Artikel
Seks Pranikah? Coba Pikirkan Lagi Ya..
Sesuai dengan judulnya..
Harapan kami melalui artikel ini, anda akan mengurungkan niat anda dalam melakukan seks pranikah.
Bukan hanya karena faktor agama, tapi banyak faktor lain yang menjadi alasan anda tidak boleh melakukannya.
Apa saja alasan itu?
Silakan dibaca hingga habis artikel berikut ya..
Dampak Mengerikan Seks Pranikah
Saat tulisan ini dibuat, tercatat lebih dari satu juta orang terdiagnosis memiliki infeksi menular seksual setiap harinya (Data Organisasi Kesehatan Dunia, 2019).
Empat jenis penyakit yang paling banyak diantaranya adalah raja singa (sifilis), klamidia, gonore dan trikomoniasis.
Dengan kata lain, satu diantara 25 orang di dunia terinfeksi penyakit-penyakit di atas.
Pada tahun 2016, WHO mengeluarkan fakta bahwa dalam rentang usia 15-49 tahun, terdapat 87 juta kasus orang menderita sifilis. Mengerikannya adalah, hal ini menjadi sebab kematian sebanyak lebih dari 200 ribu bayi yang baru lahir.
Fakta diatas baru satu dari sekian banyak dampak mengerikan yang diakibatkan dari perilaku seks menyimpang.
Apakah ini efek dari seks pranikah?
Lalu bagaimana ini semua bisa terjadi dan bagaimana solusi pencegahannya? Semua akan coba dirangkum dalam artikel ini.
Definisi Seks Pranikah dan Fakta Praktiknya di Indonesia
Pre Marital Sex atau Seks Pranikah merupakan sebuah perilaku seksual yang dilakukan seorang individu dengan orang lain sebelum terjalin ikatan pernikahan (Djamba, 2013).
Perilaku seksual sendiri adalah tindakan manusia yang didorong oleh hasrat seksual, baik itu kepada lawan jenis atau sesama jenis (Sarwono, 2011).
Hubungan seksual merupakan tindakan yang dilakukan sepasang individu karena adanya dorongan seksual dalam bentuk penetrasi penis ke dalam vagina (koitus), juga penetrasi ke mulut (oral), atau ke anus (anal) (Poltekkes Kemenkes Jakarta I, 2010).
Sebetulnya hasrat seks adalah sesuatu yang normal dan alami karena ini merupakan sebuah mekanisme manusia agar bisa mengadakan keturunan. Statusnya berubah menjadi tidak normal, ketika itu dilakukan oleh pasangan yang belum terikat dalam pernikahan.
Mengapa tidak normal?
Tentu saja karena melanggar norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Meskipun begitu, nyatanya angka yang muncul justru kian mengkhawatirkan.
Menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2014), 46% remaja usia 15-19 tahun sudah melakukan hubungan seks pranikah.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga merilis data mencengangkan bahwa sebanyak 62,7% remaja sekolah menengah pertama di Indonesia sudah tidak perawan.
Faktor Pemicu Terjadinya Seks Pranikah
Berikut ini faktor-faktor yang menjadi penyebab seseorang melakukan perilaku seks bebas sebelum nikah yang dihimpun dari berbagai jurnal penelitian dan data statistik di Indonesia:
1. Kurang Dekat dengan Orang Tua
Ada sebuah penelitian tentang hal ini yang dilakukan oleh mahasiswa fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro (2015). Penelitian dilangsungkan dengan metode partisipan, dengan subjek laki-laki dan perempuan yang berpacaran.
Setelah diteliti, keduanya sama-sama memiliki ayah yang bersikap keras dan kasar saat masa anak-anak. Hubungan dengan ibu pun tidak terlalu dekat karena faktor kesibukan lain.
Dengan kata lain, ketika komunikasi tidak terjalin dengan baik, maka akan mudah bagi seorang anak menjadikan orang lain sebagai objek kelekatan mereka.
Kemudian di akhir penelitian, disimpulkan bahwa faktor utama kedua subjek tersebut berani melakukan hubungan seks pranikah karena kurang terbukanya keran komunikasi dengan orang tua.
2. Pacaran (Gagal Paham akan Makna “Pendekatan” Sebelum Menikah)
Saat ini mayoritas remaja memahami bahwa pacaran adalah sebuah proses yang wajib dilewati sebelum pernikahan. Padahal, fakta menunjukan sebaliknya.
Menurut survei yang dilakukan oleh gerakan Indonesia Tanpa Pacaran, 84,7% pacaran tidak bertahan hingga pernikahan.
Seperti yang dipaparkan sebelumnya, pacaran adalah pintu utama seseorang kemudian melakukan seks pranikah. Paul dan White (dalam Santrock, 2007) menjelaskan salah satu fungsi pacaran adalah melakukan eksplorasi dan eksperimen seksual.
Karena meski awal berpacaran tidak berniat untuk melakukan hubungan seks, lambat laun akan terdorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi untuk meniru apa yang pernah dilihat atau didengar di khalayak.
Apalagi remaja pada umumya belum pernah membicarakan atau mendapatkan pengetahuan seksual secara lengkap dari orang tua (Sarwono, 2012).
3. Akses Pornografi
Dalam sebuah jurnal ilmiah kesehatan, ditemukan bahwa ada kaitan yang signifikan antara paparan pornografi dengan perilaku seksual pranikah pada remaja (Strada Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2018).
Artinya, semakin sering seseorang menyerap konten erotis, maka semakin tinggi pula motivasi untuk mempraktekkan apa yang dilihatnya.
Siklus pun memiliki kecenderungan untuk terus berjalan karena aktivitas ini mengakibatkan kecanduan.
4. Lingkungan dan Lingkaran Pertemanan
Tidak dapat dimungkiri bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya seks pranikah. Misalnya saja ketika seseorang tinggal di kawasan yang dekat dengan lokalisasi.
Dalam sebuah penelitian SMA di Kab. Malang ditemukan sebesar 24% remaja pernah melakukan seks pranikah.
Selain itu juga, dorongan dari teman memiliki pengaruh yang signifikan. Terbukti bahwa semakin besar dukungan teman sebaya, maka kecenderungan perilaku seks beresiko pun semakin tinggi (Pratiwi, 2018).
5. Kurangnya Informasi perihal Resiko yang akan Dihadapi
Ketidaktahuan maupun kurang terbukanya sikap mengenai pembicaraan seksual dari orang tua kepada anak menyebabkan hubungan seksual dapat terjadi (Sarwono, 2012).
Misalnya saja dengan minimnya informasi tentang resiko akan penyakit menular seksual, sehingga membuat para pelaku seks bebas merasa aman-aman saja. Padahal, setiap tahunnya, penderita infeksi menular seksual justru meningkat.
Hanya 33% dari 500 remaja mengetahui tentang penyakit gonorea, 38% mengenai sipilis, 54% tentang herpes, dan 57% tentang penyakit kandidiasis.
Sosialisasi tentang pendidikan seks pun cenderung terlambat diberikan karena baru diperkenalkan pada usia 14-18 tahun. Seharusnya, diberikan lebih awal karena rata-rata anak mengalami puber pada usia 12-17 tahun.
6. Minimnya Pendidikan Agama, Moral dan Kesehatan Produksi
Terjadinya seks pranikah biasanya didorong oleh kebutuhan biologis seseorang. Sedangkan perkara pengendalian diri hanya bisa dilakukan oleh mereka yang mengenal pemicu dan konsekuensi yang akan dihadapi.
Oleh karena itulah, peran wawasan akan hubungan seks di luar nikah menjadi bahasan yang penting. Obrolan bisa dimulai dari berbagai sudut pandang seperti hukum dari sisi agama, moral, dan segi medis.
Ketika seseorang mengonsumsi informasi seks secara salah, maka akan menimbulkan persepsi yang salah tentang seks itu sendiri. Terbukti bahwa info tentang pernikahan dini mampu mencegah seks pranikah.
Ilmu tentang kesehatan produksi, agama, dan hukum juga berperan aktif untuk preventif khususnya bagi siswa SMP dan SMA (Sholichah, 2014).
Dampak Mengerikan Seks Pranikah dari Berbagai Aspek
Berhubungan seks memiliki berbagai risiko baik itu yang menyerang kesehatan fisik maupun psikis. Berikut ini kajian tentang jenis-jenis konsekuensi yang mungkin akan dihadapi oleh para pelaku seks bebas.
Segi Kesehatan
1. Kanker Serviks
Penyakit ini sulit untuk diketahui karena butuh waktu puluhan tahun sejak sel pertamanya muncul. Meski tidak selalu akibat seks bebas, tapi potensinya sangat tinggi karena virus ini mudah tertularkan.
2. HIV/AIDS
Data UNAIDS 2017 menyatakan bahwa 25% dari seluruh penderita HIV/AIDS tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi penyakit ini.
Sedangkan Indonesia sendiri berada pada perangkat ke-3 se-Asia Pasifik (5.2 juta jiwa).
Penyakit ini terkenal karena belum ditemukan obatnya, dan dapat menyebabkan kematian karena menyerang sistem kekebalan tubuh.
Tercatat hampir satu juta orang (940.000 kasus) meninggal disebabkan virus ini.
3. Aborsi (Dampak dari Anak yang tidak Diinginkan)
Aborsi adalah proses penguguran janin untuk mengakhiri proses kehamilan. Tindakan ini biasanya diperbolehkan (secara hukum dan agama) hanya jika dapat membahayakan keselamatan ibu,
Namun, jika dilakukan hanya karena merasa belum siap bertanggung jawab, tentu ini adalah perbuatan ilegal.
Dampak bahayanya adalah, perbuatan ini dapat menyebabkan kerusakan Rahim. Bahkan, dapat beresiko kematian jika mengalami pendarahan parah.
4. Sifilis
Penyakit ini juga populer dengan nama raja singa. Gejala awalnya adalah muncul luka tanpa rasa sakit di area mulut, anus, dan alat vital.
Seringnya, penderita tidak menyadari karena luka muncul kadang di area yang tidak terlihat. Namun, saat itu sudah bisa ditularkan kepada orang lain.
5. Herpes Genital
Penyakit kelamin muncul akibat virus herpes simpleks 2 yang ditandai benjolan berisi air di area kelamin, anus, dan mulut. Penderita akan merasakan nyeri atau gatal di daerah yang terinfeksi.
Luka pun akan muncul jika lenting pecah dan dapat menyebabkan bengkak pada getah bening.
6. Klamidia
Penyakit ini muncul akibat bakteri Chlamydia Trachomatis yang terkontak langsung dengan mata sehingga terjadi infeksi.
Jika diderita oleh wanita hamil, maka kemungkinan besar dapat ditularkan ke bayi saat baru lahir. Oleh karena itu, perlu penanganan khusus untuk bayi agar tidak infeksi mata dan pneumonia.
7. Gangguan Kesuburan
Dikutip dari Kompas.com, dr. Putu Doster Mahayasa, Sp. OG mengatakan bahwa perilaku berganti-ganti pasangan, khususnya pada wanita mampu memunculkan infeksi dan gangguan pada saluran telur (tuba falopi).
8. Gonorrhea atau Gonore
Merupakan penyakit yang menyebabkan penderitanya kencing nanah akibat bakteri Neisseria Gonorrhoeae.
Penyebarannya lewat kontak langsung dengan mulut, alat kelamin, dan anus. Terdapat beberapa kabar bahwa penyakit ini mulai kebal dengan antibiotik (tidak dapat sembuh).
Segi Psikologi
1. Kecanduan
Sama seperti narkoba, seks dapat menyebabkan kecanduan karena menunjukkan aktivitas otak yang sama antara keduanya (bbc.com).
Sebuah perilaku dinilai sebagai kecanduan ketika intensitasnya berdampak buruk pada individu dan sekitarnya (Psikolog Harriet Garrod).
Seks adalah aktivitas yang mampu memengaruhi otak dan dapat menyebabkan peningkatan hubungan seksual dan kesehatan, kata Profesor psikologi bernama Barry Komisaruk.
Oleh karena itu, tidak heran mengapa langkah pencegahan betul-betul perlu diperhatikan.
2. Potensi Berselingkuh (Berzina)
Berkaitan dengan poin sebelumnya, perilaku seks pranikah akan menyebabkan pada sebagian orang untuk mencari kepuasan dari pasangan yang berbeda.
Hal ini karena tidak adanya kontrol diri dan akibat pemahaman yang salah tentang hubungan seks.
Seseorang yang terbiasa melakukan seks dengan pasangan yang berbeda, berpotensi untuk melakukan perselingkuhan/perceraian ketika sudah menikah.
Oleh karena itu, untuk memutus rantai perzinaan, bisa dilakukan dengan menyetop budaya seks pranikah.
Penelitian Dr. Kahn dan Dr. London menemukan bahwa pernikahan yang dilakukan oleh pelaku seks pranikah berpeluang menghasilkan perceraian hingga 60%.
3. Timbulnya Beragam Kecemasan (Takut, Menyesal, Bersalah, dan sebagainya)
Dalam sebuah penelitian kementrian ristek Universitas Syiah Kuala ditemukan adanya rasa bersalah yang dialami oleh mereka yang melakukan seks pranikah, diantaranya berupa: rasa takut, menyesal, dan merasa bersalah.
4. Sangat Sulit untuk Fokus dan Berkonsentrasi
Berkaitan dengan poin sebelumnya, seks yang dilakukan secara diam-diam dan ilegal akan membuat seseorang mengalami kecemasan sehingga daya konsentrasi mereka akan menurun.
5. Perasaan Bahwa Tidak Punya Nilai (harga diri)
Berkaitan dengan rasa bersalah dan dosa, sebagian orang yang melakukan seks bebas akan mengalami depresi karena menilai harga dirinya telah rusak. Efek lainnya adalah hilang rasa percaya diri.
6. Muncul Rasa Benci Kepada Diri Sendiri
Seseorang yang dirundung masalah kecemasan dan ketakutan akan penilaian orang dengan mudah membenci diri sendiri.
Alih-alih memperbaiki diri, ada dua peluang yang akan ditempuh: bersikap acuh dan terus melakukan karena sudah “kadung” atau bertobat dan menata hidupnya kembali.
7. Ketergantungan Secara Emosi
Psikolog Madeleine A. Fugere mengatakan bahwa seks dapat membentuk ikatan pasangan karena hormon cinta yang memengaruhi otak.
Studinya tahun 2017 juga menyebutkan bahwa beberapa pasangan akan mendapatkan kepuasan bahkan setelah hubungan seks berakhir.
Hal ini lah yang menyebabkan mengapa orang sulit sekali melepaskan diri dari pasangannya terutama ketika mereka sudah pernah melakukan hubungan seks.
8. Mengalami Gangguan Insomnia
Kecemasan merupakan penyebab utama dari gangguan tidur (insomnia). Seseorang (mayoritas wanita), akan merasakan takut kehilangan pasangan yang sudah tidur dengannya. Hal ini disebabkan perasaan harga diri yang rendah.
9. Sulit untuk Percaya Kepada Seseorang
Rasa tidak percaya ini muncul biasanya akibat pemikiran “jangan-jangan dengan yang sebelumnya juga dia sudah pernah berhubungan badan”.
Perasaan seperti ini akan memunculkan keraguan dalam sebuah hubungan.
10. Sulit untuk Mempertahankan Hubungan
Ketika sebuah hubungan didasari oleh perasaan takut dan cemas, akan sulit sekali untuk dipertahankan. Ikatan pun akan mudah putus bahkan tanpa alasan yang masuk akal.
11. Beresiko Terjadinya Kekerasan Fisik dan Psikis
Kasus kekerasan dalam sebuah hubungan dipicu dari emosi yang salah dan kurangnya rasa percaya terhadap pasangan.
Kekerasan psikis seperti melecehkan secara verbal juga lebih sering ditemukan pada pasangan yang aktif secara seksual.
Sayangnya, kasus-kasus ini sulit dideteksi karena pihak wanita biasanya sangat malu jika sampai ketahuan.
12. Depresi
Depresi sendiri merupakan sebuah perasaan sedih yang berlangsung lama dan mengganggu pikiran, perilaku, perasaan, dan kesehatan mental.
Hal ini disebabkan banyak hal salah satunya adalah rasa kecemasan, sedih, dan takut yang terus menerus.
Dampak buruknya dapat menjalar kepada kesehatan fisik atau yang paling berbahayanya adalah menjadi motif bunuh diri.
Segi Sosial
Norma sosial merupakan kebiasaan atau sebuah acuan (aturan) perilaku yang digunakan oleh masyarakat. Jadi, ketika ada seseorang yang melanggar norma tersebut, maka akan muncul reaksi berupa “hukuman”.
Di Indonesia sendiri, praktik zina adalah sebuah aib besar yang mampu merusak harmoni kehidupan bermasyarakat. Adapun dampak-dampak yang bisa muncul akibat perbuatan ini adalah:
1. Dikucilkan Warga
Menurut KBBI, dikucilkan artinya dibuang atau dikeluarkan dari lingkungan (baik itu keluarga, kelompok, dan sebagainya).
Seks pranikah adalah hal yang sangat tabu di masyarakat, jadi meski dilakukan suka-sama-suka, perbuatan ini tetaplah hal yang terlarang.
Para pelakunya biasanya akan dikucilkan karena dianggap telah mencemarkan nama baik lingkungannya.
2. Rawan Perundungan (Bullying)
Baik pelaku maupun anak hasil hubungan di luar nikah sangat berpotensi mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan baik itu cemoohan maupun tindakan pelecehan lainnya.
Tidak hanya itu, biasanya lingkaran inti yang bersinggungan dengan para pelaku seks pranikah juga turut kena imbasnya.
Segi Agama
Agama Islam mengatur bagaimana manusia hidup termasuk hubungan seksual. Dalam Islam, hubungan seks hanya boleh dan layak dilakukan oleh pasangan yang sah alias sudah menikah.
Sehingga terdapat sanksi dan dampak jika dilanggar. Dari kacamata Islam, seks pranikah termasuk ke dalam perbuatan zina, dan perbuatan ini dipandang sebagai seburuk-buruk perilaku.
Dan janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh oleh seseorang)”. (Al-Israa : 32)
Dalam al-Mu’jamul Wasith hal 403, disebutkan bahwa: “Zina adalah seseorang bercampur dengan seorang wanita tanpa melalui akad yang sesuai dengan syar’i.”
Oleh karena itu, seks pranikah artinya termasuk ke dalam perbuatan zina. Terdapat beberapa dalil yang berkaitan dengan perilaku zina atau seks pranikah ini, berikut akibat yang akan dirasakan oleh pelakunya:
1. Mendapatkan balasan langsung di Dunia
Perbuatan zina merupakan dosa besar, dan Nabi Muhammad SAW. pernah bersabda bahwa setiap pelakunya akan mendapatkan balasan dari Allah di dunia dan akhirat:
“Dua kejahatan akan dibalas oleh Allah ketika di dunia; zina dan durhaka kepada ibu bapak.” (H. R. Thabrani).
2. Diabaikan Allah dan Mendapatkan Azab yang Pedih
Dalam Hadis Riwayat Muslim dikatakan bahwa orang yang berzina akan diabaikan dan akan mendapatkan siksa yang pedih dari Allah SWT.
“Ada tiga golongan (manusia) yang Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan tidak melihat kepada mereka, dan bagi mereka siksa yang sangat pedih, yaitu; Orang tua yang berzina, raja yang pendusta (pembohong) dan orang miskin yang sombong”. (H.R. Muslim)
3. Dicabut Cahaya Keimanannya
Dalam Hadis Riwayat Abu Dawud dikatakan bahwa keimanan akan dicabut dari diri mereka yang berzina.
“Apabila seorang hamba berzina keluarlah iman [3] darinya. Lalu iman itu berada di atas kepalanya seperti naungan, maka apabila dia telah bertaubat, kembali lagi iman itu kepadanya”. (Hadits shahih riwayat Abu Dawud no. 4690)
4. Anak Dinasabkan Kepada Ibunya
Maksudnya adalah, ketika ada pasangan yang melakukan hubungan zina dan sampai hamil kemudian melahirkan, maka anak tersebut tidak dapat dinasabkan kepada bapaknya.
Sesuai dengan hadist Hadits hasan, riwayat Abu Dawud, kitâbuth Thalâq:
“(Anak itu) untuk keluarga ibunya yang masih ada…”
5. Tidak Berhak Mewarisi dan Mewariskan
Karena anak hasil zina terputus nasabnya, maka mereka tidak memiliki hak untuk mendapat warisan atau mewarisi. Seperti Sabda Rasulullah dalahm hadist at-Tirmidzi no. 2723.
“Siapa saja yang menzinahi wanita merdeka atau budak sahaya maka anaknya adalah anak zina, tidak mewarisi dan mewariskan.”
Berikut ini juga merupakan dampak negatif zina (berhubungan seks tanpa ikatan pernikahan) yang dirangkum dari Kitab Khatarul Jarîmah al khuluqiyah, karya Syaikh Abdullah bin Jârullah.
- Mengurangi iman (agama) individu
- Merusak sikap kehati-hatian (wara)
- Menghancurkan integritas, kehormatan, dan harga diri
- Melenyapkan rasa cemburu
- Mengakibatkan fakir (rasa kekurangan meski kelihatan berpunya)
- Merusak nasab (merusak jalur keturunan ketika membuahkan anak)
- Membuka peluang keluarga untuk berbuat serupa
- Merusak amal (pahala)
- Menempatkan diri pada azab Allah (jika tidak bertobat)
- Ditanamkan rasa gelisah dan susah hati
- Mendorong para pelakunya untuk durhaka kepada orang tua, memutus kekerabatan, melakukan bisnis haram, menzalimi orang lain, dan menelantarkan istri dan keluarga.
Solusi untuk Mengatasi dan Mencegah Terjadinya Seks Pranikah
1. Membangun Kesadaran Diri
Seks pranikah dapat dicegah dengan pengendalian diri yang bahan bakarnya adalah keyakinan.
Maka untuk menguatkan pegangan terhadap nilai-nilai yang dijunjung adalah dengan memperluas wawasan ilmu baik dari segi agama, moral, kesehatan, dan lain sebagainya.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah:
- Menetapkan tujuan hidup
- Memperbanyak waktu untuk mengasah kemampuan (minat dan bakat)
- Meluangkan waktu untuk mempelajari ilmu agama
- Menjauh dari teman dan pergaulan yang melakukan praktik seks bebas
- Mencari informasi tentang dampak seks pre marital secara nyata
- Berkumpul dengan teman atau komunitas yang mengusung misi positif
- Meminta bantuan ahli (misalnya psikolog atau ustadz) jika merasa sulit keluar dari kebiasaan tersebut
2. Kepedulian Keluarga
Pengamat Kesehatan, Ibu Linda Suwarni (Universitas Gajah Mada) mengatakan bahwa keluarga adalah faktor utama dalam mengawasi dan mempengaruhi perkembangan remaja.
Komunikasi adalah hal paling esensial dalam mendampingi anak sehingga mereka tidak terlibat dalam hubungan yang menyimpang.
Bagi mereka yang tidak memiliki keluarga dekat, bisa menunjuk sosok yang dianggap orang tua untuk meminta bantuan.
Itulah sebabnya manusia dalam bermasyarakat harus saling melengkapi karena tidak semua orang dapat hidup ideal bersama orang tua yang bisa bertanggung jawab (atau bahkan terlahir sebagai yatim piatu).
Demikian pemaparan tentang hubungan seks pranikah. Bahwa sebenarnya yang paling penting adalah menanamkan kepedulian kepada diri, keluarga, dan lingkungan.
Jika satu keluarga menjaga diri dan mengedukasi dengan baik, serta berjejaring dengan keluarga lain untuk mengokohkan nilai-nilai yang ada, maka tidak perlu ada lagi kasus-kasus mengerikan seperti di atas.
Referensi:
-Djamba, Y. K. (2013). Sexual practices in Africa. Dalam A.K. Baumle (Ed.), International handbook on the demography of sexuality. (pp.91-106). Dordrecht: Springer.
-Sarwono. S.W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
-Migiana , Fisabella Dea. Desiningrum, Dinie Ratri . SEKS PRANIKAH BAGI REMAJA: Studi Fenomenologis pada Remaja yang Melakukan Hubungan Seksual Pranikah. Dalam Jurnal Empati, Januari 2015, Volume 4(1), 88-93.
-Santrock, J. W. (2007). Remaja, Edisi sebelas, Jilid dua. Jakarta: Erlangga
-Strada Jurnal Ilmiah Kesehatan ISSN : 2252-3847 (Print), 2614-350X (Online), Vol. 7, No. 1, May 2018, pp: 36-39
-Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 10 / No. 2 / Agustus 2015 160 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Praktik Seks Pranikah pada Remaja di SMA Dekat Lokalisasi di Wilayah Kabupaten Malang, Reni Wahyu Triningsih, Bagoes Widjanarko, VG.Tinuk Istiarti
-Pratiwi, Nadia & Padmawati, Siwi & Wahyuni, Budi. (2018). Peran teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja SMA di kota Tegal. Berita Kedokteran Masyarakat. 10. 10.22146/bkm.37719.
-Nur Sholichah, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Seks Pranikah Terhadap Sikap Seks Pranikah Remaja Ditinjau Dari Jenis Kelamin Di Sma Negeri 06 Purworejo, 2014, UNS-Pascasarjana-Prodi.Kedokteran Keluarga-S541302082-2014
–lifestyle.kompas.com/read/2012/10/17/19363224
–lifestyle.kompas.com/read/2018/12/01/124545720
#akibat seks pranikah #dampak seks pranikah #pre marital sex #seks pranikah