah kita melakukan 3 hal tersebut, baru kita dapat menentukan apakah yang dapat kita lakukan dengan sampah anorganik tersebut: kita kirimkan ke bank sampah, gunakan kembali atau didaur ulang.

Jenis-jenis sampah anorganik dan pengelolaannya:

  • Sampah kertas

Sampah kertas dapat dikelola dengan mengumpulkan buku-buku atau kertas di rumah dan kemudian kita kirimkan ke bank sampah atau pengepul kertas bekas di tempat daur ulang.

  • Sampah kaleng

Sampah kaleng termasuk salah satu sampah rumah tangga yang banyak dihasilkan. Berikut cara untuk mengolahnya:

Cuci bersih sampah kaleng.

Keringkan sampah kaleng.

Reuse sampah kaleng untuk menjadi barang yang bermanfaat, misalnya dijadikan tempat aksesories, atau pot tanaman. 

Recycle sampah kaleng dengan menyetor sampah kaleng ke bank sampah. 

  • Sampah botol kaca

Untuk sampah botol kaca dapat kita gunakan ulang di rumah sebagai wadah bumbu atau selai. 

Recycle dengan menyetor ke bank sampah atau ke pengepul yang menerima sampah botol kaca untuk diolah kembali. 

  •  Sampah plastik

Hampir  sebagian besar sampah yang ada di rumah berasal dari bahan plastik. Mulai dari kemasan plastik jajanan, kemasan plastik kebutuhan rumah tangga atau plastik kemasan lainnya. 

Untuk mengolah sampah plastik, yang dapat kita lakukan adalah:

Cuci bersih sampah plastik. 

Keringkan sampah plastik. 

Reuse sampah plastik, misalnya kemasan minyak goreng atau gelas plastik untuk dijadikan pot tanaman. 

Gunakan sampah plastik sebagai bahan untuk ecobrick. 

  • Sampah kain
Sampah kain termasuk jenis sampah anorganik yang sering diabaikan. Kita dapat memanfaatkan pakaian yang sudah tidak dipakai dapat kita gunakan sebagai lap dapur, kain pel atau disumbangkan ke orang yang membutuhkan jika baju tersebut masih layak pakai. Selain itu, sampah kain juga dapat direcycle sebagai taplak meja, tutup dispender atau selimut. 
  • Sampah Karton Tetra Pak

Banyak makanan  dan minuman  yang dikemas dalam kemasan berbahan karton tetra pak, mulai dari susu segar, minuman berperasa, keju, santan instan dan masih banyak lagi. Produk dalam kemasan tetra pak termasuk paling banyak dipakai selain kemasan plastik

Tetra pak sendiri merupakan merk perusahaan di bidang pengemasan makanan dan minuman. Kenapa kemasan tetra pak banyak diplih sebagai kemasan? Karena kemasan tetra pak memiliki teknologi kemasan aseptik sehingga dapat menjaga nutrisi makanan dan minuman di dalamnya tanpa pengawet tambahan atau harus disimpan di dalam lemari pendingin. Sehingga lebih aman dalam penyimpanan dan pendistribusian produk.

Cara untuk mengelola sampah karton tetra pak:

  • Bersihkan sampah karton.
  • Keringkan. 
  • Kumpulkan sampah karton. 
  • Kirimkan ke bank sampah atau dropbox terdekat. 
  •  Sampah Elektronik

Sampah elektronik menjadi satu sampah yang banyak dihasilkan di zaman digital saat ini, seperti Handphone, baterai, DVD player, charger, power bank dan lainnya. 

Perlu diperhatikan jika sampah elektronik tidak dapat dibuang di sembarang tepat karena mengandung energi listrik yang dapat membahayakan orang yang bersentuhan dengan sampah elektronik. 

Untuk mengolah sampah elektronik adalah dengan mengumpulkan sampah elektronik dan setor ke bank sampah yang menerima sampah elektronik terdekat. 

  • Sampah Pembalut dan Diaper sekali pakai

Pembalut dan popok bayi sekali pakai banyak digunakan karena penggunaannya yang mudah dan tidak merepotkan. Namun, ternyata penggunaan pembalut dan popok sekali pakai menyebabkan pencemaran lingkungan dan juga berdampak pada kesehatan, yaitu dapat menyebabkan kanker. 

Pembalut dan popok sekali pakai termasuk sampah yang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai. Maka dari itu, sangat disarankan untuk beralih ke menstrual pad atau menstrual cup yang dapat dipakai berulang kali untuk mengurangi penggunaan sampah pembalut dan popok sekali pakai. 

Mengelola Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Sampah B3 menjadi salah satu sampah yang harus  kita kelola, misalnya obat-obatan yang sudah kadaluarsa. Untuk sampah B3 dapat kita kumpulkan dan tanyakan ke Puskesmas atau RS terdekat apakah mereka menerima obat kadaluarsa untuk dibuang atau dibakar dengan aman tanpa mencemari lingkungan.

Demikian berbagai cara untuk mengelola sampah rumah tangga. Semoga kita bisa menerapkannya dan mengelola sampah rumah tangga dengan bijaksana ya!

TAGS
Tidak ada tags.