Artikel
Apa Saja Penyebab Terjadinya Pencemaran Udara ?
Salah satu isu lingkungan hidup yang menjadi perhatian dunia saat ini adalah pencemaran udara yang mempengaruhi kualitas udara yang kita hirup setiap hari.
Dilansir dari kompas.com, Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk nomor dua di dunia berdasarkan data dari AirVisual.com yang diambil pada tanggal 4 Oktober 2019.
Kualitas udara Jakarta sendiri sudah di angka 187 berdasarkan AQI (Air Quality Index) atau Indeks kualitas udara dengan status udara tidak sehat.
Sedangkan untuk peringkat pertama kota dengan kualitas udara terburuk adalah Kota Hanoi, Vietnam, dengan nilai AQI 204.
Untuk AQI sendiri adalah gabungan dari 6 polutan utama, yaitu PM2.5, PM10, karbonmonoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2) dan ozon (O3) yang ada di permukaan tanah.
Rentang nilai AQI adalah 0-500 dengan artian semakin tinggi nilai AQI, berarti semakin tinggi tingkat polusi udara di kota tersebut dan semakin berbahaya bagi kesehatan.
Maka dari itu, disarankan jika ingin beraktifitas ke luar rumah sebaiknya menggunakan masker agar tidak menghirup udara dengan kualitas yang buruk.
Pencemaran udara banyak memberikan dampak negatif dari berbagai aspek, seperti dampak ekonomi, dampak sosial, dampak kesehatan.
Pencemaran udara sendiri adalah suatu kondisi dimana udara mengandung partikel-partikel yang mempengaruhi kualitas udara yang dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan, serta merusak bangunan.
Namun, sebelum membahas lebih jauh mengenai dampak dari pencemaran udara, mari kita membahas tentang penyebab dari pencemaran udara.
Penyebab Pencemaran Udara
Penyebab Terjadinya Pencemaran Udara dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Pencemaran udara yang disebabkan oleh alam
a. Kebakaran hutan
Indonesia termasuk negara yang sering mengalami kebakaran hutan.
Selain diakibatkan oleh faktor alam seperti musim kemarau atau fenomena El Nino seperti yang terjadi di tahun 1997-1998, kebakaran hutan juga disebabkan oleh manusia dengan membuka lahan melalui metode tebang dan bakar yang akhirnya membuat kebakaran hutan tercipta dan meluas.
Kebakaran hutan sendiri menyebabkan munculnya hidrokarbon, CO, CO2, SO2, NO2 , serta asap dan debu yang dapat berdampak buruk kepada kesehatan penduduk yang berada di dekat lokasi kebakaran hutan.
Dilansir di tirto.id, di awal September 2019, tercatat ada 2.984 titik api di seluruh Indonesia dan berakibat dengan terbakarnya hutan dan lahan sebesar 324.724 hektar hingga 18 September 2019 berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Indonesia mengakibatkan sekitar 144.219 warga di Kalimantan dan Sumatera terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) karena kualitas udara yang memburuk akibat dari kebakaran hutan.
b. Gempa bumi yang berakibat munculnya gas beracun
Gempa bumi adalah fenomena alam yang menyebabkan pergeseran pada bumi dan disebabkan oleh berbagai hal.
Seperti aktifitas gunung berapi, aktifitas di permukaan bumi, proses tektonik karena adanya pergerakan lempeng pada kerak bumi, pergerakan geomorfologi atau adanya ledakan nuklir seperti yang dikutip di ilmugeografi.com.
Ada banyak dampak dari terjadinya gempa bumi seperti tsunami, banjir, longsor, bangunan yang hancur, munculnya wabah penyakit dan berbagai kerusakan lingkungan.
Namun, salah satu akibat dari gempa bumi yang menyebabkan pencemaran udara adalah terjadinya kebocoran pipa dan tabung gas serta terputusnya aliran listrik yang dapat berakibat pada kebakaran.
Seperti yang terjadi di California Selatan pada 6 Juli 2019, dikutip dari detik.com, terjadi kebakaran di beberapa titik setelah gempa bumi mengguncang California Selatan dengan kekuatan sebesar 6.9 Skala Ritcher.
c. Letusan gunung berapi
Dikutip di kumparan.com, Indonesia berada di antara Pacific Ring of Fire yang terbentang dari Nusa Tenggara, Bali, Jawa, Sumatera, berlanjut ke Himalaya, Mediterania dan berakhir di Samudera Atlantik.
Hal inilah yang menyebabkan Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang teraktif di Ring of Fire.
Gunung berapi sendiri diartikan sebagai sebuah sistem saluran air yang terdiri dari batuan cair bersuhu tinggi yang memiliki struktur memanjang hingga 10 km ke permukaan bumi.
Selain berisi batuan cair, gunung berapi juga memiliki endapan material yang terdiri dari abu dan batuan berbagai ukuran saat meletus.
Letusan gunung berapi adalah aktifitas vulkanik atau disebut dengan erupsi.
Letusan gunung berapi selalu berkaitan dengan aktifitas kegempaan yang ada di gunung berapi dan mengakibatkan hubungan antar batas lempeng bertekanan tinggi dan bersuhu lebih dari 1000 derajar Celcius yang bisa menyebabkan material bebatuan di gunung berapi meleleh dan berubah menjadi magma.
Di saat magma terkumpul di dapur magma yang ada di bawah gunung berapi dan dapur magma penuh, saat itulah magma akan terdorong keluar dari gunung berapi dan menyebabkan gunung meletus.
Letusan gunung berapi sendiri dapat mengakibatkan pencemaran udara dengan keluarnya asap, debu dan gas-gas beracun yang terjadi sebelum dan sesudah letusan karena di dalam letusan tersebut gunung berapi mengeluarkan gas-gas yang mengandung SO2, H2S (Hidrogen Sulfida), dan NO2.
Selain itu, debu dan asap yang keluar dari gunung berapi pun juga bersifat korosif yang dapat merusak.
2. Pencemaran udara yang disebabkan oleh manusia
a. Kegiatan industri
Revolusi Industri yang terjadi antara tahun 1750-1850 menjadi titik balik dalam sejarah dunia yang dimulai dari Britania Raya dan mulai menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang hingga akhirnya tersebar ke seluruh dunia.
Revolusi Industri berdampak besar pada bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi dan teknologi.
Hal ini yang menyebabkan peralihan dari tenaga manusia dan hewan berubah menjadi menggunakan mesin-mesin berbahan bakar batubara dan menyebabkan pencemaran udara dari segi lingkungan.
Seluruh kegiatan industri dapat menyebabkan pencemaran udara, baik dari industri produksi seperti pabrik, industri pengolahan minyak bumi dan pertambangan.
Gas-gas sisa produksi industri yang keluar dari cerobong tinggi yang tidak berhenti mengeluarkan asap dan uap inilah yang membuat kegiatan industri menjadi salah satu penyebab terbesar dari pencemaran udara.
Bahkan beberapa industri pembuatan plastik, semen, aluminium, baja dan industri kimia menghasilkan berbagai polutan berbahaya seperti karbon monoksida, hidrokarbon dan senyawa organik yang dapat mempercepat proses terjadinya efek rumah kaca.
Beberapa proses produksi industri adalah dengan cara memanaskan materi yang masih mentah untuk mengubahnya menjadi bentuk lain.
Misalnya untuk proses penyulingan minyak, ada satu proses penyulingan yang memanaskan minyak bumi ke suhu yang sangat tinggi untuk memisahkan minyak tersebut menjadi berbagai minyak dengan tingkatan yang berbeda dan produk minyak lainnya.
Proses penyulingan ini melepaskan sulfur dioksida ke udara dan ini berakibat pada tercemarnya udara.
b. Pemakaian kendaraan bermotor
Pemakaian kendaraan bermotor saat ini menjadi penyebab tercemarnya udara terbesar kedua setelah kegiatan industri.
Karena saat ini kendaraan bermotor menjadi pilihan utama bagi orang-orang untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Jumlah kendaraan pribadi yang selalu meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia semakin meningkatkan angka polusi udara dikarenakan emisi gas buang kendaraan.
Dikutip dari theindonesianinstitute.com, jumlah pertumbuhan kendaraan bermotor di DKI Jakarta sejak tahun 2012-2016 mencapai 5.35% per tahunnya berdasarkan data Statistik Transportasi DKI Jakarta tahun 2017.
Mobil penumpang memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 6.48%, diikuti oleh sepeda motor sebesar 5.3%, kemudian mobil beban sebesar 5.25% dan mobil bus yang menurun menjadi 1.44% per tahun.
Salah satu penyebab tingginya angka kenaikan jumlah kendaraan dikarenakan mudahnya proses bagi masyarakat untuk mendapatkan kendaraan bermotor di Indonesia.
Di awal tahun 2019, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahkan mengeluarkan aturan terbaru tentang penyelenggaraan usaha perusahaan pembiayaan di peraturan OJK no 35/POJK.05/2018 yang menjelaskan perusahaan pembiayaan dapat menyalurkan kredit kendaraan bermotor roda dua, tiga dan empat dengan uang muka 0%.
Hal ini yang membuat masyarakat berlomba-lomba untuk membeli kendaraan pribadi.
Ditambah lagi saat ini sedang berkembang lapangan kerja transportasi berbasis online seperti Gojek dan Grab yang menjadi transportasi umum yang diandalkan oleh masyarakat di banyak kota besar karena lebih efisien untuk menghadapi kemacetan di jalan raya.
Menurut data Badan Pusat Statistik di tahun 2016, saat ini mitra Gojek mencapai angka 2 juta orang, sedangkan Grab telah mencapai 9 juta orang di Asia Tenggara.
Hal ini memberikan penghasilan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 44.2 triliun Rupiah di tahun 2018. Sedangkan untuk Grab sendiri menyumbang PDB sebesar 48.9 triliun Rupiah.
Naiknya angka transportasi berbasis online menjadi satu hal yang baik karena mengurangi angka pengangguran dan menyumbang PDB untuk Indonesia.
Namun, di satu sisi dengan bertambahnya angka mitra transportasi online, maka artinya bertambah juga angka penyumbang emisi gas buang kendaraan yang menjadi pencemar udara.
Emisi gas buang kendaraan sendiri adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar di dalam mesin yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin.
Sisa dari hasil pembakaran berupa air, gas karbon monoksida (CO), gas karbon dioksida (CO2), gas nitrogen oksida (NOx) dan Hidrokarbon (HC) karena proses pembakaran yang tidak sempurna. Zat-zat sisa pembakaran yang tidak sempurna inilah yang menjadi sumber pencemaran udara.
c. Penggunaan pembangkit listrik
Penggunaan mesing-mesin pada pembangkit listrik pada saat ini masih menggunakan bahan bakar batu bara untuk menghasilkan listrik dan dalam proses pembakarannya seperti yang terjadi dalam proses pembakaran pada kendaraan.
Terjadi pembakaran yang tidak sempurna dan akhirnya mengeluarkan zat sisa yang mempengaruhi kualitas udara di sekitar pembangkit listrik.
d. Asap rokok
Meskipun saat ini sudah banyak tempat-tempat umum yang memberlakukan larangan merokok, namun masih banyak pula daerah yang membebaskan masyarakat untuk merokok.
Seperti di kendaraan umum kecil yang tidak dikelola pemerintah, daerah pemukiman, daerah perumahan bahkan untuk tempat-tempat makan pun ada yang menyediakan tempat khusus untuk merokok.
Dan tidak jarang asap rokok keluar dari ruangan tersebut saat pintunya dibuka dan membuat orang yang tidak merokok dapat terpapar oleh asap rokok.
Dilansir dari alodokter.com, WHO memperkirakan ada sekitar 7 juta kematian yang terjadi akibat asap rokok setiap tahun dan 890.000 kasus kematian akibat asap rokok terjadi pada perokok pasif di seluruh dunia.
Hal ini menggambarkan betapa berbahayanya asap rokok, bukan hanya pada perokok aktif, namun juga pada perokok pasif.
Untuk asap rokok sendiri dapat bertahan di udara selama 2.5 jam dan partikel-partikel di asap rokok pun akan terus menempel di pakaian atau celana siapa pun yang terpapar asap rokok.
Rokok sendiri mengandung 9 zat yang bersifat merusak, apa saja itu?
Karbon monoksida, nikotin yang memiliki efek candu, tar yang bersifat karsinogenik dan dapat menjadi pemicu kanker, hidrogen sianida, benzena, formaldehida, arsenik, kadmium dan amonia.
Banyak penyakit yang disebabkan oleh asap rokok yang diderita oleh perokok aktif atau pun perokok pasif.
e. Limbah Sampah
Pengelolaan sampah menjadi satu hal yang harus menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat. Dikutip dari cnbcindonesia.com, Indonesia menghasilkan sekitar 3.22 juta ton sampah yang tidak terkelola dengan baik.
Sampah sendiri bukan hanya merusak lingkungan, namun juga dapat mengganggu kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit.
Penanganan sampah atau limbah memerlukan perhatian khusus. Dilansir dari mongabay.co.id, Anita Dewi Moelyaningrum, S.KM., M.Kes., Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember menyatakan jika sampah dikelompokkan menjadi 3 jenis: organik, anorganik dan bahan berbahaya serta beracun (B3).
Untuk sampah organik yang tidak dikelola dengan baik, dapat menimbulkan bau tidak sedap dan menjadi media perkembangbiakan nyamuk dan tikus yang bisa berdampak pada kesehatan manusia.
Untuk sampah anorganik seperti mikroplastik seperti diapers atau popok sekali pakai yang sebagian bahannya merupakan limbah impor, mengandung super adsorbent polymer (SAP).
Melalui rantai makanan, SAP dapat masuk ke tubuh manusia yang berpontensi mempengaruhi keseimbangan hormon dan berpengaruh pada gangguan hormon, infertility dan sebagainya.
Sedangkan untuk sampah bahan berbahaya dan beracun (B3) seharusnya tidak boleh ada di lingkungan bebas karena bersifat beracun, jadi untuk penanganannya harus diisolasi.
Salah satu cara pengelolaan sampah yang sering dilakukan oleh masyarakat adalah dengan membakarnya.
Padahal sampah jika dibakar akan menyebabkan polusi dan mempengaruhi kualitas udara karena mengandung karbondioksida, metan, polycyclik aromatik hidrocarbin yang dapat menimbulkan berbagai penyakit.
f. Pertanian
Penggunaan pupuk dan obat anti hama seperti insektisida dan pestisida menjadi satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari usaha pertanian.
Padahal penggunaan bahan-bahan tersebut dapat mencemari lingkungan hidup dan kualitas udara.
Pupuk, insektisida, dan peptisida mengandung amonia atau NH3 yang dapat menjadi pencemar udara dan dapat menyebabkan penyakit bagi orang-orang yang ada di sekitarnya.
Selain penggunaan pupuk dan obat anti hama, penggunaan mesin-mesin dalam pertanian yang menggunakan bahan bakar diesel juga menjadi penyebab pencemaran udara karena menghasilkan zat sisa pembakaran tidak sempurna dari pembakaran mesin-mesin tersebut.
Saat ini juga masih banyak petani yang membakar sampah-sampah sisa hasil panen berupa sisa jerami, sisa batang jagung yang menimbulkan asap dan dapat menimbulkan kebakaran hutan untuk ladang yang berada di tengah hutan karena apinya menyambar ke hutan yang kerap terjadi di musim kemarau.
Demikian artikel tentang dari mana sumber penyebab terjadinya pencemaran udara. Semoga dapat membuat kita lebih bijak dan peduli lagi terhadap lingkungan.
#macam macam pencemaran udara #pencemaran udara #penyebab pencemaran udara #penyebab terjadinya pencemaran udara #sumber pencemaran udara